Janu duduk di atas meja rias, menunggu Sisil mengeluarkan perlengkapan rias yang baru saja diambil dari kamar Smith karena tertinggal. "Sisil, terima kasih banyak. Aku tidak menyangka jika sebentar lagi kita akan menjadi saudara. Kau sangat baik. Aku sangat beruntung bisa memiliki teman sepertimu," kata Janu tulus dari dalam hati.Sisil yang sedari tadi telah membendung sakit hatinya dan berusaha keras untuk tidak menangis, kini harus tersenyum kecut, lagi-lagi demi menunjukkan kebahagiaan palsu. Padahal, tenggorokannya sudah seperti tercekik oleh kenyataan yang membuatnya hanya menjadi teman untuk Janu, dari dulu sampai sekarang."Aku akan memberi sedikit bedak di wajahmu," ucap Sisil dengan suara parau. Meski ia telah berusaha untuk biasa saja, tetap saja tubuhnya menunjukkan apa yang sedang ia rasakan."Sisil, kenapa suaramu serak? Apa kau baik-baik saja? Kalau kau sedang tidak sehat, beristirahatlah. Aku s
Baca selengkapnya