Home / Romansa / Embrace Fate / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Embrace Fate: Chapter 101 - Chapter 110

176 Chapters

100. Aku Akan Selalu Menemanimu Makan Malam

“Aku dipanggil mengikuti rapat dadakan yang disebutkan oleh Inspektur sebagai rapat yang penting dan urgent.”Esme turun memancarkan kekecewaannya. Meski begitu, dia akhirnya berbesar hati. “Pergilah. Aku akan menunggumu pulang.”Darren mengangguk dengan kekesalan yang masih kentara jelas di wajahnya. Pria itu menuju lemari baju dan berganti pakaian. Esme juga mengenakan lagi bath robe nya. Dan setelahnya, mereka kembali berpelukan sebelum Darren akhirnya mengecupi keningnya, kemudian hidung, dan bibir Esme.“Kunci pintu dan jangan bukakan bagi siapa pun. Aku akan segera kembali,” bisik Darren.                    ***“Baiklah aku akan mulai meeting kita kali ini. Teruntuk Detektif DArre, maaf mengganggu masa pemulihanmu. Tetapi ini benar-benar penting.”Suara berat Inspektur Paul Warmer bergema di ruangan
last updateLast Updated : 2021-07-22
Read more

101. Enough With Herself

 Ayahnya memang selalu efisien. Itu yang Catherine ketahui tentang ayahnhya.Dan benar saja, tidak sampai 3 hari sejak dia memberitahu nama pria yang menghamilinya, sang ayah sudah menghubunginya lagi dan menyuruhnya datang ke rumah.Catherine sudah lama mengetahui cara kerja ayahnya dan tindak tanduk sang ayah. Hingga dia cepat-cepat datang ke sana dengan segala perasaan yang bergejolak. Jauh di lubuk hatinya, dia curiga semua ini adalah tentang Kyle.Saat tiba di rumah, Catherine langsung disambut oleh pengurus rumah dan diantarkan ke ruang kerja ayahnya.Alangkah terkejutnya dia saat tiba di sana, anak buah kepercayaan ayahnya semua hadir di sana. Mereka semua mengitari sosok seorang pria yang berlutut dengan isak tangis di tengah-tengah.Firasat Catherine sudah tak enak. Dan saat dia memasuki ruangan, dan sang ayah menyambutnya dengan memanggilnya, “Putriku,” pria tak berdaya itu menoleh dan jelas itu adalah Kyle McGroo
last updateLast Updated : 2021-07-22
Read more

102. Kenapa Ada Kecemburuan?

 Hari berganti hari dengan cepat. Masa cuti Darren selama satu minggu berlalu begitu saja hanya dihabiskan bersama istri tercintanya. Mereka menggunakannya untuk pergi ke mexico, berziarah di makam ibu Esme.Di sana, Esme menaburi bunga di atas makam ibunya, dengan menangis sedih bercampur bahagia. Sedih karena dia sudah tak bisa sering-sering mengunjungi makam ibunya. Bahagia, karena sekarang dia sudah tak sendiri. Ada Darren yang berada di sampingnya, menjaga dan melindunginya.Selesai dari berziarah, mereka berkeliling mexico hingga ke tempat-tempat tradisional yang menjadi saksi tumbuh besarnya Esme di sana. Esme juga mengajak Darren mencicipi masakan tradisional meksiko, terutama yang menjadi kesukaannya. Esme juga mengajak Darren menyaksikan festival-festival mereka yang unik dan terkenal meriah.Tiga hari mereka habiskan waktu di sana, masih tersisa empat hari lagi waktu cuti Darren. Giliran Darern yang mengajak Esme mengunjungi keluarganya d
last updateLast Updated : 2021-07-24
Read more

103. Esme's Favorite Food

“Bagaimana tadi?” Darren menarik Esme dalam pelukannya begitu mereka tiba di hotel dan telah masuk ke dalam kamar. “Urgh, lumayan,” jawab Esme tanpa sadar nada suaranya seperti tidak yakin. “Kenapa hanya lumayan?” “Ya, lumayan. Berarti cukup baik. Kenapa kau masih bertanyaa?” Esme melepaskan pelukan Darren dan menuju ke kamar mandi. Dia berganti pakaian dan setelahnya menatap cermin wastafel dalam waktu yang lama. Selesai makan malam tadi, Darren menemani sang ayah bermain catur. Sudah tentu, dia menjadi ditemani sang ibu dan Claire. Entah mengapa, aura permusuhan terpancar dari diri Claire. “Kalau aku ingin membuat kueku menjadi harum tetapi sedikit garing dan kering, mentega apa yang harus kupakai?” tanya Claire waktu itu. TAtapan gadis itu seperti sedang mengetesnya. “Urgh, kue apa dulu yang kau maksud?” tanya Esme gugup. Dia tidak terlalu menggunakan mentega berdasarkan merk. Tetapi lebih pada seleranya sendiri. “Kue nastar
last updateLast Updated : 2021-07-24
Read more

104. Tekad Balas Dendam

Claire yang merasa kalah 1-0 dibandingkan Esme, kini memkirkan hal lain untuk menohok Esme. Entah kenapa, kepulangan Darren bersama wanita yang telah menjadi istrinya ini membuat hatinya cemburu. Darren sudah lama merantau untuk kariernya, tetapi sebelum dia merantau dulu, mereka sangat dekat. Darren lah yang membantunya dalam segala hal. Mulai dari menangkap kupu-kupu, membenarkan rantai sepedanya, memboncenginya saat bermain sepeda, sampai menjahit bonekanya yang telah robek. Allan yang adalah kembarannya lebih sering mengganggunya dan bersaing dengannya dalam segala hal. Allan ingin menjadi lebih baik darinya, begitu pula Claire. Karena itulah, mereka tidak bisa akur. Tetapi Darren, dia telah menjadi kakak terbaik yang bisa terjadi pada seorang kakak. Untuk itulah, di usia Claire yang berumur 7 tahun, dia bertekad akan menjadi istri yang baik bagi kakaknya itu. Impiannya itu sempat menghancurkannya saat dia beranjak remaja dan mengetahui bahwa saudara kandung tida
last updateLast Updated : 2021-07-24
Read more

105. Jangan Menyamakan!

  Enrique tampak terkejut. Begitu juga Dave. Esme pun tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Yang lebih parah, saat Dave menatap Darren yang memeluk pinggang Esme, tatapannya segera menyala-nyala, seperti ingin menerkam Darren hidup-hidup. Esme terheran kenapa respon Dave seperti itu. Dave sendiri sedang memeluk pinggang seorang gadis cantik, seperti model. “Esme? Kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Enrique. Tatapan kaget dan tak sukanya pada tangan Darren di pinggang sang adik membuat kedua alisnya bertaut hampir menempel satu sama lain. Darren yang melihatnya salah mengartikan. Menurutnya pertanyaan Enrique seperti pertanyaan seorang mantan kekasih. Yang mengherankan, ada Dave di sana yang sudah dia ketahui pasti adalah mantan kekasih Esme. Masalahnya, Esme tergagap-gagap menanggapi pertanyaan Enrique. Dia tak siap jika harus mengenalkan Darren sebagai suaminya di situasi seperti ini. Enrique pun pastilah akan marah padanya k
last updateLast Updated : 2021-07-24
Read more

106. Gelisah I

  “Dia adikku. Dan sampai kapanpun tetap akan menjadi adikku. Tidak perlu cemburu dengannya!” Darren kemudian menyentil kening Esme berusaha menyadarkan wanita itu. Di titik ini, Esme tak sanggup menahan tawanya lagi. Darren semakin kesal melihat istrinya menertawakannya. Tidak ada yang lucu. Lalu, kenapa tertawa? Pikirnya. “Kenapa tertawa? Tidak ada yang lucu.” “Ada,” jawab Esme penuh teka teki, juga sengaja menggoda Darren. “Apa yang lucu?” tanya Darren dengan wajah merengut. Dia kembali mengeluarkan rokok yang baru dan hendak membakarnya. Esme mengambil batang rokok itu dari tangan suaminya. “Aku tak tau kau merokok.” “Iya. Hanya kadang-kadang.” Dalam hati Darren dia menambahkan jawabannya, ‘hanya saat kesal.’ Dia hendak mengambil lagi dari tangan Esme, tetapi gadis itu mengelaknya. Dengan ketangguhan Darren dalam bela diri, sebenarnya dia bisa saja merampas barang itu dari tangan istriny
last updateLast Updated : 2021-07-26
Read more

Gelisah II

  Esme baru pulang ke rukonya di hari pertama Darren kembali masuk ke kantor. Catherine menyambutnya dengan wajah merengut, tetapi terdapat ejekan di sana. “Pengantin baru masih ingat rumah lama,” ejek Catherine saat menemukan Esme berada di rumah lagi. “Ya, tentu donk. Kan bisnisku di sini,” jawab Esme tanpa merasa sedang disindir. Catherine menggelengkan kepalanya. “Ck, aku menyindirmu tau!” Esme tertawa garing. Sesaat kemudian, Catherine mendekatinya dan bertanya, “Bagaimana kehidupan pernikahan? Apa kau sudah mulai melihat keburukannya?” “Keburukannya?” tanya Esme bingung. “Aku malah semakin melihat kebaikannya.” Cahterine kesal dan iri, hingga dia mengejek Esme. “Itu karena cintamu padanya masih sangat besar. Tahi kucing pun rasa cokelat.” “Enak saja!” Esme menyikutnya sambil tertawa. Kemudian, dia memamerkan cincinnya. Cahterine melihatnya, tidak terpukau. “Ya, memang sih. Dia belinya
last updateLast Updated : 2021-07-26
Read more

107. Harapan

 Pagi-pagi sekali Darren bangun, jauh lebih pagi dari biasanya. Esme juga telah bangun dari tidurnya dan sedang sibuk menyiapkan sarapan. Darren menghampiri, memeluknya dari belakang, dan mengecupi pundak bahunya.“Morning, Baby,” ucapnya menyapa dengan lembut.Esme menoleh dan tersenyum. Dia sedang memotong-motong wortel saat ini sehingga tidak bisa bersikap banyak kecuali menikmati pelukan hangat Darren.Detik demi detik berlalu dan Darren masih tidak melepaskan pelukannya, membuat Esme bertanya, “Kenapa? Kau tidak mandi? Apa tidak kerja hari ini?”Darren enggan menjawab, sehingga Esme bertanya lagi, “Tumben kau bangun pagi sekali hari ini?”“Iya. Ada tugas berat di lapangan,” jawab Darren menyiratkan maksudnya bahwa tugas beratnya adalah menangkap Uncle Rod, ayah Catherine.Tetapi Esme yang tidak mengerti hanya mengangguk. “Hati-hati. Makan yang banyak biar ada tenaga cuku
last updateLast Updated : 2021-07-29
Read more

108. Keadilan

Pagi berikutnya disambut Darren dengan perasaan penuh waspada. Kapan saja, dia perkirakan, Catherine bisa memberitahu Esme. Dan saat itu terjadi, meledaklah semuanya. Darren yang memikirkan itu, tidak bisa tidur. Pagi-pagi sekali dia telah bangun meskipun tubuhnya masih lelah. Dia menyiapkan sarapan sederhana, baru kemudian membangunkan Esme. “Tumben?” tanya Esme begitu dia membuka mata dan diberitahu tentang sarapan yang telah siap. “Kau tidak lelah?” “Tidak. Justru aku bersemangat membuatnya.” “Terima kasih. Harusnya aku yang membuatkanmu sarapan.” “Tidak apa. Sekali-sekali. Ayo, kita makan!” Mereka sarapan bersama dengan obrolan ringan. Setelahnya, Darren bersiap untuk ke kantor. Esme juga bersiap untuk ke bakery. “Baby, maaf, aku ada kerjaan di kantor. Aku drop di depan jalan menuju bakery saja ya?” kata Darren saat mereka telah hampir tiba di bakery. Darren berusaha menghindari Catherine. Esme yang tidak mengetahui apa pun
last updateLast Updated : 2021-07-29
Read more
PREV
1
...
910111213
...
18
DMCA.com Protection Status