Beranda / Romansa / TURUN RANJANG / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab TURUN RANJANG: Bab 21 - Bab 30

137 Bab

Sejumput Harap

Sera tersenyum sekilas meski tahu kalau Ardhi saat ini sedang marah kepadanya. Namun, rasa lega di dada membuat Sera mengabaikan itu sejenak. Sera akan urus nanti untuk menenangkan Ardhi. Rasanya, Sera akan baik-baik saja setelah ini karena ia menaruh sedikit harap kalau Ardhi memang pulang karena dirinya. Karena mengkhawatirkan dirinya.Sera ingin menyakini itu.Kalau Ardhi tidak benar-benar khawatir, laki-laki itu mungkin sudah akan pergi lagi, bukan malah masuk ke dalam kamar dan tidak keluar-keluar.Setelah cukup lama termenung, wanita itu memilih untuk menyusul Ardhi masuk ke dalam kamar. Saat sampai di kamar, tidak didapati Ardhi di mana-mana lalu ia mendengar suara air mengalir dari arah kamar mandi.Ardhi sedang mandi, batin Sera. Sera dapat mengambil kesimpulan kalau Ardhi tidak akan ke mana-mana setelah ini.Ya, biasanya setelah mandi, Ardhi tidak akan ke mana-mana dan langsung istirahat. Setidaknya itu yang Ardhi lakukan selama
Baca selengkapnya

Perkara Kondom

Makan malam yang tak disangka Sera akan berjalan dengan lancar−meski sempat diwarnai perseteruan kecil karena kesalahpahaman Sera−berakhir dengan tenang. Tidak ada tarik ulur urat yang tidak terselesaikan. Sera cukup bersyukur karena Ardhi lebih mudah diajak bicara meski tetap dengan nada-nada keras dan dingin saat berbicara dengannya.Setelah makan malam usai, Sera langsung mencuci piring dan membereskan kekacauan di dapur. Yang mengejutkan adalah … Ardhi ikut turun tangan membantu Sera. Laki-laki itu mendapat tugas mengeringkan piring sebelum diletakkan di rak. Benar-benar sebuah progress yang sangat menakjubkan. Sera akan menandai hari ini sebagai hari baik dalam pernikahan mereka berdua yang sudah berjalan satu bulan lebih.“Mau nonton TV?” tawar Ardhi setelah keduanya menyelesaikan kesibukan di dapur.Sera terkejut untuk yang ke sekian kalinya. Ia merasa kalau orang yang ada di hadapannya itu bukanlah Ardhi yang selama ini ia
Baca selengkapnya

Burung dalam Sangkar

Berbeda dengan suasana pagi suram yang Sera lalui selama dua minggu terakhir, pagi hari ini suasananya cukup berbeda. Tidak lagi suram, melainkan terasa damai dan cerah meski masih begitu pagi.Secerah suasana hati Sera pagi ini, yang terbangun dengan hati ringan. Ada Ardhi di sampingnya yang masih tertidur lelap. Sungguh, melihat Ardhi berada di sisinya, Sera merasa lega dan juga ada banyak rasa yang sulit diungkapkan. Sera bertanya-tanya, apakah kelegaan di hatinya itu akan berlangsung lama. Atau mungkin, Sera hanya boleh merasakan itu sebentar saja.Sera memandangi wajah Ardhi yang begitu damai dalam tidurnya dengan perasaan yang meletup-letup. Saat ini, rasanya seperti begitu mudah untuk menggapai laki-laki itu. Yang dulunya tak tergapai dan begitu jauh, kini amat sangat dekat. Sera bisa menyentuh lai-laki itu. Rambut, wajah, dan semua bagian tubuh laki-laki itu, Sera bisa menyentuhnya dengan mudah. Karena Ardhi yang telah memberi izin. Ya, mereka dekat secara raga
Baca selengkapnya

Kembali Menjauh?

Sungguh, Ardhi tidak bermaksud membuat Sera semarah itu. Hari ini rencananya Ardhi hanya ingin menghabiskan waktu bersama Sera, karena ia merasa bersalah sudah menghilang tanpa kabar selama dua minggu terkahir.Kemarin, selama dua minggu ia tidak pulang ke apartemen, Ardhi memikirkan banyak hal di kepalanya. Setelah menganalisis perasaan aneh di hatinya saat berjauhan dengan Sera, Ardhi mengambil langkah baru yang sudah mantap. Pada akhirnya, ia hanya tidak ingin terus bersikap buruk kepada Sera, karena wanita itu hanyalah korban dari keegoisan dirinya. Ardhi kembali untuk memperbaiki sikap. Ia tidak ingin memenjarakan Sera seperti burung di dalam sangkar yang tidak mengenal dunia. Ia ingin Sera tetap bisa bebas meski sudah terikat dengannya.Ia bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungannya dengan Sera.Selain itu, Ardhi juga ingin perlahan menjadi pasangan yang normal. Ya, terlalu muluk kalau Ardhi tiba-tiba berubah menjadi baik. Ia hanya ingin setidaknya bi
Baca selengkapnya

Rasa Sesal

Sera menyesal. Begitu pintu tertutup dan Ardhi sudah tidak terlihat sosoknya di depan mata, Sera langsung tahu bahwa sudut hatinya yang terdalam meneriakkan penyesalan yang begitu nyata. Melihat kenyataan bahwa Ardhi sekali lagi memalingkan wajah darinya, rasanya begitu menyiksa batin.“Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Sera?” Sera mendesah. “Ardhi sudah pergi sekarang. Ardhi pergi meninggalkan dirimu yang terlalu bodoh," sesalnya dengan nada gusar dalam suaranya.Pagi yang ia mulai dengan hati yang ringan itu ternyata tidak berlangsung lama. Hanya dalam sekejap, semua berubah suram dan mendung. Dan itu semua karena kesalahan Sera sendiri. Ia terlalu terbawa perasaan saat Ardhi memintanya untuk tinggal di apartemen. Yang ada di kepala Sera tadi, ia mengira kalau Ardhi akan kembali mengurungnya. Melarangnya melakukan ini itu di luar sana. Padahal, kalau diingat-ingat lagi ekspresi yang ada di wajah Ardhi tadi pagi sama sekali tidak menunjukkan itu.
Baca selengkapnya

Hari Buruk

Ardhi masuk ke dalam mobil dengan suasana hati yang begitu buruk. Perkataan Sera di apartemen masih membekas di otak dan itu membuat Ardhi mengetatkan rahang. Ia sudah susah payah menekan ego dan berusaha bangun hubungan yang baik dengan Sera. Namun, ia seperti tidak dihargai. Ardhi benar-benar tak menyangka kalau permintaan maafnya diabaikan begitu saja. Sera bahkan tidak mau mendengarkan penjelasan apa pun yang keluar dari bibirnya. “Selamat pagi, Bapak Ardhi,” sapa Adi seperti biasa.Ardhi tidak menjawab sapaan Adi dan menatap ke arah depan. Mood-nya benar-benar anjlok dan ia tidak yakin bisa bersikap biasa-biasa saja. Amat sangat sulit untuk mengendalikan emosinya saat ini.Adi yang paham kalau suasana hati atasannya sedang tidak baik itu langsung menjalankan mobil tanpa bersuara lagi.Perjalanan menuju kantor pusat yang berada di kawasan Sudirman itu diisi keheningan. Berbeda dengan hari-hari biasanya yang selalu sibuk terisi ol
Baca selengkapnya

Kerusakan

Sera menatap layar televisi yang menampilkan tayangan drama korea dengan tatapan kosong. Drama favoritnya yang tengah diputar ulang di salah satu stasiun televisi itu sama sekali tidak menarik minat Sera. Kepalanya penuh dengan Ardhi, Ardhi, dan hanya Ardhi sejak kemarin. Sera sudah mengerahkan berbagai usaha untuk mengenyahkan bayangan laki-laki itu dari kepalanya, tetapi sayangnya ia gagal.Bayangan wajah Ardhi yang menatapnya dingin itu bersarang di kepala hingga rasanya Sera mau meledak. Semalam, Sera bahkan sampai tidak mampu tidur nyenyak. Setiap kali memejamkan mata, ia langsung berhadapan dengan punggung Ardhi yang berbalik memunggunginya. Rasanya seperti mimpi buruk yang terus menghantui.Batu akan mematikan televisi, layar besar itu menampilkan sosok Thalia Tarendra yang tengah mengiklankan sebuah produk minyak goreng yang cukup terkenal. Suara Thalia yang jenih, senyum manisnya yang memikat, wajah chinese-nya yang begitu cantik. Semua itu menjadi daya tarik
Baca selengkapnya

Profesional

Sera Al-IdrisBisa kita bertemu? Ada yang mau saya bicarakan.Itu adalah pesan yang dikirimkan oleh Sera pagi tadi. Ardhi belum membalasnya karena bingung harus memberikan jawaban seperti apa. Padahal ia bisa dengan mudah menjawab 'tidak', tetapi tidak Ardhi lakukan. Ardhi bermaksud menjawab 'iya', tetapi ia merasa tidak siap bertemu dengan Sera.Ardhi masih marah dan amat sangat kecewa kepada Sera. Ia juga tidak yakin bisa menghadapi Sera setelah apa yang wanita itu ucapkan tiga hari yang lalu.Sera memintanya untuk memperlakukan wanita itu seperti biasanya. Di mana Ardhi bersikap acuh dan kejamArdhi sadar, ia juga bersalah di sini. Ia salah telah memperlakukan Sera dengan begitu kejamnya. Itulah mengapa ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemen, berusaha membangun hubungan yang lebih baik, dan memperlakukan Sera dengan selayaknya seorang istri. Ia tidak ingin lagi Sera menganggap dan melihat dirinya sebagai laki
Baca selengkapnya

Gagal Bertemu

Pesan balasan dari Ardhi yang baru Sera terima enam jam kemudian sejak pesannya dibaca itu membuat Sera bisa bernapas dengan cukup lega. Meski sempat harap-harap cemas menunggu balasan, akhirnya Sera bisa sedikit melonggarkan pikiran yang penat karena Ardhi.Ia tidak yakin kalau Ardhi datang untuk tinggal dan tidur di apartemen yang sama dengan Sera, jadi Sera 'hanya' berniat untuk menyiapkan makan malam juga camilan yang ia buat dari hasil belajar di tempat kursus memasak. Sera pun aslinya tidak begitu optimis kalau masakannya akan dimakan oleh Ardhi nanti, tetapi Sera juga tidak mungkin hanya menjamu Ardhi dengan makanan seadanya. Ia masih cukup tahu diri.Sesungguhnya, Sera juga bingung harus menganggap Ardhi sebagai apa. Tamu? Jelas tidak mungkin. Rasanya agak aneh menganggap Ardhi sebagai tamu di apartemen milik laki-laki itu sendiri, bukan? Lalu apa? Sera ingin menyebut Ardhi sebagai suami juga rasanya tidak benar.Sera menggelengkan kepala. Mengusir pikir
Baca selengkapnya

Menginap

Entah waktu sedang tidak berpihak padanya atau mungkin semesta memang tidak mengizinkan Ardhi untu bertemu dengan Sera. Saat bersiap untuk pulang, Ardhi dikabari oleh Selia kalau Thalia Tarendra baru saja mengalami kecelakaan tunggal.Mau tidak mau, Ardhi bertolak ke rumah sakit setelah berdebat panjang di telepon dengan sang ibu. Singkatnya, Selia meminta Ardhi untuk segera ke rumah sakit, tetapi Ardhi menolak karena ia merasa bahwa keberadaan dirinya tidak cukup penting bagi keluarga Thalia Tarendra. Ia hanyalah rekan bisnis Tarendra yang kebetulan telah menolak perjodohannya dengan Thalia yang dirancang keluarga. Akan sangat aneh baginya kalau tiba-tiba muncul di rumah sakit. Ia juga bingung harus menempatkan diri sebagai apa.Ia dan Thalia memang sudah saling kenal sejak lama. Namun, keduanya tidak benar-benar dekat. Selia menekankan kalau Ardhi cukup datang ke sana sebagai perwakilan dari ayahnya yang tidak bisa datang karena kondisi tubuhnya. Itulah mengapa Ardhi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status