Entah waktu sedang tidak berpihak padanya atau mungkin semesta memang tidak mengizinkan Ardhi untu bertemu dengan Sera. Saat bersiap untuk pulang, Ardhi dikabari oleh Selia kalau Thalia Tarendra baru saja mengalami kecelakaan tunggal.
Mau tidak mau, Ardhi bertolak ke rumah sakit setelah berdebat panjang di telepon dengan sang ibu. Singkatnya, Selia meminta Ardhi untuk segera ke rumah sakit, tetapi Ardhi menolak karena ia merasa bahwa keberadaan dirinya tidak cukup penting bagi keluarga Thalia Tarendra. Ia hanyalah rekan bisnis Tarendra yang kebetulan telah menolak perjodohannya dengan Thalia yang dirancang keluarga. Akan sangat aneh baginya kalau tiba-tiba muncul di rumah sakit. Ia juga bingung harus menempatkan diri sebagai apa.
Ia dan Thalia memang sudah saling kenal sejak lama. Namun, keduanya tidak benar-benar dekat. Selia menekankan kalau Ardhi cukup datang ke sana sebagai perwakilan dari ayahnya yang tidak bisa datang karena kondisi tubuhnya. Itulah mengapa Ardhi
Setelah gagal bertemu dengan Sera, Ardhi sudah berniat menemui wanita itu esok harinya. Namun, jadwal pekerjaannya terlalu padat hingga tak ada waktu untuk sekadar mengecek ponsel untuk urusan pribadi. Belakangan ini, Ardhi baru benar-benar bisa bebas dari pekerjaan di atas pukul sembilan malam. Badan dan otaknya sudah tidak sanggup kalau harus diajak bekerja keras. Itulah kenapa sampai hari ini, terhitung sudah empat hari sejak Ardhi terpaksa menunggui Thalia di rumah sakit, laki-laki itu belum juga mempunyai waktu luang untuk mengatur ulang pertemuannya dengan Sera.Dan sayangnya, pertemuan itu harus kembali diundur karena Ardhi ada perjalanan bisnis ke Makassar selama tiga hari.Adi mengusulkan untuk mengajak Sera karena Ardhi terlihat berat hati meninggalkan Jakarta. Laki-laki itu sudah akan menyetujui saran Adi, tetapi kemudian mengurungkan niat begitu mengingat kalau hubungannya dan Sera masih dalam kondisi yang tidak baik."Bagaimana, Pak? Ibu Sera diajak
Meski Sera telah mengatakan dengan gamblang kepada Ardhi bahwa ia tidak akan datang lagi ke kursus dan akan terus menetap di apartemen, pada kenyataannya Sera melanggar ucapannya sendiri.Tiga hari pertama di apartemen tanpa keluar, rasanya sangat membosankan. Sera tidak kuat. Apalagi setelah janji yang mendadak dibatalkan sepihak oleh Ardhi. Sera banyak menghabiskan waktu di luar meski hanya sendirian.Saat ini Sera sedang berada di pusat perbelanjaan untuk melepaskan penat setelah pulang dari panti jompo. Tadinya Sera berniat untuk menghubungi Aila dan mengajak teman barunya itu untuk window shopping berdua. Namun, pada akhirnya Sera mengurungkan niat untuk menghubungi temannya itu karena hari sudah terlalu sore. Aila pernah bercerita kalau ia sudah jarang bepergian keluar tanpa suami di sore dan malam hari. Pagi sampai sore, suami Aila bekerja, sehingga waktu yang tersisa di sore dan malam hari mereka gunakan untuk berduaan. Itu adalah hal yang normal. Sera
6 Potret Kebersamaan Thalia Tarendra dan Tunangannya saat Berlibur Bersama di Bali Tahun LaluBerbekal Wajah yang Cantik dan Menawan, Thalia Tarendra Berhasil Menggaet Seorang Pengusaha MudaThalia Tarendra dan Ardhi Prasetyo Dijodohkan, Mereka Diam-diam Menyiapkan Pesta Pernikahan MewahKenal Sejak Kecil, Berikut ini Fakta-fakta Menarik Thalia Tarendra dan Ardhi Prasetyo!Dikabarkan Telah Merancang Pernikahan Diam-diam, Ardhi Prasetyo dan Thalia Tarendra Terlihat Semakin Mesra!Thalian Tarendra Kecelakaan, Ardhi Prasetyo Setia Menemani di Rumah SakitKepala Sera seperti mau pecah setelah membaca judul-judul artikel yang mengangkat isu kedekatan Thalia Tarendra dan Ardhi Prasetyo. Ada puluhan artikel yang membahas isu yang sama. Semuanya tidak benar-benar menunjukkan fakta yang valid. Keb
Pada akhirnya, pembicaraan Ardhi dan Sera tertunda lagi. Sera sudah tertidur terlebih dahulu karena terlalu lama menunggu Ardhi selesai mandi.Ardhi juga sudah kepalang lelah. Laki-laki itu pun ikut membaringkan diri di samping Sera. Menatap wajah kuyu Sera yang terlihat gelisah dalam tidurnya itu membuat hati Ardhi sakit.Apa setiap malam Sera mengalami ini?Menuruti naluri, Ardhi mendekat ke arah Sera dan meraih wanita itu ke dalam pelukan. Tidak ada penolakan. Ardhi cukup bersyukur karena itu.Baru beberapa saat kemudian Ardhi sadar kalau posisi yang begitu dekat itu tidak aman untuk dirinya. Jantung Ardhi berkejaran. Sungguh, tadinya, ia hanya ingin langsung tidur dan mengistirahatkan diri setelah menguras tenaga untuk bekerja selama beberapa hari terakhir. Namun, melihat Sera yang kini meringkuk di dalam pelukannya dan bergelung nyaman, membuat Ardhi tidak bisa tidur.Gantian Ardhi yang gelisah karena tanpa ia duga, ia pun merasa nyaman di pos
Sera bukan orang yang suka berolahraga berat. Baru lari satu kali putaran saja, Sera sudah ambruk karena kelelahan. Sera langsung menyingkir dari lintasan lari dan mengistirahatkan diri di tempat yang teduh.Tadi, saat dalam perjalanan menuju Senayan, Sera membuat kesepakatan dengan Ardhi. Mereka tidak akan lari bersama-sama untuk menghindari masalah yang kemungkinan akan terjadi jika keduanya benar-benar tanpa sengaja bersua dengan kenalan masing-masing.Dan itu benar-benar terjadi. Setidaknya kepada Sera. Saat Sera sedang meluruskan kaki dan mengatur napas yang terengah, seseorang menyodorkan sebotol air mineral tepat di depan wajahnya.Sera kaget saat mengangkat kepala dan langsung bertemu muka dengan Edo, yang juga sama terengahnya dengan dirinya. Titik-titik keringat membasahi wajah, leher, dan kaus tipis yang dikenakan laki-laki itu."Ambil, Sera. Tanganku pegal," kata Edo sambil menggoyangkan botol air mineral itu di depan wajah Sera.
Saat sudah dirasa jauh dari Edo, Sera berhenti melangkah untuk mengatur napas yang berkejaran. Ia beberapa kali berbalik menatap ke belakang untuk memastikan bahwa Edo tidak mengikutinya. Sera mendesah lega. Tidak ada Edo. Laki-laki itu sepertinya sudah cukup paham bahwa Sera ingin menjauh dan tidak ingin diikuti.Sera menengadahkan wajah. Membiarkan sinar matahari yang mulai terasa membakar itu menghantam wajahnya yang memerah. Terbebas dari Edo tidak membuat ia lega. Di sudut hatinya yang terdalam, ia pun juga tersiksa, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.Sera sampai di parkiran dalam sepuluh menit. Ardhi masih belum terlihat. Hal ini Sera manfaatkan untuk menenangkan diri. Ardhi tidak boleh melihatnya kacau dan membuat laki-laki itu bertanya-tanya. Sera tidak akan punya jawaban yang cukup aman jika Ardhi menanyakan apa yang terjadi padanya saat mereka berpisah tadi.Sera mendudukkan diri di pembatas jalan di dekat mobil Ardhi. Ia menekuk lutut kemudian meletak
Setelah gagal sarapan bersama, Ardhi kelihatan super badmood. Saat Sera keluar dari kamar, ia mendapati Ardhiㅡmasih dalam balutan pakaian olahragaㅡduduk dengan postur tubuh kaku di ruang makan. Laki-laki itu memasang tampang dingin yang membuat Sera sungkan untuk mendekat."Saya mau mandi dulu, setelah itu kita bicara," kata Ardhi dengan nada yang sangat dingin dan membekukan.Sera belum sempat menjawab, namun Ardhi sudah lebih dulu beranjak pergi. Sera mencoba untuk mengabaikan perubahan mood Ardhi yang merosot drastis itu dan memlilih untuk duduk di kursi yang tadinya diduduki oleh Ardhi untuk sarapan. Sera mengeluarkan wadah pembungkus bubur ayam yang masih terbungkus plastik kemudian membukanya. Aroma gurih langsung menguar begitu wadah terbuka sempurna. Cacing-cacing di perut Sera seperti memanggil-manggil. Sera yang awalnya tidak terlalu berselera itu langsung bereaksi. Ia ternyata cukup lapar lebih dari yang ia kira."Wow, yummy," gumam Sera deng
"Kenapa diam saja, Ardhi? Apa ini sesuatu hal yang nggak boleh saya tahu?" desak Sera saat Ardhi tidak kunjung menjawab pertanyaannya.Ardhi menatap Sera lama. Namun, Sera tidak bisa menerka apa yang tengah dipikrikan oleh Ardhi saat pertanyaan tentang orang tua Sera itu keluar dari mulutnya."Saya kenal orang tua kamu tahun lalu," ucap Ardhi setelah terdiam cukup lama. "Kami bertemu di Kalimantan," jelasnya singkat.Ardhi bertemu orang tuanya tahun lalu di Kalimantan, batin Sera membeo ucapan Ardhi. Sera langsung memutar otak. Ia mengingat-ingat apakah kedua orang tuanya sempat pergi ke Kalimantan tahun lalu. Saat sebuah ingatan melintas, Sera . Namun, tidak lantas membuat Sera percaya begitu saja."Apa saat itu terjadi sesuatu dengan mereka?" tanya Sera lagi.Ardhi menggeleng. "Tidak terjadi apa-apa. Kami bertemu di Pontianak. Koper saya tidak sengaja tertukar dengan milik orang tua kamu yang kebetulan sama. Karena tepat saat waktu makan siang, s
“Ardhi nggak pernah begitu waktu masih sama aku dulu. Dia nggak pernah bersikap begitu dengan siapa pun.” Arunika yang pertama membuka percakapan begitu Ardhi keluar dari ruangan milik laki-laki itu yang menyisakan dirinya bersama Sera. Ia tersenyum getir. “How can people changes a lot? What did you do to him?” “It’s just about time,” Sera menjawab dengan jujur. “And no. I didn’t do anything. Ardhi nggak berubah. Dia hanya nggak mau berusaha menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya karena dia pikir dia bisa menutupi luka di hatinya setelah ditinggal Kak Sarah dengan melakukan itu. Dan dia nggak sadar kalau yang dia lakukan membuat orang lain terluka. Membuat kamu terluka. Yang pada akhirnya juga berbalik melukai dirinya sendiri.” Sera mengendikkan bahu. Ia baru menyadari kalau ini baru kali pertama mereka berdua saling bicara kepada satu sama lain dan rasanya sungguh aneh karena Arunika bicara seolah-olah mereka cukup dekat
Ardhi bersedekap. Meski ada jarak yang memisahkan mereka lebih dari satu meter laki-laki itu tetap terlihat menjulang di hadapan Arunika. Ia sama sekali tidak terintimidasi oleh ucapan sinis Arunika. Laki-laki itu memberikan tatapan serius yang tidak bisa ditolak oleh Arunika.“Dunia nggak berpusat pada hidup kamu aja, Arunika,” ucap Ardhi dengan serius, “You have to accept that fact. Setiap orang punya panggungnya sendiri-sendiri dan sayangnya kamu nggak bisa menyeret aku dan Sera ke panggung sandiwara hidup kamu. Jangan terus memaksakan sesuatu yang nggak bisa kamu lakukan.”Senyum sinis Arunika lenyap. Arunika mengernyit. Mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap teguh, tetapi gagal. Ia melepas topeng sinis sialan itu dan tersenyum sedih. Menunjukkan sisi terlemahnya di depan Ardhi.“Kalau kamu nggak cuci otaknya David, dia nggak akan membuang aku, Berengsek!”Bahkan saat mengumpati Ardhi, ia tidak terdeng
Sebuah kotak kardus cokelat seukuran kotak sepatu di depan pintu apartemennya langsung menyita perhatian Sera saat ia baru kembali dari rumah ibu mertuanya untuk mengambil rendang dan aneka masakan rumahan yang ia buat bersama Selia sejak pagi. Ia sangat yakin kalau saat ia pergi tadi, kotak itu tak ada di sana.Saat Sera membungkuk untuk mengambil kotak itu, Sera langsung tahu bahwa Ardhi bukanlah pengirimnya. Laki-laki kaku itu tidak pernah memberikan sesuatu secara anonim kepadanya. Tidak akan pernah lagi, karena Sera pernah mengancam Ardhi agar tidak bersikap menjadi laki-laki misterius dan penuh rahasia. Selain karena ancaman itu, Ardhi juga lebih suka mempercayakan segala hal kepada asistennya yang paling setia karena ia tak mau repot.Kotak mencurigakan itu ditujukan untuk dirinya. Namanya tertera di pojok kanan atas. Selain itu tak ada informasi lain.Setelah meletakkan barang-barang bawaannya di atas meja dapur, Sera membuka“Astaga, ada-ad
Halo kakak-kakak pembaca. Perkenalkan saya Nafta, penulis cerita TURUN RANJANG. Mohon maaf sekali karena ini bukan update. Setelahmenulis sebanyak 133 bab, saya putuskan untuk membuat pengumuman ini sekaligus untuk menyapa pembaca yang sudah sangat loyal dengan cerita ini. Kisah ini akan saya tutup di bab 136, yang itu artinya tinggal 3 bab lagi menuju tamat. Saya sedih sekaligus lega karena akhirnya bisa menamatkan cerita ini setelah 8 bulan lamanya menuliskan kisah Ardhi dan Sera di GoodNovel. Mungkin beberapa dari kalian merasa kalau belum siap berpisah dengan Ardhi dan Sera, tapi cerita ini memang seharusnya selesai ketika Sera sudah mengetahui rahasia di balik pernikahannya dengan Ardhi. Saya sengaja tambahkan sedikit konflik dengan memunculkan David dan Arunika untuk melengkapi cerita. So, sampai ketemu di 3 bab terakhir yang akan saya upload minggu ini^^ Mohon maaf sekali karena cerita ini tidak akan ada ekstra part. Jadi cerita akan
“Mau sampai kapan kamu nggak bicara sama aku?” ujar Ardhi dengan nada sedikit geram. “You can’t do this to me, Sera. Aku nggak bermaksud menyisihkan kamu dari masalah. I’m just trying to protect you, don’t you get it?”Sera sudah mengabaikan suaminya itu sejak siang hingga menjelang malam hanya karena tidak diizinkan Ardhi untuk bertemu dan bicara secara langsung dengan David saat laki-laki itu tiba-tiba datang berkunjung ke apartemen mereka.Ardhi gemas sekali dengan tingkah Sera yang menurutnya terlalu berlebihan. Sudah Ardhi bilang kalau menghadapi David yang sedang emosi jauh lebih mudah dibandingkan dengan menghadapi Sera yang marah kepadanya. Sebenarnya aksi kali ini lebih pantas disebut merajuk. Dan hal ini juga seringkali mempersulit dirinya karena Sera selalu sengaja melakukannya. Wanita itu hanya diam, tak menanggapi satu pun ucapan Ardhi hingga laki-laki itu bingung harus bagaimana.“Se
Roda kehidupan berputar. Kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup tak bertahan selamanya. Dan itu seringkali terjadi dalam hidup Ardhi dan Sera. Mereka sudah cukup terbiasa untuk bisa menghadapinya dengan kepala dingin saat masalah datang hingga sedikit menyisihkan kebahagiaan dan ketenangan selama satu bulan pasca hari pernikahan. David yang sempat ‘menghilang’ dan tidak muncul di acara keluarga itu kini menunjukkan batang hidung. Tepat satu minggu sebelum rapat direksi, David muncul di depan pintu apartemen Ardhi dan Sera. Dan bukannya langsung membukakan pintu untuk sepupu Ardhi itu, Ardhi dan Sera malah sibuk berdebat. Membiarkan David menunggu di balik pintu. “Kamu udah setuju kalau kita akan bicara dengan mereka. Kita, ardhi. Bukan cuma kamu sendiri.” Sera menantang Ardhi dengan tatapan tajam yang gagal membuat Ardhi terintimidasi. “Aku memang bilang gitu, Sera. Tapi nggak sekarang. Aku nggak tahu David mau bicara soal apa. Aku nggak tahu gimana suasana h
“Keluarga kamu ternyata nggak seburuk yang aku bayangin,” ucap Sera saat keduanya memasuki lift untuk naik ke lantai sebelas. “Maksud kamu?” “Mereka kelihatan tulus waktu ngasih selamat buat kita,” jelas Sera. “Mereka mulai sadar kalau nggak sepantasnya ngata-ngatain kamu dan menyisihkan kamu dari bagian keluarga Prasetyo. Mungkin beberapa orang masih akan meremehkan kamu dan menyebut kamu nggak layak menjadi bagian keluarga Prasetyo. Tapi kan kita nggak bisa memuaskan hati semua orang. So let it be. Lama-lama mereka akan capek sendiri.” Ardhi merangkulkan lengan di bahu Sera dan menariknya mendekat. Ia menciumi puncak kepala Sera berkali-kali. “Kamu juga harus tahu, kalau kamu memang pantas jadi istriku. Cuma kamu, Sera. Jangan lupakan itu.” “Aku nggak akan ada di sini sekarang kalau aku nggak yakin bisa bertahan sama kamu di tengah-tengah rumitnya hubungan keluarga. Aku bisa ngerti kok. Keluargaku juga banyak dramanya. Jadi aku bisa n
Sera pernah bermimpi memiliki pernikahan megah dengan pasangan tampan bak pangeran dalam negeri dongeng yang ceritanya pernah ia baca dan ia tonton kala masih SD. Seiring Sera tumbuh dewasa, khayalan itu perlahan mengabur. Ia mulai bisa berpikir realistis bahwa pangeran tampan berkuda putih yang akan jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya itu tidak akan pernah hadir dalam hidupnya. Sampai ia bertemu dengan Ardhi dan terlibat dalam jerat kehidupan pelik yang banyak tangis dan kesedihan, ia pun segera sadar bahwa hidup memang tidak seindah yang diceritakan dalam dongeng. Namun, tidak lantas hidup ini buruk.Sera sudah belajar banyak tentang kehidupan selama hampir satu tahun mengenal Ardhi. Bahagia itu ada dan hadir menjelma cinta dan kasih sayang yang ia dan Ardhi rasakan terhadap satu sama lain. Saling memahami dan saling mengerti satu sama lain adalah bentuk dari usaha mereka mencapai bahagia itu. Hari ini, bisa dibilang merupakan salah satu hari membahagiakan bagi Ser
Entah apa yang akhirnya David katakan kepada Arunika. Wanita itu tak lagi menemui Ardhi. Tak juga mengirimkan pesan ‘aneh’ yang memicu kesalahpahaman. David juga tidak merecoki Ardhi dengan segala tuduhan dan umpatannya yang memuakkan. Ya, sebenarnya beberapa hari yang lalu, Ardhi-lah yang sengaja meminta dengan baik-baik kepada David melalui telepon agar laki-laki itu menahan diri dulu untuk tidak membuat masalah baru dan berhenti menemui wanita yang sempat dikencaninya hanya demi menutupi rasa sakit hatinya karena Arunika. Untungnya, David mau mendengarkannya meski tak benar-benar memberikan respons yang baik. Dan kabar terakhir yang Ardhi dengar dari sepupu-sepupunya yang lain, David sedang ada urusan pekerjaan di Bali dan Arunika ikut serta. Ardhi cukup bersyukur akan hal itu karena ia bisa berfokus pada acara pernikahannya dengan Sera yang tinggal menghitung jam. Saat ini sudah tengah malam. Ia dan Sera ada di kamar Ardhi di rumah orang tuanya. Mereka dipaksa me