All Chapters of Pernikahan Nona Smith: Chapter 61 - Chapter 70

186 Chapters

Bab 61_ Kepergian Smith

"Janu datang kemari untuk melamarku. Dia mau bertanggung jawab dan menjadi ayah untuk bayi yang ada di perutku. Itu artinya masalah selesai. Bayi ini bisa lahir tanpa aib untuk siapa pun. Lalu Sisil, semestinya dia tidak marah atau sakit hati jika aku menikah dengan Janu. Kenapa? Karena Sisil dan Janu tidak memiliki hubungan apa-apa. Mereka hanya teman. Akan beda masalahnya jika Sisil adalah istri Janu. Lantas datang perempuan lain yang mengobrak-abrik rumah tangga mereka!"Smith menatap tajam Sinta ketika mengucapkan kalimat terakhir itu. Ia sampai berkaca-kaca dan bergetar tangannya karena selama ini hanya diam meski Sinta sudah sangat menyakiti dirinya. Barulah malam ini ia akan benar-benar memulai pembalasannya.Sontak saja mata Sinta menjadi terbelalak. Ia tidak menyangka jika Smith akan mampu membalikkan keadaan dan membuatnya diam tak berkutik lagi. Apa yang diucapkan Smith sungguh membuatnya mati kutu.Sedangkan Sisil, ia te
Read more

Bab 62_ Aroma Debu

Janu mengemudikan motornya dengan pelan saja. Ia bingung harus membawa Smith ke mana.  Jantung Janu bahkan terus berdetak kencang karena merasa dirinya seperti membawa kabur anak gadis orang. Tapi Janu hanya diam karena mengerti kalau Smith masih sangat marah atas apa yang terjadi di rumahnya. "Apa bensinmu habis?" tanya Smith dengan suara dingin, sedingin malam ini. "Tidak. Kenapa Smith?" ujar Janu yang sesaat menoleh ke belakang. "Kalau begitu kemudikan motormu dengan benar! Apa kau sengaja membuat motormu berjalan seperti keong supaya ayahku bisa mengejar?" bentak Smith sampai membuat telinga Janu mendengung. Namun Janu malah tersenyum. Ia tahu, jika Smith sudah mulai berteriak padanya, artinya suasana hati gadis itu sudah kembali normal atau setidaknya telah membaik. "Apa kau tidak mendengarku!" teriak Smith lebih keras karena Janu tidak kunjung memp
Read more

Bab 63_ Kecupan Tidak Langsung

Janu dipersilakan masuk oleh putra dari pemilik kost. Ia diminta menunggu sebentar di ruang tamu selagi ibu kost dipanggil. Janu pun menunggu dengan perasaan tidak tenang. Jantungnya bahkan sudah seperti kereta ekspres saja, sangat cepat. "Ee Janu. Ibu kira siapa. Ada apa?" tanya Ibu kost ramah yang kemudian duduk di hadapan Janu. "Begini Bu, eem ... jam malamnya sudah hampir berakhir ya Bu?" ucap Janu basa-basi. Ia sedikit bingung harus memulai meminta izin dari mana. "Iya, sekitar lima menitan lagi. Ada apa memangnya? Kamu barusan datang dengan gadis yang sangat cantik 'kan? Siapa dia? Saya belum pernah melihatnya ke sini sebelumnya. Apa dia pacarmu?" kata Ibu kost menggoda.  Perempuan paruh baya itu sungguh tidak mengenali Smith karena penampilannya memang sangat jauh berbeda dari penampilan Smith saat dulu berkunjung ke kost Janu untuk kerja kelompok ataupun menitipkan b
Read more

Bab 64_ Angin Malam

Janu telah merebahkan tubuhnya sedari tadi. Tapi matanya masih saja terjaga. Pikiran pemuda itu sedang sangat kusut tampaknya. Besok ia dan Smith ada jadwal kuliah. Ia juga harus bekerja di restoran. Janu memikirkan bagaimana dengan Smith kalau ia tinggalkan.Di sisi lain, ada PR besar yang harus ia selesaikan segera, yakni membawa Smithkembali ke rumahnya. Janu sadar benar, akan tidak baik jika Smith terlalu lama bersamanya.Namun, Janu memang tidak menyinggung perihal tersebut sama sekali karena tahu kalau Smith tidak akan pernah mau pulang dalam keadaan emosi yang menggunung. Janu ingin memberi waktu pada Smith untuk menenangkan dirinya sendiri dulu."Besok aku akan berbicara padanya agar mau pulang. Pasti ayahnya sangat cemas sekarang," gumam Janu dalam keterjagaan.Ring ... ring ....Janu terjingkat mendengar ponselnya berdering. Ia segera merogoh sakunya dengan pikiran bertanya-tanya, siapa orang yang menelepon selarut itu. Lantas
Read more

Bab 65_ Detik Terindah

"Berhenti mengoceh seperti ibu-ibu! Fokus saja menyetir! Kau bahkan lebih bawel ketimbang Tante Sinta!" sergap Smith saat Janu berbicara panjang lebar membujuknya agar mau pulang dalam perjalanan menuju kampus."Smith, mau sampai kapan kau kabur dari rumah? Bukankah kita harus segera menikah?" Janu masih ngeyel dengan pendiriannya untuk mengajak Smith kembali ke rumahnya. Bukan lantaran ia takut pada ancaman ayahnya Smith, melainkan karena Janu percaya bahwa lari dari masalah tidak akan pernah membuat suatu masalah selesai. Bahkan hanya akan mempersulit keadaan saja."Aku tidak kabur dari rumah. Apa kau tidak tahu, sejak tadi malam para bodyguard Ayah selalu mengawasi kita?""Benarkah? Apa mereka juga mengintai kita sekarang?" tanya Janu sambil celingukan ke kanan dan ke kiri. Sejujurnya ia selalu merasa ada yang mengawasi setiap kali berada bersama Smith. Janu tidak mengerti jika perasaannya itu bukan tanpa a
Read more

Bab 66_ Tamu Siang Bolong

Suasana di kediaman Tuan Hendry Sasongko masih tegang. Tidak ada banyak percakapan di sana. Suara Sinta yang biasanya selalu menggelegar dan meramaikan rumah itu juga tidak banyak terdengar. Suasana yang sangat menegangkan itu tidak lain adalah karena sikap Hendry yang mendadak menjadi sangat dingin. Segala pertikaian yang semalam terjadi masih juga terbayang di ingatan semua orang. Hendry bahkan tidak terlihat tersenyum sama sekali. Bibirnya begitu rapat, tatapan matanya sangat tajam, dan hampir tidak terdengar suaranya. Hendry hanya diam dengan tulang-tulang rahang yang mengeras menjadi batu. "Hari ini Smith pergi ke kampus bersama dengan Janu. Kalau sampai petang nanti Janu tidak juga mengajak Smith pulang, aku pastikan pemuda itu tidak akan pernah bernapas selamanya," ucap Hendry dalam keheningan makan siang. Setelah sebelumnya yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok, garpu, dan piring. Orang-orang di meja mak
Read more

Bab 67_ Sumpah Sinta

"Kau? Apa yang kau lakukan di sini? Kurang aj*r! Setelah semua kegaduhan yang kau lakukan semalam, kau masih berani datang ke mari? Pergi sana! Pergi jauh-jauh!" sambar Sinta sembari mendorong pemuda yang datang bersama tamu lainnya.Sudah barang tentu itu Janu. Benar, sesuai kesepakatan, Janu mengantar Smith pulang usai perkuliahan berakhir. Semestinya masih ada satu kelas lagi. Namun, berhubung dosen berhalangan hadir karena ada tugas lain, para mahasiswa hanya mendapat tugas sebagai pengganti pertemuan."Tante! Apa Tante sudah tidak waras? Janu datang ke mari mengantarku pulang ke rumahku, tempat Tante dan Sisil menumpang. Apa Tante ingin aku pergi dari rumah ini selamanya? Lalu Tante bisa menguasai rumah ini, begitu?" sahut Smith dengan suara yang sengaja dilantang-lantangkan. Ia memang ingin ayahnya mendengar segalanya."Kurang aj*r! Kau semakin berani saja padaku. Tidak ada hormatnya sama sekali! Apa kau sudah lupa bagaimana l
Read more

Bab 68_ Pekerjaan Seorang Mahasiswa

Sisil berdiri dan hendak mengikuti mamanya yang pergi ke kamar. Batinnya sungguh tidak kuat jika harus menyaksikan apa yang akan terjadi di ruangan itu. Namun Smith menahannya dengan ucapan yang membuat Sisil tidak mampu untuk menolak."Walau bagaimanapun, kau adalah saudaraku. Akan sangat bagus jika kau mau tetap tinggal di sini dan menjadi saksi hal penting yang akan terjadi dalam hidupku. Keberadaanmu di sini akan sangat berarti," begitulah kata Smith membuat Sisil duduk kembali di atas sofa.Smith pikir, semua sandiwara itu dilakukan utamanya untuk Sisil. Untuk membuat hati gadis itu benar-benar hancur berkeping-keping, hingga tidak ada sisa lagi untuk bahagia.Semua akan menjadi kurang seru jika Sisil meninggalkan ruangan itu. Sisil harus tetap tinggal dan menyaksikan prosesi lamaran yang dilakukan pemuda yang sangat disayanginya pada gadis lain yang merupakan saudara sambungnya sendiri. Tragis. Tapi menyenangkan untuk Smith.
Read more

Bab 69_ Pelukan Keluarga

Hendry tersenyum tipis. Ia terkesan dengan keberanian Janu. Juga perjuangannya demi untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari tangannya sendiri. Dari wajah Janu terlihat jelas kalau pemuda itu bahkan tidak memikirkan soal harta warisan. Ia sama sekali tidak peduli pada kekayaan calon mertuanya yang tidak akan habis sampai tujuh turunan."Sekarang katakan padaku, akan tinggal dimana kalian setelah menikah?"Pertanyaan Hendry tersebut sama sekali tidak mengagetkan Janu sebab dari awal ia tidak berharap akan hidup menumpang di rumah mertuanya. Justru Smith-lah yang kembali terkejut mendengarnya.Pasalnya, Smith sudah sangat berharap akan tinggal di rumah itu setelah ia dan Janu menikah. Smith tidak menghendaki tinggal di tempat lainnya. Sebab ia sangat ingin membuat Sisil dan Sinta angkat kaki dari rumah itu dengan sendirinya karena tidak sanggup lagi menahan sakit hati. Namun sang ayah bertanya seolah dirinya
Read more

Bab 70_ Perbedaan yang Nyata

Sinta memang telah masuk ke dalam kamarnya sejak tadi. Tapi ia sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Jangankan untuk tidur, berbaring saja Sinta tidak betah. Perempuan itu sedari tadi mondar-mandir di samping tempat tidurnya. Ia merasa sangat gelisah karena tidak bisa mengikuti apa yang sedang terjadi di ruang tamu. Apakah lamaran Janu diterima atau ditolak? Apakah setelah ini Smith akan tinggal di rumah itu atau dibiarkan tinggal di luar sana? Dan segala macam pertanyaan yang membuat pikirannya semakin kusut saja."Sial! Aku sudah bertindak sangat bodoh karena membuat suamiku emosi. Sekarang akibatnya aku tidak tahu apa-apa! Bagaimana jika Smith menghasut ayahnya untuk menceraikanku? Bagaimana kalau gadis kepar*t itu meminta ayahnya untuk mencoret Sisil dari daftar pewaris kekayaan. Bangs*t! Kenapa aku harus diam di tempat ini ketika Smith sedang meluncurkan serangannya? Jika aku ada bersama mereka sekarang, aku bi
Read more
PREV
1
...
56789
...
19
DMCA.com Protection Status