Semua Bab Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat : Bab 81 - Bab 90

116 Bab

81 Beradaptasi dari Awal

"Ada apa, Pak?" tanya Ivan dengan wajah yang sudah kembali menjadi serius."Awasi lab ini supaya Bu Venya merasa aman selama melakukan penelitian," jawab Aldi tegas. "Kita tidak pernah tahu kapan persaingan antara kita dengan keluarga Delvino itu meletus, terlebih kalau Marcel sudah berada di sana."Diko menyipitkan matanya."Apa itu berarti Pak Marcel ada di pihak mereka?" Dia memastikan."Tergantung," sahut Aldi. "Tapi tidak apa-apa, saya percaya Marcel mewarisi bakat kedua orang tuanya.""Kenapa Anda bisa begitu yakin, Pak?" tanya Ivan dengan kening berkerut."Karena saya mengenal baik ayah dan ibu Marcel," jawab Aldi sambil meneruskan langkahnya. "Sesederhana itu."Diko dan Ivan saling pandang kemudian sama-sama mengangkat bahu tidak mengerti.Hari pertama tinggal bersama keluarga Lista, Marcel diperlakukan dengan sangat baik. dari situ dia mulai bimbang dengan segala cerita Aldi tentang kesuraman yang pernah terjadi dalam keluarga itu."Bagaimana tidurmu, Marcel?" sapa Stefi keti
Baca selengkapnya

82 Pengawalan Ketat

Sarapan berlangsung lancar-lancar saja pagi itu, meskipun sedikit terlambat karena diwarnai dengan obrolan yang menurut mereka penting mengenai Marcel.“Kalian berdua yakin kalau tes darah itu menunjukkan data yang sebenarnya, kan?” tanya Naya, sosok yang terlihat paling ragu mengenai kebenaran apakah Marcel betul ahli obat yang asli atau bukan.“Tentu saja, Tante ....”“Maaf, saya pribadi masih ragu soal tes itu.” Marcel menyela, membuat Stefi dan Lista menoleh ke arahnya.“Apa maksud kamu bicara begitu?” hardik Lista dalam bisikan rendah.“Ini ada apa?” tukas Naya. “Mana ada ahli obat yang meragukan kalau dirinya adalah seorang ahli obat?”Stefi menyunggingkan senyum sebelum menanggapi ucapan ibunya.“Apa yang aneh? Kita harus maklum untuk sementara, wajar saja kalau Marcelino banyak yang tidak tahu apa-apa, dia kan dibesarkan tanpa tahu apa-apa soal medis.”“Tidak masalah,” sela Damian menengahi. “Mana ada anak yang sanggup mengingat seluruh perjalanan dalam hidupnya, jadi kita tid
Baca selengkapnya

83 Pembayaran Marcel

"Ya suka-suka kamu lah," sahut Shirley dengan nada cuek.“Maaf, aku mengganggu kebersamaan kalian. Ayah mertua mana, aku mau bertemu.” Marcel berkata, masih dengan bahasa yang formal.Ketika itulah Dito berbalik ke arahnya.“Kamu!” tunjuk Dito dengan wajah tak percaya.“Dit, kamu tetap harus sopan sedikit!” tegur Shirley sambil melirik teman dekatnya. “Ada perlu apa kamu datang ke sini, Cel?”“Terima kasih,” ucap Marcel seraya duduk di kursi yang telah disediakan.“Kamu sengaja menunda-nunda cicilan ya?" tanya Dito sambil memandang Marcel dengan sorot mata menuduh.“Bukan, aku tidak pernah sengaja menunda.” Marcel menegaskan. “Lagipula aku pernah bilang kalau biar Pak Herman sendiri yang menghubungi aku kalau beliau keberatan dengan ....”“Alah, kamu saja tidak bisa dihubungi selama ini,” tepis Dito yang tidak terima dengan alasan Marcel.“Tidak perlu mempedulikan dia, Cel.” Shirley menyela seraya membuka laci meja kerjanya. “Aku mencoba percaya sama kamu, apalagi kamu sudah memberi a
Baca selengkapnya

84 Masa Lalu Marcel

Shirley tiba-tiba muncul dan melihat suasana emosional yang tengah berlangsung di hadapannya, Reina berbisik kepada Herman.“Ini kesempatan kita untuk membujuk Marcel,” katanya di telinga sang suami. “Kamu tidak boleh kehilangan menantu kamu, Sayang. Mereka belum bercerai.”Herman bergeming.“Itu betul, kita harus bujuk Marcel bagaimana pun caranya.” Dia menimpali.“Tapi aku ...” ucap Shirley ragu-ragu.“Apa lagi yang kamu pikirkan?” desis Reina. “Marcel itu adalah ahli obat sangat legendaris! Sekali dia mendapatkan hak paten, dia akan kaya raya!”Shirley tetap bergeming.“Marcel, tunggu!” Reina mengejar sang menantu. “Kamu tidak harus meninggalkan istri kamu kan?”“Saya tidak akan melupakan kalian,” ucap Marcel sambil menatap wanita yang selama ini telah menjadi mertuanya. “Tapi saya harus tetap kembali ke tempat Pak Aldi, Bu.”“Kami akan sangat kehilangan kamu,” sahut Herman. “Bertahun-tahun kami bersama kamu, banyak momen yang kita lewati bersama-sama ....”“Aku tahu, Yah.” Marcel
Baca selengkapnya

85 Diincar Banyak Orang

Shirley dan Alvon saling lirik dengan kening berkerut.“Kamu ke kantor, tidak?” tanya Reina ingin tahu. “Shirley kan sudah di sini, biarkan dia memikirkan cara untuk bisa membujuk Marcel supaya tidak bercerai.”“Tapi, Bu ....” Shirley sudah akan membantah, tapi Alvon buru-buru menyenggol kakinya dengan keras.“Oke, kita harus kerja lebih keras karena tambang emas kita sudah pergi akibat kecerobohan anak-anak kita.” Herman memandang Shirley dan Alvon sejenak, setelah itu dia mengajak Reina pergi meninggalkan rumah.“Argh! Semua ini gara-gara Marcel!” gerutu Shirley sambil mengembuskan napas keras.“Tenang dulu, sabar!” sahut Alvon. “Memangnya gimana sih ceritanya? Si Marcel memang jadi ahli obat betulan ya? Kok aku tidak bisa percaya kalau orang seperti suami kamu adalah keturunan ahli obat?”Shirley menarik napas panjang.“Aku sendiri sebetulnya juga tidak mau percaya, tapi ayah dan ibu memaksa aku untuk tetap membujuk Marcel supaya nggak bercerai.” Dia menjelaskan duduk permasalahann
Baca selengkapnya

86 Istri Tak Setia

Marcel memandang Ciko dengan mata menyipit.“Aku menunggu kamu mempertemukan kami,” ujar Marcel sambil mengangkat bahu. “Kamu tahu betul kalau aku sendiri kurang meyakini kalau aku adalah ahli obat yang kalian cari, makanya aku tidak buru-buru minta dipertemukan dengan orang tua aku.”Menarik, batin Ciko dalam hati.“Kamu tidak hilang ingatan kan?” tanya Ciko ingin tahu.“Aku bukannya hilang ingatan, tapi memang aku tidak bisa ingat apa saja yang sudah aku alami sejak kecil.” Marcel menjelaskan. “Ketika aku sudah bisa mengenal kehidupan, aku sudah dihadapkan keputusan untuk menikah dengan adik kamu. Jadi aku mana ingat dengan hal-hal atau anggota keluarga yang ada di sini.”Ciko tersenyum samar.“Oke, kita tidak perlu mempermasalahkan hal itu.” Dia menatap Marcel. “Kapanpun kamu siap, Lista akan mempertemukan kamu dengan orang tua kandungmu yang sebesar-besarnya. Tentu saja tidak sekarang, mereka tidak ingin buru-buru.”Marcel melirik Ciko dengan tatapan yang tidak kalah tajam.“Ngomo
Baca selengkapnya

87 Ingin Membinasakan Marcel

Pertarungan berlangsung dengan sangat sengit, Marcel dan Ronnie saling serang tanpa henti.Ronnie yang memiliki dendam tersendiri karena merasa dipermainkan Marcel, cukup tangguh saat mencoba melumpuhkan sepupunya.“Keluarkan kemampuan terbaikmu, bangsat!” umpat Ronnie sambil meninju Marcel, tapi luput.Marcel tertawa mengejek dan melompat tinggi hingga membuat Ronnie terpana.“Aku belum ingin menggunakannya kalau hanya untuk melawan kamu,” kata Marcel sambil mendarat mulus dengan kedua kakinya di atas lantai.“Kamu terlalu percaya diri sekali,” cemooh Ronnie sambil mengejar Marcel yang mengangkat kedua tangannya.Baku hantam terus berlanjut dari mulai adu jotos, saling tendang, dan juga hampir saja saling menghabisi jika saja tidak ada orang lain yang lewat.Ciko yang kebetulan melintas saat hendak menuju ke ruang pengawas, kaget setengah mati saat mendapati Ronnie bisa keluar dari kurungan dan sedang berusaha menghajar Marcel.“Stop, berhenti!” teriak Ciko, dia menghentikan langkahn
Baca selengkapnya

88 Mewarisi Bakat Kalian

Marcel terjaga hampir sepanjang malam, dia masih tidak mengerti kenapa Lista dan Stefi berkeras memaksanya tinggal di rumah ini sedangkan Ronnie terlihat jelas tidak menyukainya.Tatapan Marcel menyisir ke seliling kamar untuk mencari keberadaan kamera pengawas. Setelah yakin bahwa kamar itu aman, dia mengambil ponsel lama yang pernah diretas oleh Ivan beberapa waktu yang lalu.Kenapa tidak ada tanda-tanda dari Pak Aldi atau Ivan, batin Marcel dalam hatinya. Dia tidak ingin terjebak lebih lama lagi di kediaman keluarga besar Delvino, meskipun ada rahasia besar entah apa yang dia tidak tahu.“Pertemukan aku sama orang tua aku,” kata Marcel ketika esok harinya bertemu dengan Lista.“Apa yang membuat kamu tiba-tiba ingin segera bertemu dengan orang tua kamu?” tanya Lista balik.“Bukankah wajar?” sahut Marcel ingin tahu. “Seorang anak yang ingin bertemu dengan orang tua kandungnya kembali, apakah salah?”Lista tersenyum samar.“Itu berarti kamu mengakui bahwa kamu adalah Marcelino, keturu
Baca selengkapnya

89 Marcel Adalah Senjata

Aldi mengumpulkan sebagian besar anggota markas seusai sarapan.“Beberapa bulan sudah kita lalui dengan membangun lab yang disempurnakan,” ucap Aldi membuka pidatonya. “Untuk itu kita harus menggunakan lab ini untuk kepentingan umat manusia, dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk alam ini.”Diko yang duduk di samping Ivan, ikut mendengarkan dengan saksama.“Pembangunan fasilitas dan pelatihan untuk orang-orang yang ingin bergabung dengan kita akan terus berlangsung, karena itu sudah saatnya kita mulai menunjukkan eksistensi kita.” Aldi melanjutkan. “Persaingan dengan keluarga besar Delvino pasti akan ada, karena tujuan kita memang ingin mengubah hidup sekaligus meruntuhkan kekuasaan keluarga Delvino yang memonopoli setiap aspek di wilayah yang tunduk pada mereka.”Aldi mengangkat kepalan tangannya ke atas kepala.“Apa kalian siap?” Dia bertanya dengan suara keras.“Siap!” Seluruh ruangan menyahut dengan suara tak kalah keras.“Ada yang mau kalian tanyakan?” Aldi
Baca selengkapnya

90 Komunikasi yang Terhenti

Marcel menggunakan mobil yang dia sewa menggunakan aplikasi ponselnya."Tujuan ke mana, Pak?" tanya sopir ketika Marcel dan yang lain sudah masuk mobil."Kantor Pak Aldi," jawab Marcel. "Ini alamatnya ...."Kedua orang tua Marcel dan ilmuwan tadi duduk berdempetan selama mobil melaju. Tidak berapa lama kemudian, terdengar mobil berguncang disusul decit rem yang memekakkan telinga.“Maaf!” “Apa yang terjadi?”Perempuan yang berdiri di dekat mobil sewaan Marcel itu terlihat raut putus asa ketika Marcel turun untuk memeriksa “Perbuatan kamu itu sangat membahayakan orang lain, termasuk kamu sendiri.” Marcel memberi teguran. Bagaimana tidak, beberapa orang yang kebetulan sedang duduk-duduk menunggu angkutan umum kini mulai memperhatikan mereka.“Saya hanya mau penderitaan saya segera berakhir,” ucap perempuan itu menahan tangis. “Tidak akan ada seorangpun yang kehilangan saya ... bahkan suami saya sendiri ....”Marcel tertegun. Khawatir jika orang-orang akan salah paham terhadap kejadia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status