Home / Romansa / Tawanan Kastil Putih / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Tawanan Kastil Putih: Chapter 11 - Chapter 20

79 Chapters

Kilau Cahaya Kutub Bumi

                “Jadi, yang tinggal di kastil itu manusia?”                 “Ck!” terdengar bunyi decakan kesal dari mulut wanita berambut keriting itu, Kaira.                 “Seriusan ini aku!”                 “Gosh!” seru Kaira seraya menatap temannya. “Kamu gampang banget sih kemakan cerita-cerita ‘halu’ kayak begitu. Vampir dan semua yang ada kaitannya dengan itu cuma mitos, Tita! Do you understand what I mean?”                 Tita, wanita yang memang dasarnya penakut itu meringis.                
Read more

Malam yang Berat

Wajah yang sejak tadi tampak lelap dalam tidur itu tiba-tiba berubah airnya. Ada kerutan yang dalam di dahinya pertanda datangnya mimpi buruk yang beberapa hari berusaha ditekan mati-matian. Dan Aaron mencengkeram erat selimut yang memeluk tubuhnya berharap mendapat kekuatan dari sana. Namun, bayangan anak-anak kecil terus berlarian memenuhi kepalanya dan rasanya semakin lama semakin sesak saja.                 “Arggh!”                 Bak mendengar suara petir yang tidak tahu dari mana, Aurora terbangun juga dari tidurnya yang sebenarnya tidak begitu dalam itu. Dia selalu ingat bahwa jam kerjanya adalah dua puluh empat jam. Oleh karena itu selama waktu dinasnya ini dia tidak boleh lengah sedikit pun.                 Aurora bangkit dari r
Read more

Rahasia Keluarga

                “Semua baik-baik aja?” tanya Maria pada pria yang sedang duduk diam di sebelahnya.                 “Apa maksudmu?” tanya balik pria itu.                 “Sikapmu sedikit grusa-grusu seharian ini.”                 Ken menghela napasnya. Dia dan Maria sudah kenal sejak lama bahkan jauh sebelum keduanya bekerja di kastil ini. Selain itu mereka juga masih ada hubungan sepupu, jadi rasanya percuma menyembunyikan sesuatu.                 “Kamu suka sama dia?” tanya Maria tiba-tiba.               &
Read more

Ketakutan yang Terjadi Juga

                “Habis melacur yach semalam?”                 Pedas. Namun, Aurora sangat enggan menanggapinya. Dia berusaha menembus tubuh-tubuh pelayan yang menghalangi langkahnya.                 “Senikmat itu sampai nggak bisa berkata-kata?”                 Kali ini tangan Agatha menahan lengannya.                 “Lepas!”                 “Tambah berani sekarang karena udah jadi wanitanya Tuan Muda!” kata Agatha lagi disertai tawa sinis.          
Read more

Sikap Berbeda

                “Udahlah, kamu istirahat aja!” kata Thea.                 Aurora tersenyum, “Aku di sini digaji untuk bekerja bukan untuk berbaring seharian di ruang perawatan.”                 “Tapi, kan kamu masih sakit,” lanjut Thea. Dia tahu bahwa beberapa pasang mata melihatnya dengan cara yang sama dengan bagaimana mereka memandang Aurora, namun dia kini tidak lagi peduli.                 “Klo kamu terus berada di dekatku, mereka pikir kamu membelaku,” ujar Aurora.                 “Nggak masalah, memang itu maksudku,” kata Thea mantap.      &nbs
Read more

Benih Cinta dari Raanana

                “Apa aku terlihat sakit?” tanya Aaron.                 Mulut Aurora semakin menganga. Ada saat di mana dia memiliki pasien yang sedikit nyeleneh saat masih bekerja di rumah sakit dulu. Namun, dia merasa tidak ada yang seunik pasiennya satu ini. Ya, dia memang terhitung sebagai salah satu perawat yang banyak digoda paisennya, terutama jika pasien itu seorang pria dan masih muda. Jadi, apa kali ini dia juga sedang digoda?                 Plug!                 Aurora merasakan sesuatu yang asin-asin gurih memasuki mulutnya.                 “Enak?” tanya Aaron lagi.
Read more

Lamaran Diterima!

                Masih jendela yang sama. Juga pemandangan yang serupa. Hanya saja, akhir-akhir ini Aaron lebih sering mendatangi langsung taman indah yang selama dua puluh tahun dia pandangi dari balik jendela.                Perlahan, Aaron menghela napas. Seminggu dengan kestabilan sudah dilaluinya dengan baik. Tetap saja masih ada suara-suara yang mengganggunya, namun begitu dia memalingkan fokusnya pada Aurora dan apa yang telah terjadi selama wanita itu hadir dalam hidupnya maka suara-suara itu perlahan mulai terdengar menjauh. Hanya sayup-sayup.                Semua orang di kasti ini mengetahui keadaan Aaron sebagai seorang ‘psycho’ dengan ‘self-injuiry’ , namun hanya dia sendiri yang paling memahami sejauh mana kea
Read more

Pria Aristokrat

                Meskipun tersamar, namun praktik aristokrasi tetaplah ada. Di abad ini mungkin tidak banyak orang yang berpikir bahwa hanya para bangsawan alias keturunan ningratlah yang mampu memerintah sebuah negara. Namun, pada kenyataannya para kaum yang dianggap elit itu masih tetap ada di tingkatan yang sama, paling atas.                Masih tidak jauh dari orang-orang aristokratis, bergaya ‘classy’ juga merupakan bagian dari sebuah eksistensi yang menjelaskan keadaan seorang lahir dari golongan kaya atau bukan. Banyak orang berlomba-lomba untuk tampil berkelas dengan ‘budget’ terbatas. Semua itu mereka lakukan agar terlihat lebih bernilai dari lainnya. Bahkan tidak jarang ada orang yang sengaja berbuat curang demi tampil di depan sebagai bagian dari kaum kaya.     
Read more

Hanya Harapan yang Tersisa

                “Dia sudah membaik?”                Raanana menganggukkan kepala pada pria yang duduk di kursi berseberangan meja dengannya itu. “Perawat itu melakukan pekerjaannya dengan baik,” katanya.                Tuan Johansson atau Nick, ayah Aaron diam untuk sesaat. Matanya mengamati ruangan yang ada di balik jendela Raanana. Sejujurnya, pikirannya tertuju bukan pada ruangan itu apalagi putranya, melainkan wanita yang dipanggil Raanana dengan sebutan perawat itu.                Nick tidak bermaksud untuk berburuk sangka. Hanya saja, semua orang di kastil mulai sering membicarakan tentang perawat khusus tuan muda yang berparas cantik.
Read more

Bukan Waktu yang Tepat

                Dua hari ini cuaca sedikit mendung. Akibatnya hawa dingin menyergap semua orang, tidak terkecuali pasien Aurora. Oleh karenanya sebelum keluar ke taman, Aurora selalu menyiapkan pakaian hangat untuk pria itu. Ya, meskipun itu sekedar ‘sweater’ .                Ini adalah minggu pertama di bulan kedua Aurora bekerja. Aaron berharap bahwa kondisinya semakin membaik sehingga mempermudah pekerjaan wanita itu. Jadi, dia sama sekali tidak membantah apa kata Aurora. Dan jika boleh jujur, dia justru menyukai perhatian perawat itu, terutama saat Aurora memakaikan ‘sweater’ untuknya.                Kenapa dia harus menatapku dengan tatapan seperti itu tanya Aurora dalam hati setiap kali matanya bersinggungan dengan m
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status