Home / Romansa / Tawanan Kastil Putih / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Tawanan Kastil Putih: Chapter 51 - Chapter 60

79 Chapters

Air Mata di Tepian Hati

                Semakin lama semakin tertarik masuk. Jadi, sebelum semua terlanjur lebih jauh lagi maka harus diakhiri.                … .                “Tapi, mata kamu menyimpan kalimat lain,” ucap Aaron seraya mendekat.                Sembari menatap mata Aaron, Aurora mengulum senyumnya. Kalimat terakhir yang dia ucapkan benar-benar tulus dari hati. Namun, sebelum ada kejutan-kejutan lainnya yang lebih manis lagi, Aurora harus mengatakannya segera.                “Ayo, kita akhiri hubungan ini!”       &nbs
Read more

Apa ini rasanya kalah?

                Ada yang tidak biasa dengan penampilan Aurora malam ini. Dia bukan sedang berdandan ala para putri, namun sengaja mengenakan pakaian ‘hang out’ yang rapi sebab dia ada janji. Dan benar saja, belum lama dia memakai parfumnya, sebuah klakson mobil terdengar.                Aurora tersenyum dan melangkah ke luar kamarnya. Dia sempat melihat beberapa anak kos berkerumun di ruang tamu, namun tidak mau menghiraukan. Untuk apa? Paling mereka hanya sedang membicarakannya. Dan kali ini Aurora sedang baik hati, dia membiarkan pria yang mengendarai mobil menunggunya keluar sesaat untuk membukakan pintu mobil untuknya. Sekali tepuk mendapat dua nyamuk. Biarlah para penghuni kos yang senang menggunjingnya itu semakin panas melihat ada pria lain lagi yang menjemputnya malam ini.    &nbs
Read more

Sandiwara Membawa Gairah

                Ken menarik kembali bibir wanita dalam dekapannya dengan jari-jari. Dia mencoba membawanya kembali dalam gairah yang muncul tiba-tiba. Namun, … .                “Sorry,” pinta Aurora. “DIa udah pergi,” lanjutnya pelan dan canggung.                Ken menelan ludah dan seketika dia tersadar bahwa ciuman tadi Aurora anggap hanya sebagai bagian dari sandiwara yang mereka mainkan untuk mengusir Aaron dari arena permainan.                “Sorry,” akhirnya hanya itu yang mampu Ken ucapkan. Sedangkan wanita yang sejak beberapa menit lalu ada dalam dekapannya kini terduduk lesu di kursi.   &n
Read more

Hal yang Menyedihkan

                Perpisahan selalu sama, menimbulkan rasa sakit. Meskipun mungkin tidak seberapa besarnya, namun tetap saja rasa kecewa dan perasaan-perasaan lainnya campur aduk menjadi satu. Ini adalah saat di mana manusia menjadi makhluk paling rapuh jiwa dan raganya akibat serangan emosi yang bertubi-tubi. Dan saat-saat seperti inilah tameng melemah.                Aurora tidak paham bagaimana awalnya. Dia masih diliputi kebingungan saat tiba-tiba pria di sebelahnya itu menyentuh tangannya yang sibuk menyeka rambut yang basah. Dan semua terjadi begitu saja, semua sentuhan hangat yang memanjakan indera. Mulanya biasa, namun lama-kelamaan Aurora pun ikut larut.                Ken tahu bahwa ini bukan saat yang tepat, namun sesungguhnya tidak akan
Read more

Pembalasan Masa Lalu

                “Dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Kondisinya tidak memungkinkan lagi. Kami semua hanya merawat orang dengan satu ginjal dan menunggunya mati.”                Surya menengadah ke atas, sedang berpikir keras.                “Dia putrimu, Surya. Bagaimana kamu bisa berdiam diri?”                Surya mengusap gusar wajahnya. Semua kalimat yang didengarnya itu benar sekali.                “Aurora tidak akan mengadukan sikap Sofia pada siapapun, tapi dia juga sudah tidak mau lagi mengurusi Sofia.”    &n
Read more

Kehilangan Harga Diri

                Brakh!                Terdengar suara meja dipukul keras.                Grompyang!                Praaanggg!                Dan entah apalagi yang jatuh berserakan Baron tidak dapat mengidentifikasinya satu per satu. Dia tadi hanya melaporkan apa yang dilihatnya sesuai dengan perintah si tuan muda. Namun, Baron tidak menyangka bahwa efeknya sangat menyeramkan begini. Apa tuannya itu kumat lagi?                Aaron menggenggam erat jemarinya dan terdengar bunyi gemerutuk sendi tulang.
Read more

Permintaan Maaf Candra Akarsana

                Aurora menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Perlahan dia menarik sebuah lekukan di bibir, tempat baru lagi petualangan baru lagi. Dengan erat dia menggenggam tali tas samping yang dia bawa dan berjalan masuk ke rumah sakit di mana di sanalah Kaira dan Tita mengabdikan diri.                “Rumah sakit ini jarang sekali mendapat pasien khusus. Bahkan di UGD hanya diisi para lansia dengan keluhan-keluhan nggak jelas,” ujar Kaira.                “Dan di sini mana ada pangeran setampan Aaron itu. Mustahil!” celetuk Tita.                Dengan sedikit kesal Kaira menyenggol tangan Tita sebab kalimatnya barusan mungkin akan s
Read more

Ikatan Masa Lalu

                Masa lalu.                Ada kisah yang mungkin hanya orang-orang tua saja yang tahu. Dalam kisah berikut, mungkin hanya Raanana yang mengingatnya atau hanya dia yang masih cukup waras dari semua tokoh yang ada untuk bicara.                Usia Raanana kini sudah lewat separuh abad. Itu artinya setidaknya sudah dua masa dia lewati, masa muda dan masa tua. Di masa mudanya Raanana adalah wanita dengan keinginan yang kuat. Bahkan jauh lebih kuat dari seorang Candra Akarsana.                “Kalau kau terlalu berambisi, kapan kau akan menikah?” tanya Candra suatu hari.           
Read more

Kepergian Demi Kepergian

                Hujan tidak hentinya mengguyur hari, terutama sejak jasad pria bernama Candra Akarsana itu selesai dipeluk bumi. Namun, itu sedikit pun tidak menyurutkan keinginan Aurora. Dia tetap berdiri di samping pusara sang ayah walaupun dengan berlinangan air mata.                Tuhan senantiasa adil bahkan untuk pria sekeras dan seegois Candra Akarsana. Dia mungkin telah melakukan banyak kesalahan dalam hidup, terutama untuk anak dan istrinya. Namun, demikian Tuhan tetap melindungi hati pria itu agar tidak kecewa.                Jika boleh jujur, Aurora merasakan sedikit kelegaan dengan kembalinya sang ayah dalam pelukan-Nya. Dengan begitu, ayahnya tidak perlu melihat kegagalan Sofia. Dengan begitu, ayahnya tidak perlu mendengar kenyataan
Read more

Untuk Sebuah Pengertian

                “Aku nggak nyangka klo akhir-akhir ini aku begitu sibuk sekali,” celetuk Gael seraya memasang senyum khas.                Io yang berdiri di samping modelnya itu meringis saja dan sesaat kemudian undur diri. Ya, daripada dia ikut campur dan mendapat predikat anak muda tidak tahu diri.                “Pengecut!” maki Gael.                Puk!                “Aduh!” Gael mengaduh saat sebuah buku yang sengaja digulung dipukulkan ke bahunya oleh seorang wanita paruh baya yang baru saja datang mengunjunginya. “Itu sakit, Raa!&rdqu
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status