Beranda / Romansa / Little Seducer / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Little Seducer: Bab 151 - Bab 160

182 Bab

Samuel's disaster

"Engh, Edward." Edward menoleh dan langsung menemukan Rosie yang baru saja membuka mata. Bibirnya bergerak seolah hendak mengucap kata."Ah, maaf, Bu. Rosie baru saja sadar, nanti aku kabari lagi.""Baiklah, kabari terus pada Ibu."Tut."Rosie? Apa yang sakit? Kau butuh apa?" Edward seperti suami siaga yang langsung mengecek kondisi Rosie. "A-aku i-ngin minum." Rosie berkata terbata-bata karena tenggorokannya yang terasa kering."Ini. Minum ini." Rosie langsung menerima gelas yang di sodorkan Edward dan langsung merasa lebih baik."Bagaimana? Kau sudah baikan?" Rosie mengangguk-angguk kepalanya, "Aku sudah lebih baik, Edward. Terima kasih."Edward membuang napasnya lega, lalu menatap Rosie dengan tatapan tajam, meski begitu Edward harus menahan emosinya agar tidak lepas kendali."Kenapa kau bisa pergi se
Baca selengkapnya

Unexpected

"Bukankah, itu Samuel? Dia sudah mulai bersekolah?"Alice mengangguk, "Ini hari pertamanya masuk sekolah."Damian tersenyum simpul, "Dia tumbuh baik dengan Rosie.""Rosie memang sangat menyayangi Samuel.""Aku tahu."Alice menegang habis minumannya, udara siang hari ini membuat tubuhnya sangat panas, dia butuh yang segar saat ini. Di tengah kesunyian melanda mereka, tiba-tiba ponsel Alice berbunyi. Tertera nama Edward di layar benda pipih itu. "Sebentar.""Ya."Alice menekan tombol hijau di sana."Halo? Ada apa?""Apa anak-anak sudah pulang?""Sudah, mereka sedang main di taman.""Ah, setelah itu kau bisa mengajak mereka ke rumah sakit.""Rumah sakit? Siapa yang sakit?" Alice reflek melihat ke arah Damian yang ternyata juga tengah menatapnya. 
Baca selengkapnya

Guilty feeling

"Samuel sedang perjalanan ke sini, aku yang akan mengurusnya, kau di sini saja." Edward mencoba tenang meski wajahnya sudah nampak geram melihat selang infus yang tetanam di tangan Rosie sedikit sedikit sudah mengeluarkan darah. "Tidak bisa, Edward! Aku ingin menemuinya! Aku ingin menemaninya! Aku ini ibunya! Kau tahu apa tentangnya?!" Rosie kembali menjerit histeris, menatap murka pada Edward yang nampaknya juga sudah lelah. "Kau baru saja lebih baik, Rosie. Apa kau lupa? Kau juga baru saja mengalami pendarahan! Apa kau juga tidak kasihan pada kandunganmu? Jadi, biarkan aku yang akan mengurus Samuel, kau sini saja. Aku melakukan ini juga demi kebaikanmu, Rosie. Aku mohon, ikuti perintahku sekali ini saja. Semuanya akan baik-baik saja, percaya padaku, Rosie." Edward menatap Rosie dengan lembut, meyakinkan gadis itu bahwa semuanya akan berjalan lancar dan baik-baik saja."Tidak." Rosie menggeleng tegas, menyangkal segala
Baca selengkapnya

The problems that never stop

"Bagaimana keadaannya, Dok?" Edward langsung bertanya begitu pintu ruangan terbuka dan menampilkan Dokter. Pria berjas putih itu menghela napas, "Keadaan Rosie sudah agak membaik. Tapi, dia harus istirahat total karena flek di kandungannya sudah semakin menyebar. Tolong, usahakan pikirannya bebas dan tidak stress, itu akan sangat berdampak untuk kesehatan kandungannya." Edward menghela napas, melihat Rosie yang sedang terbaring lemah di sana dengan wajah prihatin. "Rosie sudah saya berikan obat tidur agar istirahatnya semakin banyak." "Terima kasih, Dok." "Sama-sama, kalau begitu saya pamit dulu. Langsung hubungi jika terjadi sesuatu."Edward mengangguk dan Dokter itu segera enyah dari hadapannya. Mata hitam itu melirik ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul lima sore, dia harus bergegas memeriksa k
Baca selengkapnya

Acting weird q

"Keadaannya cukup mengkhawatirkan, otaknya mengalami kerusakan karena benturan yang cukup keras mengenai belakang kepalanya. Sekarang, dia belum sadarkan diri."Alice yang baru saja bangkit kini langsung kembali terjatuh duduk, tatapannya kosong dan tak lama air terjun langsung mengalir deras dari pelupuk matanya. David langsung menghampiri, merangkul sang istri berupaya memberi dorongan. "Apa otaknya akan segera pulih? Tidak adakah tindakan lanjut agar otaknya kembali?"Dokter itu menghela napas, "Untuk saat ini, kami hanya bisa menunggunya sadar, setelah itu kami akan melakukan tindakan lebih lanjut, karena untuk merangsang kinerja otaknya dia harus sedikit mengingat hal."Edward lagi-lagi mendesah prustasi, "Apa saya boleh melihat anak saya di dalam?""Mohon maaf, Pak. Jika, pasien belum sadar kami menghimbau Bapak agar tidak menemuinya dulu, biarkan pasien istirahat untuk sekarang."
Baca selengkapnya

Meeting old people

Edward menghela napasnya, menegak kopi yang dia beli lima menit lalu dengan tandas, menghalau rasa kantuk yang menyerang matanya. Kedua tangannya melirik ke arah pergelangan tangannya yang menampilkan waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.  Tak terasa, dia sudah lima jam menunggu di ruang tunggu depan ruangan Samuel. Tadi, Dokter yang menangani Samuel sempat memberitahunya bahwa tekanan darah Samuel menurun hingga dua puluh persen. Maka dari itu, Edward memilih menunggu saja di sini agar tidak terlewat sesuatu yang penting.  "Edward."  Edward yang sedang melamun tentu saja terkejut ketika ada sebuah tangan yang menyentuh bahunya seraya menyuarakan namanya.  "Ibu? Ibu sudah mau pulang?"  Eliza menganggukkan kepalanya, "Rosie juga sudah tertidur. Bagaimana keadaan Samuel? Apa terjadi sesuatu?" Entah sudah berapa kali Edward menghe
Baca selengkapnya

Worry

"Sebelumnya, apa yang terjadi dengan pasien." Dokter itu sedikit melonggarkan pakaian yang di pakai Samuel seraya mengecek keadaan bocah itu melalui alat patient monitor.  "Dia baru saja mengalami kerusakan otak kemarin karena terjatuh dari permainan bola dunia." Dokter itu menatap sang perawat terkejut, kedua alisnya menukik tajam.  "Ini gejala epilepsi, segera berikan obat  sodium valproate atau topiramate, saya akan berikan obat penenang untuk meminimalisir kejang-kejang." "Baik, Dok."  Dokter itu dengan cekatan mengambil beberapa peralatan yang dia butuhkan, salah satunya jarum suntik yang harus segera dia ganti. Setelah semuanya sudah siap, Dokter itu segera menyuntikannya pada lengan Samuel di susul dengan suntikan obat yang diarahkan sang Dokter.  Tak berapa lama, tubuh Samuel mulai kembali normal, kejang-kejangnya berangsur-angsur menghilang, Dokt
Baca selengkapnya

Caught

"Anak itu? Anak yang tadi di IGD-" "Apa? Kenapa dia?"  "Tadi, dia sempat mengalami kejang-kejang karena gejala epilepsi yang dia idap kambuh, tapi untungnya sekarang sudah lebih baik, hanya perlu memperhatikan kondisi vitalnya." "Ah, syukurlah." Edward mendesah napas lega. Entah bagaimana lagi kondisi Rosie nanti kalau tahu kondisi Samuel yang sempat kejang-kejang. "D-dia itu, siapa?" tanya Angel terdengar hati-hati. Edward menekuk kedua alisnya. "Siapa?" "Anak itu-" "Ah, dia Samuel. Anakku." "Anakmu?" seru Angel yang tanpa sadar membuat beberapa orang yang baru sampai menoleh ke arah mereka.  "Kau memancing perhatian." Edward terkekeh. Angel sontak menutupi wajahnya karena malu. "Ah, maaf. Aku hanya terkejut tadi. Apa dia anakmu dengan Alice?" "
Baca selengkapnya

Disappointed

Rosie berjalan tertatih menyusuri tangga seraya menyeka keringatnya yang bercucuran, kakinya sudah mulai sedikit goyah dengan pandangan yang berkunang-kunang tapi dia tetap melanjutkan jalannya dengan bertumpu pada tembok sebagai arahan. Untung saja, dia tahu di mana letak IGD.  "Astaga, Ibu Rosie mau ke mana?" tegus salah seorang perawat yang sontak saja membantu Rosie yang sudah sedikit oleng. "Saya mau ke ruang IGD. Saya mau bertemu anak saya, perasaan saya tidak enak dari tadi." "Tapi, kondisi Ibu masih belum stabil, Ibu masih harus istirahat di ruangan. Saya antar kembali ya, Bu?" "Tidak, saya ingin tetap ke ruang IGD, ada suami saya juga di sana." "Tapi, Bu-" "Sekali ini saja, Sus. Tolong bantu saja, tolong bantu saya antarkan bertemu dengan anak saya. Setelah ini, saya akan langsung kembali." Perawat wanita itu sedikit meniman
Baca selengkapnya

Worried about

"Rosie." panggil Edward, wajahnya nampak khawatir, peluh membanjiri sekitar pelipisnya. Rosie tak bergeming, tetap diam dengan arah pandang menuju depan. Rasanya, baru beberapa jam tadi dia berbicara pada Tuhan jika dia sangat beruntung memiliki suami seperti Edward, tapi sekarang dia rasanya ingin mengadu pada Tuhan agar segala rasa syukurnya di cabut.  "Rosie, maafkan aku. Kau jangan salah paham, dengarkan penjelasan aku dulu." Edward yang baru saja menyentuh ingin menyentuh lengan Rosie kembali harus pupus ketika gadis itu justru menghentakkannya. "Ayo, dengarkan penjelasan aku du-" Rosie menoleh, menatap tajam ke arah Edward. "Aku ingin istirahat, kita bicara nanti saja."  "Tapi, Ros-" "Ayo, sus." Rosie berbicara pada sang perawat di sampingnya seraya kembali berjalan.  "Ros." Rosie kembali menepis tangan Edward yang he
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status