Beranda / Romansa / Little Seducer / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab Little Seducer: Bab 141 - Bab 150

182 Bab

Secret revealed

Edward pamit untuk mencari Rosie sehabis menemui keluarga John. Tadinya Edward hampir babak belur dihajar Tuan John dan beberapa sepupu Alice, untung Alice datang di saat yang tepat dan menyelamatkannya. Gadis itu bilang bahwa keputusan pembatalan pernikahan bukan hanya keinginan Edward sepihak, tapi dirinya juga turut andil. Maka keluarga John tidak punya alasan lagi untuk menghajar atau menuntut Edward pasal insiden memalukan itu.Tuan dan Nyonya Quin sempat melarang Edward pergi. Mereka tetap bisa mencari Rosie tanpa Edward harus pergi sendiri mencarinya. Meski masih tidak habis pikir dengan tindakan sang anak, Tuan dan Nyonya Quin tetap saja tidak bisa kehilangan satu anak mereka lagi.Edward bergeming. Dia mengeraskan hati. mengabaikan permohonan kedua orang tuanya. Bagi Edward, menemukan Rosie adalah prioritas utama. Lebih penting dari pada studinya, lebih penting dari pada statusnya. Beberapa bulan setelah Edward pergi,
Baca selengkapnya

Blocked

"Sebenarnya Ayah dan Ibu juga punya hal yang ingin kami bicarakan denganmu."Tuan Quin menatap manik hitam anaknya begitu juga Edward, lamat memandangi mata coklat sang ayah."Sebenarnya, Rosie adalah anak kandungku dan Eliza."Dengan itu Lewis menceritakan kisahnya dan Eliza mulai dari pertemuan pertama mereka dua puluh lima tahun yang lalu. Berlanjut pada hubungan yang terhalang restu orang tua Lewis karena status sosial. Sampai keputusan Eliza yang mengakhiri hubungan cinta mereka karena tahu Lewis akan dijodohkan dengan gadis lain pilihan keluarganya. Eliza kemudian pergi jauh supaya Lewis tidak bisa menemukannya dan memintanya kembali. Dia tahu bahwa Lewis adalah pemuda keras kepala yang tidak mudah menyerah begitu saja, sama seperti Edward. Yang tidak pasangan muda ketahui adalah ternyata Eliza tengah mengandung anak mereka. Eliza baru mengetahuinya ketika kandungannya berusia tiga bulan dan Lewis sudah
Baca selengkapnya

Can't

Sepuluh menit lalu mereka sepakat hanya melakukan hal yang tadi. Tapi sekarang nampaknya Edward punya rencana lain. Tubuh Rosie dibalik setelah dia mematikan keran air, manik hitam Edward dipenuhi gairah ketika Rosie melihatnya.  Tidak ada basa-basi, Edward langsung memangut bibir cantik istrinya. Dia hanya melepasnya untuk membisikkan, "Aku menginginkan tubuhmu, Rosie," pelan tapi seksi. Edward menautkan bibir mereka lagi, kali ini lebih kasar, liar, dan penuh nafsu. Dia membuka kancing kemeja Rosie satu persatu untuk mengekspos tulang selangka dan tentu saja-bagian favoritnya, dada Rosie. Kala bibirnya berpindah dari tulang selangka ke dada kenyal Rosie, tangan kirinya menyusup ke dalam rok perempuan itu. "Ed-Edward, jang...an...ah..." Rosie meremat kaos Edward erat, wajahnya dia buang ke kiri untuk memudahkan sang suami menciumi leher jenjangnya. Mulut Edward mengulum daging berbalut kulit le
Baca selengkapnya

Passionate

Flash back."Kau sudah tidak cinta pada aku lagi Mentang-mentang aku sudah tidak secantik dulu! Hiks hiks hiks..." tangisan itu tiba-tiba saja mewarnai perbincangan Rosie dan Edward.Pagi itu sepasang suami istri hanya mendiskusikan hal ringan. Dekorasi interior untuk rumah mereka yang sedang di renovasi. Rosie sudah beberapa kali mengutarakan keinginannya untuk mengecat seluruh tembok dengan warna pink. Saat perempuan yang tengah hamil enam bulan itu bilang semua itu berarti SEMUA dinding yang berdiri di rumah mereka, termasuk ruang tamu, ruang TV, dapur, bagasi, kamar tidur (semua kamar tidur, semua), termasuk ruang kerja Edward.Tentunya Edward menolak, dengan halus sebab dia tahu kondisi Rosie sekarang sangat amat begitu sensitif. Salah bicara sedikit, Rosie bisa langsung tersinggung, sedih, terluka, murung, dan hasilnya bilang Edward sudah tidak mencintainya lagi. Repot lah pokoknya."Bukan seperti itu, Rosie s
Baca selengkapnya

The piece of the heart that came back

Edward menyunggingkan seringai tipis seraya menuntun Rosie duduk di pangkuannya. Perempuan itu menaruh kedua lutut di kanan dan kiri paha Edward tapi menolak untuk duduk. Alis Rosie terpaut samar-samar dalam cahaya temaram lampu kamar apartemen."Aku berat, Edward."Rosie mencebik imut antara campuran rasa kuatir dan kecewa. Dia sangat ingin menuruti perintah sang suami, duduk di pangkuan Edward dan bercumbu seperti yang biasa mereka lakukan, tapi belakangan ini berat badannya makin menakutkan. Rosie sering bercermin dan dia hampir percaya bahwa pantulan di cermin adalah paus biru kekenyangan."Siapa bilang?"Edward memaksa sang istri duduk di pangkuannya. Tidak terganggu sedikitpun dengan berat yang kuatirkan Rosie. Justru dia suka tubuh berisi perempuan di depannya sekarang. Penuh dengan daging kenyal yang bikin Jaebeom ingin menyantap segera."Aku memang- Ak!"Rosie memekik kaget
Baca selengkapnya

The day Samuel had been waiting for

"Sejujurnya aku suka nama itu. Rasanya cocok.""Bagaimana?""Naluriku. Ini sulit dijelaskan." Rosie angkat bahu. Dia lalu memeluk Edward dengan erat dan menyandarkan kepalanya di dada Edward lagi, mencoba tidur. Namun kemudian,"Jangan coba-coba..." desis Rosie, mata masih terpejam. Seketika tangan nakal Edward di balik selimut berhenti menggerayangi paha Rosie."Sayang~~~" rengek Edward manja. Bibirnya turun ke ceruk leher Rosie, menciuminya."Sekarang jam tiga pagi, Edward. Aku lelah.""Ayolah, sayang. Sebentar saja." Bujuk Edward masih pantang menyerah, kini bibirnya sudah di tulang selangka."A-""Ibi.... Ayah...." Samuel membuka pintu kamar. Kaki kecilnya melangkah menuju ranjang dan memanjat ke atas. Dia menyelipkan tubuh kecilnya di tengah-tengah kedua orang tuanya."Samuel kok bangun?" Rosie memeriksa wajah mengatuk Samuel.
Baca selengkapnya

Anxious

"Sudah, ini sudah siang. Kalian sudah harus berangkat." Rosie mengalihkan pembicaraan, tangannya dengan gesit menyusun kotak bekal dan juga botol air minum, lalu memasukkannya ke dalam tas Samuel. Edward hanya memperhatikan wajah Rosie yang merah padam. Meski, usianya kini sudah tak lagi muda tapi wajah Rosie masih nampak cantik. "Baiklah, ayo Ayah." Samuel bergegas menyangkil tasnya diikuti Edward yang mengambil kunci mobilnya. "Ibu tidak ikut?" Samuel bertanya ketika menyaksikan Rosie yang menyambut pamitan Edward."Tidak, sayang. Nanti siang, Ibu akan pergi ke rumah sakit, mengecek adik Samuel." Samuel hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seraya mulutnya membentuk huruf O. "Nanti, kau harus hati-hati. Jangan kecapean, Rosie. Ajak Bi Lastri menemanimu, aku tidak izinkan kau jika pergi sendirian. Oke?"Rosie mengangguk seraya mengerucu
Baca selengkapnya

Bleeding

"Ayah, apa Bibi Alice masih lama?" Samuel yang nampak tak sabar kini mulai berceloteh."Sebentar lagi, sayang. Sabar sedikit, ya?" Edward mengelus lembut punggung Samuel, menenangkan si bocah agar tidak merengek. Tak lama setelah itu, muncul Alice dari kerumunan depan gerbang, menghampiri Edward dan Samuel. "Maaf membuat kalian menunggu lama. Aku habis dari toilet, ramai sekali."Edward hanya berdehem, lalu mengangguk. Samuel kembali menampilkan wajah sumringahnya. Menatap Alice dengan tatapan berbinar."Ayo, Bibi! Aku sudah tidak sabar." "Ayo, Samuel. Upacara pagi sebentar lagi akan mulai." Tangan kecil Samuel langsung menerima uluran tangan Alice."Alice, aku titip Samuel."Alice mengangguk, "Ya, kau tenang saja.""Baiklah.""Ayo, Samuel." "Bye, Ayah.
Baca selengkapnya

Disaster

Rosie menghela nafasnya yang memburu, wajahnya dengan penuh ambisi kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga, menahan rasa sakit pada perutnya karena tendangan itu kembali terasa. "Sabar, sayang. Sebentar lagi kita akan sampai." Rosie berusaha kuat, pegangannya pada tiang tangga semakin kuat sampai kuku jarinya memutih. Dua langkah lagi ketika dia hendak sampai di lantai tiga, tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit, pusing langsung mendera kepalanya dan pandangannya mulai berkunang-kunang. Tepat ketika dia sudah tiba di lantai tiga, kakinya sontak saja terasa lemas dan Rosie langsung ambruk ke lantai hingga menimbulkan dentuman keras untuk perutnya."Ah!" Rosie menjerit, perutnya yang tadi sudah terasa sakit kini malah semakin bertambah sakit, rasanya bertambah dua kali lipat. Jeritan Rosie yang kencang seraya suara jatuhnya menarik atensi dari beberapa orang yang sedang ada
Baca selengkapnya

Stubborn

Edward yang baru saja tiba di rumah sakit langsung lari terbirit-birit menuju ruang rawat tempat Rosie berada, tadi dia sudah di beritahu oleh perawat suruhannya untuk menjaga Rosie sampai dia tiba di sana.  Napas lelaki itu memburu, dia sangat panik mengetahui Rosie jatuh pingsan dan ditambah dengan pendarahan. Batinnya tak ada henti meramalkan doa agar Rosie dan kedua anaknya selamat. Edward langsung masuk ke dalam ruangan, membuka pintu dengan tidak sabaran. Edward langsung menemukan Rosie yang masih tidak sadarkan diri, terbaring lemah di atas bangsal.  "Ada apa dengan istri saya?" Edward langsung menyerbu perawat jaga yang ada di sana. "Tadi, Ibu Rosie terjatuh di dekat tangga, ketika kami mengangkatnya, Ibu Rosie malah pendarahan. Mungkin, itu dampak dari Ibu Rosie yang terlalu lelah. Tidak kuat berjalan lama, terlebih lagi ada dua bayi di perutnya. Itu, menyulitkan." 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status