Lagi-lagi, Sarah membuat Ardhi dilanda amarah. Ia pikir kemarin-kemarin Sarah memang hanya sedang lelah dan melampiaskannya pada Ardhi. Namun, ternyata masih berlarut hingga hari ini. Entah apa yang sebenarnya telah terjadi. Rahang Ardhi mengeras. Ia menggeram. “Jangan mulai lagi, Sarah. Kamu bilang kemarin nggak akan lagi minta putus.” “Aku serius, Ardhi.” “Kamu pikir aku enggak?! Aku capek denger kamu minta putus terus!” sembur Ardhi dengan ketus. “Makanya itu biar kamu nggak capek, kita putus aja,” sahut Sarah dengan berani. “Nggak gitu cara mainnya, Sarah. Astaga, kamu tuh kenapa, sih?!” Ardhi menggeram kesal dan menatap Sarah dengan tajam. Ia jengkel setengah mati. Namun, kemarahan yang sudah sampai di ubun-ubun itu masih belum diluapkan. “Kasih tahu aku dengan sejujur-jujurnya, kamu kenapa? Kalau misal ada cowok lain yang kamu suka, aku akan mundur teratur dan ngalah, karena aku nggak mau bersaing memperebutkan cewek yang hatinya terbagi
Read more