Beranda / Thriller / GEISHAKU KARMILA / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab GEISHAKU KARMILA: Bab 111 - Bab 120

154 Bab

FIRASAT

"Semoga perjalanan akan lancar dan dimudahkan. Tepat jam dua belas malam, mobil berangkat. Perkiraan sampai Jakarta antara pukul delapan sampai sembilan pagi. Bismillah, tidak ada halangan yang ditemui!""Aaamiin!"Tiba-tiba, Lazuarrdi kembali merasakan ada yang menepuk pundaknya. Dia langsung menoleh. Sosok Danang sudah berdiri di belakangnya. "Bro ...!""Haaaahhh!"Lazuarrdi tersentak. Membuat Satriyo dan Lutfi ikut terkejut dengan pendangan yang heran mengarah padanya."Mas Ardi enggak apa-apa toh?""Ehhhh ... e-enggak Sat."Tampak Lazuarrdi berusaha menutupi kegelisahannya. Seiring dengan keberangkatan mobil ambulan yang semakin menjauh."Ayo, kita berangkat sekarang! Apa kamu sudah dapat tiketnya?""Sudah, Mas. Cuman adanya jam 5 Sriwijaya. Gimana Mas?""Ya, udah. Ambil tiga tiket!" "Baik, Mas Ardi.""Sepertinya Lutfi menginap di rumahku aja dulu. Nanggung banget kan kalau kam
Baca selengkapnya

PENAMPAKAN DANANG

Dalam perjalanan menuju rumah. Lazuarrdi lebih banyak terdiam. Sesekali Satriyo menoleh ke arahnya. Dia pun heran dengan perubahan pada Lazuarrdi yang tiba-tiba.Untuk kesekian kalinya Satriyo menanyakan keadaan tuannya. Namun tetap saja Lazuarrdi menjawab, dia dalam kondisi yang baik. Walaupun yang tertangkap oleh Satriyo malah sebaliknya.Perjalanan tak hampir satu jam. Sudah membawa mereka akhirnya sampai di rumah. Mereka keheranan melihat Yanti, Mbok Yani yang masih di luar. "Kenapa kalian ini di luar? Apa darahnya sudah dibersihkan?""Su-sudah, Mas Ardi. Kita cuman nungguin kabar dari Mas Ardi soal Mas Danang. Apa itu benar Mas?" sahut Mbok Yani.Lazuarrdi hanya mengangguk dan langsung melangkah masuk. Satriyo mmeberi tanda untuk tiadak bertanya lebih lanjut. Dengan menggelengkan kepala ke arah Mbok Yani."Mbak Yan, kamu siapkan kamar buat Mas Lutfi. Ini sepupunya Mas Danang.""Baik, Mas. Di kamar atas apa bawah?""A
Baca selengkapnya

SEMAKIN DIHANTUI

Sejenak mereka bertiga terdiam saat mendengarkan apa yang diceritakan oleh Yanti. Yang menangis karena ketakutan."Kita buat ngaji aja!" sahut Mbok Yani. "Di-dimana?""Ya, di dalam. Di ruang tengah tempat pedang itu!" seru Mbok yani."Oke, kita baca Yasin!" lanjut Satriyo. "Pak Naryo juga harus ikut!"Sebelum mereka masuk. Terdengar suara deru mobil yang datang."Mas Darmawan datang."Langkahnya tergopoh-gopoh memasuki halaman meninggalkan mobil di luar pagar."Kalian masih ramai di sini? Belum ada yang tidur?""Belum, Mas. Ini keburu-buru mau ke mana emangnya?""Nih kunci mobilnya. Aku titip masukkan ke dalam. Semua barang Mas Danang ada semua di dalam mobil.""Loh ... loh, bentar dulu Mas Darmawan. Katanya mau tidur di sini, kok malah pakai jaket sama helm?""Aku tidur di rumah aja, Sat! Wes, aku pulang dulu. Wassallamualaikum!""Eiiits, tunggu Mas!"Tampak Satriyo berlari menge
Baca selengkapnya

PERASAAN BERSALAH

"Mbok Yani, maaf ya. Aku mau lepas kaos aku sebentar." "Loh, kenapa?" "Pundak aku kok rasanya enggak enak banget ya. Kayak ada es batunya, Mbok. Dingin banget rasanya." Setelah meletakkan pedang. Naryo berjalan mendekat.  "Mungkin kamu kecapekan, Sat. Masuk angin itu!" "Coba, Mas. Kamu lihatin!" Mereka bertiga tercenung sesaat. Saat melihat bekas telapak tangan yag berada di pundak kiri Satriyo. Berwarna merah kehitaman kulitnya. Seperti lebam terkena pukulan keras. "I-ini, apa Mas Sat?" tanya Yanti sembari memicingkan mata. "Aku juga enggak tau, Mbak Yanti. Ini tadi--" Tampak keraguan menyelimuti Satriyo untuk menceritakan yang sesungguhnya. Buru-buru dia kembali memakai kaosnya. "Ayo sebaiknya kita tidur saja. Ini masih jam satu," ucap Satriyo lirih. Yanti dan Mbok Yani saling berpandangan. "Kita tidur sekamar aja ya Mbok Yani?" Wanita tua itu mengangguk. Lalu melangkah per
Baca selengkapnya

KAZUMI PENYEBABNYA

"Sat ... Satriyo!"Lazuarrdi terus berlari, mencari sopir setianya.Dari arah luar tampak Satriyo yang berlari tergopoh ke arahnya."Ada apa, Mas?"Danang, Sat!""Kenapa Mas?"Lazuarrdi terus menggelengkan kepala."Dia menyuruh aku berhati-hati. Lalu, dia menyalahkan aku atas kematiannya ini, Sat. Aku harus bagaimana ini?""Sebentar, Mas Ardi. Mas Ardi harus bisa tenang. Jangan panik atau cemas kayak gitu.""Ta-tapi, apa benar gara-gara aku dia jadi terbunuh Satriyo?"Raut wajah Lazuarrdi terlihat sangat kalut. Pandangan matanya pun selalu mengitari segala arah."Mana aku bisa tenang, Sat. Kalau memang semua ini ada hubungannya dengan aku. Terutama pedang itu.""Mas Ardi, dengarkan saya. Semua ini sudah menjadi rahasia Illahi. Yang terpenting Mas Ardi menyelesaikan tugas untuk menghilangkan arwah penasaran Kazumi. Kita harus cari orang pintar. Yang bisa menghilangkan semua aura hitam yang berada di r
Baca selengkapnya

MENUJU JAKARTA

Terdengar suara klakson beberapa kendaraan yang mengarah padanya. Lazuarrdi yang tersadar tak menyadari sebuah mobil keluarga melaju sangat kencang dan menghantam tubuhnya."Aaaaarghhh!"Tubuh Lazuarrdi terpelanting sangat jauh. Dan sebelum tubuhnya sampai di tanah, sebuah truk container peti kemas menyambutnya. Namun, sebelum itu terjadi. Lazuarrdi sempat melihat seorang wanita. Ternyata Kazumi yang berdiri di pembatas tengah jalan dengan tatapan yang kosong dan hampa. Tak ada senyum yang menghiasi bibirnya.Dan, saat truk itu menyambar tubuh Lazuarrdi. Dia terbatuk-batuk sampai terbangun. Tarikan napasnya kembali memburu hingga tersengal-sengal.Bersamaan saat itu juga, Satriyo meletakkan secangkir kopi dan roti panggang kesukaan Lazuarrdi. Betapa terkejutnya Satriyo saat melihat wajah Lazuarrdi, yang memerah dan berkeringat. "Mas ... Mas Romy kenapa?""Air putih, Sat!"Segera Satriyo mengambil air mineral gelas yang tak jauh dari
Baca selengkapnya

SEBUAH PERLAMBANG

_07.00 WIB_Sebuah motor matic melaju pelan dan berhenti di depan sebuah rumah berwarna hijau muda. Terlihat beberapa wanita yang sedang duduk santai di teras depan rumah.Seorang wanita berjilbab turun dengan menyelempangkan tas di dada. Dia tersenyum lebar dengan menundukkan kepala."Assalamualaikum!""Waalaikumsalam."Seorang wanita muda menghampirinya."Maaf, apa benar ini rumah Bapak Tarji?""Bener, Mbak. Ada apa ya?""Saya sebenarnya cari Mas Fachri, Mbak. Apa ada di rumah?"Raut wajah wanita muda itu langsung masam dan cemberut. Memperhatikan dari ujung jilbab hingga kaki. Saat tersadar, wanita berjilbab itu memperkenalkan dirinya."Maaf, saya Annisa. Cucu dari Mbah Sukro desa atas.""Ada perlu apa cari suami saya, Mbak?" tanya wanita muda itu ketus."Ada hal yang sangat penting. Berhubungan dengan temannya Mas Fachri yang kemarin datang ke sini, Mbak.""Mbak tunggu sebentar. Biar aku p
Baca selengkapnya

TEBAKAN SHASY YANG TAK SALAH

"Mbah ... Mbah! Lihat itu!" Annisa mengarahkan ujung telunjuknya pada tanah yang kemarin tempat Mbah Sukro menguburkan kembang kanthil.Seketika Mbah Sukro mengalihkan pandangannya. Dia melihat gundukan tanah yang tak seberapa besar itu, mulai basah."Mbah lihat warna tanahnya?""Lihat, Nduk.""A-apa itu darah, Mbah?""Iya. Berarti sosok itu akan membunuh lagi, Nis. Kita harus cepat bergerak. Kasihan ini orang yang berhubungan dengan sosok itu.""Pedang yang dibilang mnendiang Mas Danang, Mbah?""Iya. Kamu bilang Fachri suruh ke sini kapan?""Annisa bilang kalau enggak siang ya sore."Lelaki tua itu manggut-manggut._Di Jakarta_Lazuarrdi tiba lima menit saat jenazah bersiap hendak berangkat. Lutfi berlari langsung menghampiri ayah Danang. Dan berbisik,"Pakdhe, saya mau sholati Mas Danang dulu! Itu ada Mas Ardi juga.""Lazuarrdi?""Iya, Pakdhe.""Ya, udah sholati dulu aja!"
Baca selengkapnya

SHASY YANG MENENANGKAN

"Yang sabar ya," bisik Shasy."Kamu tau berita ini dari siapa?""Danang 'kan teman aku SMA, Ardi. Kamu lupa?""Iya.""Satu hal lagi, Sayang. Aku enggak percaya sama sekali dia bunuh diri!" tegas Shasy membuat Lazuarrdi terbalalak."Kecilkan suara kamu, Shas!""Sorry, aku keceplosan.""Bagaimana kamu bisa menebak seperti itu?""Dia bisa melakukan apa saja pada kita, Ardi. Apa-pun ... yang akan membunuh nyawa kita. Kamu harus sadari hal ini. Bahwa dia benar-benar jahat!"Kali ini Lazuarrdi tak melepaskan pandangannya pada Shasy yang juga menatap dirinya."Kamu bawa mobil?""Iya. Kenapa, Ardi?""Sama sopir?""Enggak!""Ya, udah biar aku yang nyetir mobil kamu. Aku ingin bicara!""Oke." Seraya Shasy tersenyum lebar.Tak lama, Lazuarrdi pun berpamitan pada orang tua Danang. Dia juga menyelipkan amplop coklat di tangan lelaki tua itu."Kami permisi pulang dulu, Pak."
Baca selengkapnya

PINTU KAMAR BERDERIT

"Peluk aku Shas!"Tanpa bicara sepetah kata. Shasy langsung memeluk erat tubuh Lazuarrdi yang kekar dan kokoh."Kenapa kamu setakut ini?""Entahlah, Shas!"Lazuarrdi semakin merapatkan tubuhnya pada Shasy. Layaknya seorang anak yang sedang ketakutan. Dan sembunyi dalam pelukan sang ibu. "Kamu harus bisa hilangkan perasaan bersalah! Itu yang membuat kamu menjadi takut kayak gini. Ardi.""Aku memang merasa bersalah atas kematian Danang, Shas. Apa yang bisa menghilangkan ketakutan ini? Aku tak mau dituduh orang-orang telah mengorbankan teman sendiri, Shas."Beberapa kali Shasy mengambil napas berat. Lalu mengembuskan perlahan."Apa kamu mau tidur sini?""Dilihat orang tak enak, Shas. Apalagi kamu kan publik figur. Takutnya kamu nanti malah dapat gosip.""Ihhh, ngapain dipikirin sih. Udah, ayo! Kmau istirahat aja dulu. Ngapain mikirin omongan orang lain. Aku malah suka kalau kamu nginap ada temannya.""Ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status