All Chapters of Pernikahan Nona Smith: Chapter 101 - Chapter 110

186 Chapters

Bab 101_ Hati Ibu

"Bangs*t! Apa-apaan ini? Untuk apa Sisil memohon pada anj*ng penjaga itu? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku tidak akan membiarkan perempuan itu hidup! Dia sudah membuat putriku melakukan hal memalukan! Dia harus mati!"Sinta seperti meledak hatinya melihat video tanpa suara yang menayangkan anak kesayangannya menangis, memohon-mohon di kaki Sheira. Ia tidak terima melihat Sisil diperlakukan seperti itu. Darahnya langsung mendidih dan kemarahan telah sampai di ubun-ubun.Kunjungan Sisil ke rumah Sheira memang telah ditunggu-tunggu. Jauh sebelum hal itu terjadi, Sheira telah merencanakan untuk membuat Sisil memohon dan berlutut di kakinya dengan cara apa pun. Perempuan itu meminta satpamnya untuk turut membantu melancarkan rencananya itu. Ia menyuruh satpam untuk merekam adegan menyedihkan yang dibintangi Sisil.Sheira sengaja membuat video itu tanpa suara. Ia menonaktifkan suara dari video itu supaya Sinta tidak tahu apa yang sedang mere
Read more

Bab 102_ Pelukan untuk Bibi Ipah

Hendry menggelengkan kepala. Mana mungkin ia hanya diam menunggu ketika istrinya keluar untuk keselamatan putrinya. Jadi siapa yang jantan di keluarga Sasongko jika dirinya sebagai suami hanya duduk manis di rumah saat Sinta keluar untuk menantang orang yang berbuat buruk pada keluarganya?Maka, dengan penuh kemantapan hati, Hendry memutuskan untuk mengikuti Sinta. Ia harus tahu apa yang terjadi. Hendry bahkan berpikir untuk meminta bodyguard turut serta dalam rencananya. Ia pastikan akan bertindak tegas pada mereka yang mencoba mengusik kedamaian keluarganya.Namun setelah sampai di ruang tamu, Hendry menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik sofa lantaran Sinta yang telah sampai di depan pintu juga berhenti. Satu-satunya alasan yang membuat Sinta berdiri mematung dengan wajah cemas adalah mobil merah yang melewati gerbang, memasuki halaman rumah. Tidak diragukan lagi, itu adalah mobil Sisil.Meski Sin
Read more

Bab 103_ Melihat Iblis

Smith berjalan pelan seperti singa lapar. Ia terus menatap Sinta bahkan tanpa berkedip. Tulang rahang gadis itu mengeras, menahan amarahnya melihat orang yang paling berjasa dalam hidupnya, Bibi Ipah, diperlakukan dengan sangat buruk."Smith, kemarilah nak. Jangan memandang Tante Sinta seperti itu. Haha, kau bisa membuatnya takut," kata Hendry mengingatkan dengan nada bergurau. Sejatinya ia tidak senang jika Smith menunjukkan tatapan tajam pada Sinta. Walau bagaimanapun, Sinta adalah ibu tirinya. Selain itu, terlepas dari hal tersebut, Sinta lebih tua dari Smith. Jadi sudah sepatutnya jika Smith menunjukkan rasa hormatnya."Aku sedang memandang iblis, Ayah!" kata Smith menggeretakkan giginya."Smith, apa yang kau katakan? Kau tidak boleh berbicara seperti itu. Dengarkan Ayah, kau harus belajar mengendalikan lisanmu saat berbicara pada orang yang lebih tua. Sekarang, minta maaflah pada Tante Sinta," tegur Hendry lagi. 
Read more

Bab 104_ Anak Set*n!

Sesaat suhu di ruang tamu meningkat hingga membuat orang-orang kepanasan. Padahal ada lebih dari tiga pendingin ruangan di sana.Sementara itu, Bibi Ipah yang masih belum beranjak dari tempatnya berdiri tak jauh dari jam raksasa karena kakinya yang terasa kaku, kini hanya bisa menangisi Smith. Perempuan tua itu merasa sangat bersalah. Karena membela dirinya, sang nona sampai dimarahi ayahnya, bahkan juga ditampar oleh saudaranya yang ia kenal sebagai gadis lembut dan baik hati.Sejujurnya Bibi Ipah sangat ingin berdiri di depan Smith, melindungi gadis itu dari apa pun dan siapa pun. Jika ia memang telah dianggap sebagai nenek sendiri oleh Nona Smith, lalu nenek seperti apa yang hanya diam melihat cucunya dipukul orang? Bahkan jika ia menumpahkan seluruh air matanya pun tidak akan mengubah apa-apa. Akan tetapi Bibi Ipah tidak akan pernah lupa bahwa ia hanyalah pembantu di rumah itu. Mana mungkin seorang a
Read more

Bab 105_ Dosa Orang Lupa

Sinta menunggu Sisil yang sedang mandi dengan gusar. Hatinya yang panas membuatnya tidak bisa duduk tenang, mondar-mandir di depan pintu toilet."Sisil, kau sudah selesai. Mama akan menyuapimu sekarang. Kau harus makan yang banyak," kata Sinta menarik tangan Sisil dan memintanya untuk duduk di atas ranjang masih dengan handuk yang melingkupi rambutnya."Mama, aku akan ganti baju dulu," kata Sisil yang terlihat lebih baik setelah membersihkan badannya."Baiklah. Mama akan menunggumu."Pikir Sinta, ia harus segera menyadarkan putrinya untuk tetap bersikap tegas pada Smith. Dengan cara apa pun, Sinta akan mencegah Sisil untuk meminta maaf atas hal luar biasa yang dilakukan pada Smith.Di samping itu, tentu saja Sinta akan menanyakan pada Sisil perihal video yang dikirim Sheira padanya. Untuk apa Sisil ke rumah Sheira dan mengapa putrinya itu sampai berlutut di depan anj*ng penjaga Smith.
Read more

Bab 106_ Efek (Pura-pura) Hamil

"A-apa yang akan kau lakukan? Mundur! Menjauh dariku!" teriak Smith dengan wajah takut. "Smith, apa yang kau bicarakan? Memangnya apa yang akan aku lakukan?" ucap Janu benar-benar bingung.  Janu sangat ingin menenangkan istrinya. Namun, gerakan Janu yang mengulurkan tangan seperti mau menyentuh Smith, malah membuat Smith semakin takut. "Mundur! Mundur sekatang juga! Cepat mundur atau aku akan melempar vas bunga ini!" perintah Smith sambil mengangkat vas bunga yang ada di atas meja, tak jauh dari tempatnya berdiri. Gadis itu membuat mawar dan air yang ada di dalamnya terjatuh di lantai. "Oke, oke. Aku mundur sekarang," sahut Janu semakin heran. Meski ia tidak tahu apa yang terjadi pada Smith, ia tetap melakukan apa yang diucapkan istrinya itu. "Apa ini bagian dari efek hamil? Tapi apa penjelasan logisnya untuk ini? Dia sering melakukan hal-hal aneh setelah menikah. Ada-ada sa
Read more

Bab 107_ Gara-gara Bakso

Sisil telah duduk di kursi ruang makan. Tepat di samping kirinya telah duduk Sinta yang menunggu dengan wajah masam. Dan orang lain yang juga telah siap untuk makan malam adalah Hendry. Hendry sengaja meminta Sinta dan Sisil untuk menunggu Smith dan Janu turun. Mereka telah membiarkan hidangan di meja nganggur saja selama lebih dari sepuluh menit dari waktu biasa makan malam dilakukan. "Bangs*t! Gadis itu pasti sengaja! Duh, perutku sudah sakit lagi!" gerutu Sinta membatin. Hendry memang ingin memulai makan malam secara serempak. Ada hal yang ingin ia sampaikan sebelum makan malam dimulai. Tapi tampaknya Smith masih malas bertemu dengannya. "Apa aku perlu memanggil mereka?" tanya Sinta menawarkan diri. Ia sudah tidak tahan lagi.  Sinta bersumpah jika sampai suaminya mengiyakan tawarannya, ia tidak akan mengajak Smith dan Janu untuk makan bersama. Tetapi ia akan mendatangi ka
Read more

Bab 108_ Panggil Aku Sint*ng!

Janu masih belum berani mengatakan apa-apa. Tapi sesekali ia menoleh ke belakang untuk menengok istrinya yang duduk anteng di belakangnya. Jika pasangan suami istri yang baru menikah pada umunya terlihat mesra dan terkesan tidak ingin terpisah, menempel terus termasuk saat berboncengan menaiki motor, tidak demikian dengan Smith dan Janu. Tidak ada yang berubah. Sama seperti saat mereka belum menikah, Smith lebih memilih untuk memegang jok motor yang menyebabkan jarak antara dirinya dengan sang suami semakin kentara, cukup untuk diduduki satu orang lagi di tengah-tengah mereka. Namun, itu sama sekali bukan masalah serius. Janu tidak sedang pusing memikirkan cara agar Smith mau melingkarkan tangan di perutnya, tetapi pikiran Janu menjadi kusut lantaran Smith belum mengatakan satu patah kata pun sejak mereka menaiki motor. Biasanya, jika Smith dalam kondisi normal, tentu kini telah terdengar ocehan yang menyuruh Janu untuk
Read more

Bab 109_ Bermalam di Danau

Heningnya malam sampai membuat suara angin terdengar. Juga dedaunan pada pohon yang bergerak-gerak sendiri. Smith terus memandang mata kucing Janu tanpa berucap. Ia masih menunggu suaminya itu untuk bicara. "Smith, tadi pagi Sisil menemuiku. Kami berbincang di kafe kecil dekat kampus. Aku tidak mengerti mengapa dia sangat ingin berbicara padaku hingga harus repot-repot menyusulku dan tidak sabar untuk menungguku pulang." "Apa yang dia katakan?" sergap Smith supaya Janu lekas menceritakan intinya. "Sisil, aku tidak tahu kenapa ... " "Berhenti berputar-putar. Aku tahu kau tidak tahu apa-apa. Katakan saja langsung secara terus terang. Kenapa kau senang sekali membuatku kesal? Sekarang katakan apa yang Sisil katakan padamu!" tukas Smith memotong perkataan Janu. Ia sungguh geregetan mendengar omongan Janu yang bertele-tele. "Dia menanyakan padaku, apa kau benar-be
Read more

Bab 110_ Atas Nama Ibu Kandung

"Anak ini harus diberi pelajaran!" ujar Sinta dalam batin mendidih. Sinta terus berjalan tanpa peduli pada ucapan Sisil. Ia bahkan mencengkeram lebih kuat tangan putrinya ketika Sisil berusaha untuk melawan. Ia sudah muak dengan semuanya dan memutuskan untuk bersikap tegas pada Sisil detik ini juga. Sinta pada akhirnya harus mengambil pilihan itu sebab tampaknya Sisil memang tidak pernah menghiraukan semua perkataannya yang meminta putrinya itu untuk tidak kalah dari Smith. Sisil bahkan tetap ngeyel mau minta maaf pada Smith meski Sinta telah melarangnya berulang-ulang. "Mama! Kenapa Mama selalu memaksakan kehendak Mama padaku? Tidak bisakah Mama membiarkan aku melakukan apa yang aku inginkan? Lagi pula, apa salahnya jika aku meminta maaf pada Smith? Bahkan Ayah juga mendukungku untuk berbaikan dengan Smith," protes Sisil setelah masuk ke dalam kamarnya dengan tangan yang masih digenggam erat oleh Sinta. 
Read more
PREV
1
...
910111213
...
19
DMCA.com Protection Status