Home / Romansa / TURUN RANJANG / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of TURUN RANJANG: Chapter 11 - Chapter 20

137 Chapters

Pelampiasan

Sera kaget saat masuk ke dalam apartemen dan mendapati Ardhi tertidur di sofa dalam posisi duduk. Laki-laki itu masih mengenakan baju kerja yang sama dengan yang ia kenakan tadi pagi. Bahkan sepatunya tidak dilepas. Benar-benar kebiasaan yang sesungguhnya tidak Sera sukai. Namun, Sera jelas tak punya kuasa untuk meminta Ardhi untuk menuruti wanita itu agar mau melepas sepatu dan meletakkannya di rak yang tepat berada di dekat pintu masuk. Bisa-bisa Sera malah disembur dengan kata-kata menyakitkan karena laki-laki itu tidak suka diatur.Tidak suka diatur tapi hobinya mengatur orang lain. Yah, begitulah Ardhi.Sera geleng-geleng kepala kecil melihat Ardhi di posisi itu, kemudian memilih untuk langsung ke kamar untuk bersih-bersih badan yang terasa lengket dan gerah karena keringat. Meninggalkan Ardhi yang masih lelap bahkan saar Sera keluar dari kamar dalam keadaan yang sudah segar.Menuju ke dapur, Sera membuka kul
Read more

Makan Malam Gagal

Keanehan Ardhi masih belum usai. Laki-laki itu mengatakan akan tetap tinggal dan tidur di apartemen lagi. Laki-laki itu bahkan menwarakan untuk makan malam bersama setelah berhubungan seks yang luar biasa sore tadi.Sera bingung bagaimana caranya menolak. Karena sebagian besar hatinya mengaminkan keberadaan Ardhi di apartemen ini adalah jawaban dari Tuhan atas doanya yang mengharapkan pernikahan yang normal. Ya, Sera sedikit merevisi doanya. Tidak lagi mengharapkan pernikahan yang harmonis, namun cukup sebuah pernikahan normal seperti saat ini. Dengan Sera yang duduk berseberangan dengan Ardhi di pantry.Mereka memutuskan makan di pantry karena Sera protes saat Ardhi mengusulkan makan di ruang makan. Ruangan yang masih ada jejak-jejak percintaan, setidaknya di kepala Sera yang makin ternodai.“Mendapat pelajaran apa saja tadi?”“Hah?”“Tadi kamu bilang pergi kurs
Read more

Rasa yang Masih Ada

“Hasan ke mana?” tanya Ardhi melihat ke sekeliling. Mood-nya menurun drastis ketika ia sampai di kantor dan tidak menemukan keberadaan Hasan padahal sudah hampir pukul setengah sembilan. Jelas saja Ardhi sewot, mobilitas di kantor itu sudah harus aktif sejak pukul delapan dan saat ini sudah lewat dari setengah jam namun batang hidung Hasan belum tampak juga. “Masih di perjalanan, Pak. Kendaraannya sempat mogok,” “Alasan basi. Awas saja, setelah ini saya pecat dia!”Ardhi berdecak malas. Baru kemarin dirinya menggebu karena ingin segera mencalonkan Hasan menjadi Manajer Pemasaran, hari ini rasanya Ardhi ingin membatalkan niatnya itu karena kesal. Waktunya terbuang sia-sia hanya untuk menunggui anak buahnya itu padahal sudah ia ingatkan kemarin untuk ikut melakukan kunjungan ke mall yang berada di Kelapa Gading. Mall yang resmi dibuka saat Ardhi ditunjuk sebagai CEO menggantikan ayah
Read more

Asing

Orang suruhan Ardhi benar-benar datang saat Sera baru saja selesai mandi dan berpakaian. Sera kira hanya akan ada satu orang, tetapi ternyata yang datang ada tiga orang. Mereka semua laki-laki dan dua di antaranya adalah orang yang sama dengan laki-laki yang mendatangi rumah Sera beberapa minggu lalu bersama Adi.Sera juga mengira bahwa pakaian yang dimaksud Ardhi hanya satu atau dua koper. Ternyata lebih dari itu. Meskipun begitu tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena wardrobe room yang terisi pakaian-pakaian Sera itu masih kosong separo. Lebih tepatnya sengaja dikosongkan. Sera pun tidak keberatan karena sebagian besar pakaian yang awalnya ada di sana itu kelewat seksi dan Sera benar-benar malas untuk mengenakannya.“Maaf, Bu, kami izin masuk,” ucap salah satu dari ketiga laki-laki−yang berambut cepak dengan garis muka sangar−dengan gerakan yang sopan.“Silakan masuk.”
Read more

Penolakan

Ardhi mendapat rentetan pesan yang dikirimkan oleh Selia. Juga belasan panggilan tak terjawab dari ibunya itu namun sebisa mungkin Ardhi abaikan. Ardhi tahu pasti kalau ibunya hanya akan mengomel masalah pembatalan perjodohan sepihak yang dilakukan oleh Ardhi melalui Adi.Saat ini, Ardhi sedang berada di sebuah bar. Memesan satu ruang VVIP ditemani berbotol-botol bir yang ia minum sendiri. Dengan harapan dengan masuknya alkohol itu ke dalam tubuhnya bisa membuatnya merasa nyaman dan bisa menghapus tiga sosok wanita yang membuatnya hampir gila. Yang pertama adalah Arunika.Pertemuan siang tadi membuat mood Ardhi jatuh hingga saat ini, menjelang tengah malam.“Wanita sialan!” teriaknya menggema dalam ruang lebar itu.Ardhi meneguk bir langsung dari botolnya lalu membanting botol itu hingga mengenai tembok dan pecah berkeping-keping.Ia sangat frustrasi karena bayangan senyum Arunika terus melekat di kepala. Sudah ia usir berkali-kali namu
Read more

Malam Tanpamu

Ardhi masuk ke unit apartemennya yang berada di lantai 22 dengan langkah gontai. Begitu ia masuk, ia langsung disambut oleh kegelapan. Tangannya kemudian meraba-raba tembok untuk mencari saklar. Saat tangannya sudah menmukan apa yang dia cari, beberapa detik kemudian lampu menyala terang. Mmebuat Ardhi leluasa melihat sekitar.Setelah melepas sepatu dengan asal, Ardhi kembali melangkahkan kaki dengan gontai, langsung menuju ke tempat tidur.Berbeda dengan apartemen super mewah yang ditempati Sera, apartemen ini bertipe studio. Apartemen yang tidak cukup luas itu hanya terdiri dari satu ruangan tanpa tembok pemisah kecuali untuk kamar mandi. Ruangan itu cukup sempit dengan posisi ranjang berada di dekat tembok lalu diberi sekat lemari untuk memisahkan area tempat tidur dengan ruang TV. Di sebelah ruang TV terdapat pantry yang menyatu dengan dapur mini. Dapur yang nyaris tidak pernah Ardhi gunakan. Ardhi hanya sering menggunakan pantry untuk menyeduh teh atau meracik kop
Read more

Aktivitas Baru

Hari Kamis tiba dan ini adalah hari pertama Sera akan mengunjungi panti jompo. Terbangun dengan tanpa Ardhi di sisinya setelah dua hari berturut-turut tidur di atas ranjang yang sama membuat perasaan aneh di hati Sera menguat.Menyebalkan sekali rasanya ketika tahu bahwa perasaan aneh itu adalah bagian dari sedikit rasa kehilangan yang sempat hadir saat Ardhi pamit pergi entah ke mana.Sera turun menuju lobi apartemen. Menuju sebuah mobil yang disiapkan oleh Adi lengkap dengan supirnya, yang akan mengantarkan Sera pergi.“Selamat pagi, Bu Sera,” sapa supir yang tampak seusia Ardhi. Masih muda dan gagah.Laki-laki itu bersikap sangat sopan dengan membukakan pintu belakang untuk Sera dengan gerakan yang luwes. Tampak sangat terbiasa.Sera masuk dengan kikuk setelah menjawab sapaan itu dengan ramah. Meski suasana hatinya sedang aneh, ia tidak akan memperlakukan orang yang sudah baik padanya dengan bersikap sebaliknya.“Ke pant
Read more

Kenangan

Tidak sesuai waktu yang disebutkan Sera tadi pagi, wanita itu baru keluar dari gerbang panti jompo Mawar Melati saat sudah menunjukkan pukul lima sore. Satu jam lebih lambat dari yang seharusnya karena ada perayaan ulang tahun salah satu penghuni panti dan acara berlangsung lebih lama dari yang telah diperkirakan.Mobil yang tadi mengantarkan Sera sudah stand by di seberang jalan. Dan saat Sera menyeberang, Yuanda keluar dari mobil. Membukakan pintu mobil untuk Sera, masih dengan gerakan luwes yang Sera kagumi.“Kamu sampai sini jam berapa, Yuanda? Nunggu lama?” tanya Sera begitu sudah menemukan posisi duduk yang nyaman dan mengenakan sabuk pengaman.“Saya tidak menunggu lama, Bu,” jawab Yuanda sambil tersenyum kecil. Kemudian melajukan mobil dengan kecepatan sedang untuk keluar dari jalanan yang tidak terlalu lebar itu untuk menuju jalan besar dan ikut berbaur dalam kemacetan dengan kendaran-kendaran lain.Sera tahu kalau
Read more

Menghalau Sepi

Ardhi yang sempat berkata, “Saya nggak akan ke sini selama beberapa hari,” itu berlarut menjadi satu minggu. Satu minggu berganti menjadi dua minggu.Selama itulah Ardhi belum menyambangi Sera ke apartemen lagi. Semuanya kembali seperti di awal. Sera tidak tahu apa-apa. Sama sekali tidak tahu Ardhi ada di mana dan sedang sibuk apa.Padahal sebenarnya mudah saja bagi Sera kalau ingin menemukan keberadaan Ardhi. Ada Adi yang masih intens menghubunginya. Mengirimkan pesan-pesan larangan dan peringatan yang dititahkan langsung oleh Ardhi. Adi juga rutin menanyakan kebutuhan sehari-harinya meski Sera sudah berkali-kali mengatakan kalau ia bisa mengurus semuanya sendiri.Dari sekian banyaknya pesan yang Adi kirimkan, tidak ada satu pun yang menginformasikan tentang keberadaan maupun kesibukan Ardhi. Sera menyimpulkan bahwa Adi memang diperintahkan Ardhi hanya untuk memantau Sera. Sedangkan Sera dibiarkan menjadi satu-satunya yang dipantau kegiatan sehari-h
Read more

Rindu yang Lancang Datang

Sera menyalakan TV yang selama lebih dari satu bulan itu tidak pernah menyala. Selama tinggal di apartemen itu, ini baru pertama kalinya Sera menonton TV. Ia sedang sangat bosan. Hari ini ia memang tidak ada kegiatan ke mana-mana. Sera juga sedang tidak berminat mencoba resep baru. Membersihkan apartemen pun sudah ia lakukan tadi meski apartemennya tidak begitu kotor. Sera terlalu sering membersihkannya.Yang pertama keluar saat TV menyala adalah sebuah tayangan drama korea yang sudah pernah ia tonton. Sera langsung mengganti channel. Mencari-cari acara TV yang sekiranya menarik. Namun, tidak ada satu pun yang membuatnya berminat. Sera sudah berniat untuk mematikan TV saat sebuah tayangan yang membahas tentang bisnis menghentikan gerakan jari Sera memencet remote.Dalam tayangan itu, ada Ardhi Prasetyo di sana.Di sebuah acara TV yang khusus mengundang pengusaha-pengusaha sukses. Laki-laki itu saat ini sedang diwawancarai oleh presenter yang cukup terkenal di Indonesia.
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status