Semua Bab Tawanan Kastil Putih: Bab 31 - Bab 40

79 Bab

Tiga Pria

                “Kamu di sini?”                Aurora merunduk seraya mengelus punggung seekor kucing. Kucing itu pun membalas perlakuan Aurora, dia menempel dan menggosok-gosokkan kepala di kaki wanita itu.                Nama kucing itu entah siapa. Aurora juga tidak tahu dia datang dari mana. Namun, sudah sebulan ini sejak Aurora memberikan sepotong kudapan kecil di dapur, kucing berbulu abu-abu gelap itu senantiasa menemani ‘me time’ –nya. Dan untung saja para pelayan tidak keberatan dengan keberadaannya. Entah sebab sudah muak dengan segala perbuatan Aurora sehingga mereka mengabaikan segala yang berhubungan dengan wanita itu bahkan seekor kucing sekalipun. Atau mungkin saja kucing itu memang tidak mengganggu me
Baca selengkapnya

Orang yang Sulit Menerima Kekalahan

                Untuk kesekian kalinya Alice mengecek penampilannya malam ini. Mulai dari tatanan ‘make-up’ hingga ujung tumit yang ditutup sepatu hak tinggi, tidak ada satu pun yang dia lewatkan. Menurut penata gaya pribadinya, penampilannya malam ini sudah sangat luar biasa. Gaun merah muda yang terbuka di bagian dada dan membalut lekuk tubuhnya dengan sempurna.                Namun, rasanya tetap berbeda. Dia berharap-harap cemas dan bertanya-tanya, apakah ini berlebihan? Apa Aaron akan menyukainya atau justru mengutuk penampilannya?                Alice menggigit bibirnya yang merah jambu. Warna alami itu berasal dari lipstik mahal dengan lambing huruf D besar. Saking mahalnya maka tidak akan luntur berapa kali pun Alice mengecap
Baca selengkapnya

Sedikit Tentang Masa Lalu

                “Apa kamu harus saling pukul sama Ken?” tanya Aurora seraya menatap mata Aaron. Kini Raanana telah membiarkan keluarga Johansson merawat putra semata wayang mereka itu tanpa kunjungan rutin, hanya dengan resep obat saja, jadi dengan kata lain Raanana telah mengatakan bahwa kini pasien yang Aurora rawat memiliki kemungkinan besar untuk dapat secara penuh mengontrol dirinya. Asal ada Aurora di sampingnya. Oleh karena itu Aurora mulai berani memperlakukan pria itu sebagaimana manusia normal lainnya.                Aaron diam. Dia bukan tidak mendengar pertanyaan perawat, pelayan, sekaligus wanita pendampingnya yang cantik juga cekatan itu, dia hanya enggan saja menjawab pertanyaan yang menyebalkan. Kini semakin hari semakin jarang Aaron memimpikan teman-temannya dengan semakin dekatnya dia dengan Aurora
Baca selengkapnya

Keputusan Tersembunyi

                Sudah lama Riana tidak mendengar kabar dari Ken tentang Aurora. Pria itu terakhir kali datang mengatakan bahwa adiknya baik-baik saja dan menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Informasi itu juga didukung dengan transferan sejumlah uang sebagai bentuk kepuasan keluarga Johansson atas kinerja Aurora. Namun, tetap saja sebagai orang yang paling tahu pekerjaan adiknya, Riana tetap khawatir.                Sampai tiba-tiba, tanpa dinyana, dokter yang dulu ditemui Riana di rumah sakit saat pendonoran ginjal mengunjungi ayahnya. Ibu Riana sedang pergi untuk sebuah acara dan hanya Riana yang ada di rumah.                “Kondisinya semakin membaik,” celetuk Raanana setelah meminum teh yang Riana suguhkan.  
Baca selengkapnya

Pernyataan Tidak Terduga

                Aurora memejamkan matanya, membayangkan kembali percakapan terakhirnya dengan sang ayah sebelum memutuskan untuk mempekerjakan diri sebagai perawat di kastil putih.                “Kapan kamu pulang?” tanya Candra Akarsana pada putrinya itu dengan mata berair.                “Tadi sore,” jawab Aurora yang terduduk di pinggir bed.                Sebuah tarikan napas diambil oleh Candra, menimbulkan batuk yang luar biasa menyesakkan dada.                Hari itu, Aurora mengutuk dengan sangat keputusan pendonoran ginjal yang telah terjadi. Namun,
Baca selengkapnya

Sembunyilah! Tetap Akan Aku Temukan.

                Aaron melempar jas yang selama setengah jam terakhir dipakainya begitu saja ke ranjang. Dalam hitungan detik berikutnya dia menarik Aurora dalam pelukan.                Meskipun cukup terbiasa, namun diperlakukan demikian oleh Aaron masih tetap membuat jantung Aurora berlompatan tidak karuan.                “Kamu diam sepanjang pemotretan,” ucap Aaron.                “Apa belum cukup fotografer itu aja yang mengarahkan gaya kamu?”                Aaron mengerucutkan bibirnya, “Cium aku!”       
Baca selengkapnya

Hati Tidak Bisa Berbohong

                Seperti tanggungjawab lainnya pada mantan-mantan tenaga kesehatan yang pernah bekerja di kastil putih miliknya, Nick memberikan Aurora pekerjaan yang layak dengan gaji yang amat sangat cukup. Meskipun tawaran inti yang Nick sembunyikan ditolak mentah-mentah oleh anak pendonor ginjal untuk Aaron itu, namun tidak mengapa. Setidaknya, dia telah berhasil menjauhkan Aurora dari putra kesayangannya. Dan kini Aaron Theodore Johansson sudah menjadi milik Nick kembali.                Sejak dulu bahkan sedari kecil, Aaron telah menyadarinya. Dia dengan otak cerdasnya memahami satu hal dari seorang Tuan Johansson. Pria yang menjadi ayah kandungnya itu memilki satu arogansi yang tidak akan mungkin bisa diruntuhkan. Bahkan jika sebagian orang telah mengatakan bahwa dua puluh tahun kelinglungan putranya adalah bagian dari seb
Baca selengkapnya

Hubungan Rumit Aaron dan Aurora

                Seketika mata Aurora terbeliak. Jantungnya pun tiba-tiba berdegub dengan kencang.                Sudah cukup lama memang, namun Aurora ingat dengan benar perlakuan yang dia dapatkan. Pelukan yang tiba-tiba dari sebuah tangan kekar dan panjang serta aromanya pun masih serupa.                Aaron?                “Aku kangen sama kamu.”                Aurora meneguk liurnya. Benar ini Aaron batin Aurora dalam hati.                “Kenapa kamu pergi tanpa pamit?”
Baca selengkapnya

Nasehat Riana

                Sudah amat larut saat Aaron mengantarkan Aurora ke hunian kecilnya. Tadinya pria itu ingin mengantarnya sampai depan kos, namun Aurora bersikeras menolak. Namun, siapa sangka tetap saja ada orang yang mengetahui kejadian itu.                Aaron menelan ludah. Dia tidak begitu mengingat wajah wanita yang berdiri di depannya. Namun, jika Aurora mengatakan bahwa wanita itu adalah kakaknya maka sebuah sikap yang patut harus dia tunjukkan. Demi apa? Demi harapan akan restunya, mungkin.                Dengan tenang, Riana menatap pria berpostur gagah nan menawan itu. Seperti halnya adiknya, Riana juga tidak banyak mengenal lawan jenis. Terutama beberapa tahun terakhir ini saat dia fokus untuk mempersiapkan praktik mandiri. Namun, berk
Baca selengkapnya

Keputusan Tanpa Kisi-kisi

                “Apa? Dokter Maureen sendiri yang bilang?” tanya Salma dengan tidak percaya.                Aurora menengok juga pada seorang perawat UGD yang cukup baik padanya sejak hari pertama dirinya masuk kerja itu. Sedangkan Dokter Maureen adalah dokter senior, namun merangkap sebagai kepala rumah sakit alias dialah yang memiliki rumah sakit besar di mana Aurora mengabdikan diri saat ini. Dia juga yang beberapa waktu lalu berbincang dengan Alice. Dari gerak-geriknya waktu itu sepertinya Alice sangat akrab dengan Dokter Maureen.                “Iya,” sahut seorang perawat lain. “Aku juga melihat postingannya di Instagram.”            &nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status