Beranda / Thriller / GEISHAKU KARMILA / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab GEISHAKU KARMILA: Bab 1 - Bab 10

154 Bab

BAYANGAN SEORANG WANITA

Deru mobil mewah melaju dalam kecepatan sedang. Menyusuri jalan beraspal yang sepi dan lengang. Hanya terlihat beberapa lampu penerangan, tapi tak sanggup memberikan pencahayaan yang cukup. Sesekali Lazuarrdi melihat ke arah belakang. Pandangan matanya tertuju pada sebilah pedang samurai yang tergeletak di atas jok. Terlintas kembali bayangan yang selalu menghantui dirinya. Semenjak dua bulan yang lalu. Dia menerima warisan dari sang kakek, yang sudah meninggal. Berulang kali, Lazuarrdi merasa diikuti oleh sebuah bayangan wanita misterius. Sosok yang begitu mengerikan sering muncul dalam kamarnya. Di mana pedang samurai itu berada. Terdengar Lazuarrdi menghela napas panjang. Bila ingatan membayang pada dua bulan belakangan ini. Saat dirinya masih melihat ke arah jok belakang. Tiba-tiba .... Mobil yang dia tumpangi terasa oleng. Dan terus melaju ke luar lajur jalan utama. Kecepatan mobil pun tak bisa dikendalikan. Rem yang biasanya tak
Baca selengkapnya

SIAPA WANITA ITU (?)

Lelaki tampan itu langsung bergidik. Dia merasakan bulu kuduknya berdiri dan sangat merinding."Aku kali ini benar-benar merinding Satriyo ...."Suara Lazuarrdi terdengar lirih dan serak."Memangnya yang Mas Ardi lihat apa?""Sosok wanita itu ikut mobil kita. Apa dia terbawa oleh pedang samurai itu?""Bisa saja, Mas."Tampak Lazuarrdi berpikir keras. Dia harus bisa segera sampai ke rumah sang kakek. Tak peduli sosok wanita itu mengikuti atau tidak."Kita jalan lagi!""Ja-jalan, Mas?""Iya. Jangan kalah dengan keberadaan wanita itu!""Ta-tapi, Mas?"Dia menoleh ke arah Satryo. Menatap tajam tanpa jeda sedetik pun. Membuat Satriyo tak berani membalas tatapannya."Kenapa? Masih takut juga?""Ehhh ... enggak, Mas.""Ya, sudah kalau gitu. Kita berangkat sekarang!""Baik, Mas."Mobil pun segera meluncur kembali. Malam ini memang benar-benar lengang. Sesekali Satriyo membunyikan
Baca selengkapnya

KAZUMI

"Mas ... Mas Ardi! Bangun, Mas!"Lazuarrdi mengerjapkan mata hingga beberapa kali. Penglihatannya menangkap sebuah bayangan yang masih samar. Sampai dia benar-benar tersadar dan menyadari siapa yang berada di dekatnya."Satriyo? Kamu ... Satriyo 'kan?""Iya, Mas. Ini aku Satriyo."Dia menyodorkan sebotol air mineral."Minumlah dulu, Mas!"Walau di dalam mobil memakai AC, akan tetapi wajah dan tubuh Lazuarrdi benar-benar berkeringat. Dia mencekal lengan Satriyo dan menatap tajam ke arahnya."Di mana kita sekarang?""Masih tersesat, Mas. Ini kita mau turun.""A-pa kamu lihat wanita itu lagi?"Satriyo menggeleng."Bukannya kamu tadi menunjuk arah depan dan melihat wanita itu?"Untuk yang kedua kalinya Satriyo menggeleng."Ja-jadi--""Saat mobil tadi berbelok. Mas Ardi bilang melihat bayangan hitam melintasi mobil kita. Dan setelahnya Mas Ardi diam kayak patung.""Kamu tak melihat ap
Baca selengkapnya

SEBUAH BAYANGAN

Wanita tua itu mengangguk."Iya, baju wanita Nipon. Apa dia pernah mendatangi kamu, Ardi?""Pernah, Eyang. Tapi, aku tak tahu nama dia? Kazumi atau bukan.""A-pa, dengan ... menenteng kepalanya?" Suara Sulasih terdengar lirih. Bahkan Lazuarrdi harus mendekatkan telinganya di bibir sang nenek."Baru saja Ardi melihat dia Eyang. Sewaktu perjalanan ke rumah nenek. Makanya sampai saya kemalaman.""Kamu tersesat juga?""Eyang kok bisa tahu?"Wanita tua itu, menghela napas panjang. Seperti ada beban yang ingin dia luapkan semua. Lalu Sulasih merebahkan tubuhnya."Apa pedang samurai itu ingin kamu kembalikan lagi ke sini?""Kalau Eyang memperbolehkan.""Haaaahhh! Kalau kau ingin Eyang segera mati. Taruhlah lagi di sini.""Apa maksud Eyang bicara seperti ini?""Tidurlah, Ardi! Besok pagi kita bicara lagi."Sepintas dia melihat pada tubuh sang nenek yang tidur meringkuk membelakangi. Lazuarrdi pun meny
Baca selengkapnya

PERTEMUAN DENGAN KARMILA

Suara itu terus berulang di telinga."Kamu siapa? Perlihatkan dirimu sekarang?" "Ikutlah aku, Kang Mas!""Haaaahhh?!"Lazuarrdi hanya bisa terpaku saat melihat seorang wanita sangat cantik. Rambutnya panjang terurai. Mengenakan kebaya hijau tua, dipadu kain jarik. Sangat serasi dan terlihat anggun menawan. Membuat Lazuarrdi semakin terpesona."Ka-kamu ini siapa? Kok bisa tiba-tiba datang ke kamar aku?""Namaku Karmila.""Nama yang indah dan sangat cantik."Wanita itu tak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia cenderung dingin dan kaku. Langkahnya bak putri keraton, gemulai dan penuh etika saat melenggok. "Karmila ... maaf, siapa kamu ini sebenarnya?"Tetap saja wanita cantik itu terdiam. Dia terus menyusuri jalanan yang sepi dan lengang. Diikuti oleh Lazuarrdi."Kita ini mau ke mana Karmila?" Dia menoleh sekilas pada Lazuarrdi. Lalu mengalihkan pandangan matanya kembali lurus ke depan. L
Baca selengkapnya

BAGAIMANA KONDISI KARMILA (?)

Tepat di depan mata. Lazuarrdi menyaksikan pemandangan brutal yang dilakukan para serdadu Jepang pada Karmila. Mereka memperlakukan dengan beringas. Menggagahi tanpa ampun. Seperti mereka tak pernah melihat seorang wanita. Saat itu, ingin rasa hati Lazuarrdi membunuh mereka satu persatu. Namun apa daya. Tubuhnya bagai berada  di ruang dan waktu yang berbeda. Akan tetapi, mengapa hujan yang dirasa sungguh nyata adanya. Sinar mata Karmila meredup. Hingga akhirnya dia terkulai lemas. Para prajurit Jepang itu, bagai anjing yang kelaparan. Disuguhkan daging mentah yang segar dan langsung disambar tanpa sisa. "Karmila ... Karmila!" teriak Lazuarrdi. Malam itu terdengar suara teriakan Lazuarrdi yang sangat kencang. Memecah keheningan malam. Membuat  semua penghuni rumah terbangun. "Lazuarrdi ... bangun!" teriak Eyang Uti, yang sudah berdiri di ambang pintu. Tak lama, Satriyo sudah menyusul ke kamar tuannya. Begitu juga dengan pelayan Sulasi
Baca selengkapnya

TETES DARAH PADA PEDANG SAMURAI

Kedua tangan Lazuarrdi mengepal erat. Napasnya naik turun dengan cepat, menahan kemarahan. Dia mendengkus kasar. Lalu mengalihkan pandangan pada Satriyo yang hanya bisa tertegun mendengar cerita Lazuarrdi. "Jadi, wanita itu mati Mas?" "Aku enggak tau, Sat. Hanya sampai dia diperkosa, terus aku dengar suara kalian yang sudah ramai." "Bisa saja akhirnya dia mati dan penasaran. Iya kan, Mas?" "Bisa juga seperti itu, Sat. Hanya saja foto ini ...." Lazuarrdi terus memandang sosok wanita yang mirip dengan Karmila. Yang dia lihat dalam mimpi. Lalu bergegas dia keluar kamar. Meninggalkan Satriyo yang masih terpaku melihat tuannya. "Mau ke mana Mas?" "Ikutlah!" Satriyo pun mengikuti langkah Lazuarrdi. Mereka berdua menuju ruang belakang. Ruangan yang berada tepat di depan sentong tengah. Lalu Lazuarrdi berhenti tepat di depan cermin kuno yang berbentuk oval.  Tepat di atasnya tempat pedang samurai itu diletakkan. La
Baca selengkapnya

SENANDUNG LAGU

Lazuarrdi menggeleng. Seakan tak memercayai apa yang dikatakan oleh sosok itu pada sang nenek. "Tak mungkin dia bisa membunuh Eyang!" Wanita tua itu menatap tajam dengan sorot mata yang berkilat. Seakan kesal dan geram dengan sikap Lazuarrdi. Yang menganggap ceritanya hanya kebohongan belaka. "Kamu tak percaya?" sentak sang Nenek. "Bagaimana mungkin ada seorang hantu yang mengancam untuk membunuh, Eyang? Ini buat aku terlalu janggal dan aneh." "Lalu bagaimana dengan penampakan dan gangguan yang sering menghantui kamu? Apa hanya bualan kamu saja?" Lazuarrdi langsung terdiam. Apa yang dikatakan sang nenek ada benarnya. Akan tetapi dia tak mau ambil pusing dengan pedang yang misterius itu. "Kenapa kamu diam? Pasti kamu memikirkan tentang pedang itu juga. Iya 'kan?" "Maafkan aku, Eyang. Bukannya tak mau percaya dengan apa yang dikatakan Eyang. Hanya saja, aku benar-benar tak ingin membawa lagi pedang milik Kakung ini."
Baca selengkapnya

LAGU YANG ANEH

Sepintas dia seperti medengar sayup-sayup suara orang sedang bernyanyi lirih. Sontak Lazuarrdi menghentikkan aktivitas mandi yang dia lakukan."Suara ... siapa tadi?" Lazuarrdi berbisik lirih. Namun suara bersenandung itu tak lagi terdengar. buru-buru Lazuardi menyelesaikan mandinya.Saat memakai handuk. Kembali Lazuarrdi mendengar senandung yang terasa asing dan aneh di telinga. Sebuah lagu yang tak dia kenal sama sekali.Seketika itu dia merapatkan tubuhnya ke dinding kamar mandi dengan telinga yang menempel. Dia bermaksud untuk bisa lebih jelas mendengar suara yang samar-samar.*Bekerdja! Bekerdja! Bekerdja!Tiada satoe doedoek termenoeng. Kaoem nelajan melajar laoet.Melawan badai ombak gemoroeh. Semua nelajan giat gembira.Tenaga pekerdja tegoeh bersatoe.
Baca selengkapnya

PENJELASAN MARNI

Terlihat kalau wanita tua itu mencoba mengingat sesuatu. Dahinya mengernyit. Dia berusaha keras untuk mengingat lagu yang seperti tak asing di telinga. "Aku seperti pernah mendengarnya. Tapi, di mana ya?" "Serius Eyang pernah mendengar?" Raut wajah Lazuarrdi tampak serius. Sampai kedua alisnya bertaut. Dengan dahi yang berkerut keras. "Iya, tapi aku lupa di mana. Apa masa kecil aku atau--" Sulasih geleng-geleng. Sulit baginya untuk bisa mengingat. Akan tetapi dia merasa pernah mendengar. "Bekerja ... bekerja?" ulang Sulasih. Tampak dahi keriputnya mengernyit. "Ini seperti lagu saat Eyang masih kecil dulu. Lagu jaman Nippon." "Jaman Nippon? Berarti waktu penjajahan Jepang dulu Eyang?" Wanita tua itu mengangguk. "I-iya, waktu itu di SR wajib bisa menyanyikan lagu ini. Dan saat itu para Nippon disambut baik oleh semua masyarakat kita. Tak tahunya mereka lebih kejam dari Belanda. Tak ada penjajah yang baik. Semua me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status