Annisa segera mengambil kertas dan korek api. Lalu, membakar darah itu. Sepintas Annisa mencium bau daging yang tengah dibakar."Cium apa lagi kamu?""Bau daging, Mbah. Apa Mbah juga cium?"Lelaki tua itu mengangguk."Setelah itu sapu, Nduk. Sampai bersih.""Njih, Mbah."Sedang di tempat lain. Danang dan Fachri baru saja sampai rumah."Kayaknya gue harus segera pulang, Ri.""Enggak mampir ngopi dulu?""Enggak usah deh. Nanti Lazuarrdi nungguin enggak enak."Tampak Fachri manggut-manggut, mencoba untuk mengerti."Ehhh, Lazuarrdi masih di rumah yang besar dulu, Nang?""Masih. Makin besar aja rumah itu. Masih ingat kamu alamatnya?""Kayaknya masih ingat sih.""Ya, udah. Kapan gitu kalau lu libur main ke sana.""Oke ... oke!"Tak lama, Danang sudah mengendarai mobilnya. Melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. Dalam pikiran Danang saat ini. Dia harus segera sampai rumah.&nbs
Read more