All Chapters of Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat : Chapter 71 - Chapter 80

116 Chapters

71 Menunggu Hasil Tes

Di kediaman keluarga Delvino, Lista sempat mondar-mandir di depan rumah kerja pamannya. Dia masih berpikir bagaimana caranya memberi tahu kejadian ini kepada sang paman karena dia sudah tidak mungkin bisa menutupi kejadian besar ini.“Lista?” panggil Reina, sukses membuat wanita itu tersentak.“Bibi ... bikin kaget!” ucap Lista dengan wajah tegang.“Kenapa sih?” tanya Reina dengan kening berkerut. “Kamu mondar-mandir terus dari tadi di depan ruang kerja paman kamu, ada apa?”Lista memandang bibinya dengan ragu.“Aku mau menemui paman, Bi. Ada hal penting yang mau aku bicarakan sama dia ....”“Terus kenapa kamu tidak langsung masuk?” tanya Reina dengan kening berkerut. “Malah mondar-mandir tidak jelas begini, sana masuk.”Lista masih berdiri ragu. Sebelum dia sempat menyusun kata-kata yang tepat, Reina sudah membuka pintu dan mendorongnya masuk ke dalam ruangan Herman.“Permisi!” ucap Reina dengan suara yang sengaja dikeraskan, membuat Herman mendongak dari pekerjaannya.“Reina? Ada ap
Read more

72 Suami Tukang Minggat

Sementara itu di rumah inti keluarga Delvino ....“Di mana suami aku?” tanya Shirley yang baru pulang dari perjalanan luar kota. “Apa mungkin Kak Ronnie melakukan hal yang tidak benar sama dia?”Alvon ikut celingukan ke sana kemari, tapi kondisi rumah tampak lengang dan tidak terlihat siapa pun di sana.“Mungkin Marcel pergi senang-senang sama Venya,” jawab Alvon. “Lebih baik kita langsung senang-senang, besok aku ada rapat pagi-pagi sekali ....”“Baiklah, kalau begitu.” Shirley mengangguk saja dan menduga bahwa Marcel memang sedang bersama Venya.Hampir tengah malam, Shirley dan Alvon tiba di rumah dalam keadaan limbung.Keduanya tertawa dan meracau tidak jelas dengan wajah memerah.“Cel! Marcel!” panggil Shirley dengan mata setengah mengantuk. “Cel! Ke mana sih itu orang?”“Kan dia tidak ada di rumah!” celetuk Alvon yang sama telernya. “Suami kamu itu ... minggat lagi!”“Ha ha, iya kah?” sahut Shirley sambil menggaruk-garuk rambutnya. “Duh ... punya suami kok tukang minggat begini,
Read more

73 Sudah Pulih Semua

Marcel segera mengikuti langkah kedua orang itu untuk pergi meninggalkan ruangan. Mereka berjalan layaknya petugas medis, melewati lorong panjang yang sepi dan terkadang hanya bertemu satu-dua orang yang kebetulan melintas. Begitu tiba di dekat pos satpam, Marcel melihat salah satu dari sosok itu memberikan uang kepada petugas yang sedang berjaga. “Bisa minta tolong belikan perban, Pak? Saya capek habis praktek operasi!” “Bisa, Dokter! Saya akan belikan ....” “Ini uangnya!” Marcel diam saja ketika petugas itu dengan mudahnya pergi untuk membelikan mereka perban. “Ambil mobil sekarang!” “Oke!” Satu sosok pergi ke arah parkiran sementara Marcel tetap berdiri di tempatnya. Tidak berapa lama kemudian, suara decit ban mobil terdengar di belakang mereka. “Cepat naik semua!” Marcel merasakan bahunya ditarik dengan keras dan sesaat berikutnya dia sudah berada di dalam mobil yang kemudian langsung tancap gas meninggalkan kawasan rumah sakit. Ketika jarak mobil yang mereka tumpangi s
Read more

74 Siapa yang Minta Simpati?

Saking kerasnya suara Shirley, Bik Nana bahkan sampai terlonjak kaget.“Sa—sabar, Nyonya ... Pak Marcel sedang kena musibah ...” kata Bik Nana terbata-bata.Shirley mendengus, kedua matanya mengamati Marcel dari atas rambut hingga ke ujung kaki dengan tatapan menyelidik.“Ngapain kamu pakai baju itu?” tanya Shirley ketus.“Ini baju dari rumah sakit,” jawab Marcel datar. “Aku dirawat semalaman lebih, makanya aku tidak pulang ....”“Salah siapa kamu minggat?” tukas Shirley galak.“Aku tidak minggat, jangan menuduh tanpa bukti!” Marcel balik menukas. “Aku pergi kerja, terus ....”“Terus apa? Kena musibah? Dirampok? Dibegal?” Shirley justru semakin menggila. “Lagu lama, Cel! Kamu pura-pura sakit, biar aku kasihan sama kamu. Iya kan? Punya suami begini amat, tukang sandiwara!”Marcel menghela napas. Dengan takut-takut, Bik Nana meletakkan secangkir teh panas di atas meja.“Silakan diminum dulu, Pak.”“Terima kasih, Bik.” Marcel mengangguk, tapi Shirley langsung menepis cangkir itu hingga i
Read more

75 Selingkuhan Shirley

“Tuh, orangnya sudah datang! Kamu tanya langsung saja sama dia,” kata Shirley sambil menunjuk Marcel dengan dagunya.“Ada apa?” tanya Marcel jengah.“Kapan kamu akan membayar seluruh utang orang tua kamu?” tanya Dito balik dengan gaya seperti menagih utang.“Aku sama mertua sudah sepakat kalau pelunasan utang akan aku selesaikan secepatnya begitu aku dapat uang lagi,”jawab Marcel datar. “Lagipula apa urusannya sama kamu dan kenapa aku harus menjelaskannya sama kamu?”Dito sontak diam.“Kalaupun keluarga mertua aku keberatan, seharusnya dia langsung menghubungi aku untuk membahas masalah ini lebih jauh.” Marcel menambahkan.“Tidak bisa begitu,” geleng Dito. “Aku ini salah satu pegawai kantor Pak Herman, jadi aku berhak untuk mengetahui kapan pembayaran itu kamu selesaikan.”Marcel mengangkat bahu dan menyahut, “Aku akan langsung menghubungi mertuaku kalau mau melakukan pembayaran.”“Kenapa tidak kamu selesaikan urusannya sekarang sih, Cel?” tanya Shirley menyela. “Malu-maluin saja kamu
Read more

76 Sebatas Rekan Kerja

Dito tidak bisa lagi menolak, dia tetap harus sadar posisinya siapa di hadapan ayah Shirley.“Saya permisi, Pak.” Dito berpamitan, tangannya langsung dipegang Shirley.Marcel memalingkan mukanya, merasa muak.“Tapi, Yah. Jangan percaya apa yang dikatakan Marcel tadi ya,” pinta Shirley memelas.“Bagaimana ayah akan percaya kalau tangan kamu mengatakan yang sebaliknya?” tanya Herman tegas. “Sini kamu, kita bicara baik-baik.”Dito menoleh ke arah Shirley dan menganggukkan kepala, lalu dengan terpaksa mereka berpisah ketika Herman yang menyuruh.“Saya izin kerja, Yah.” Marcel ikut pamit karena dia tidak berminat untuk ikut dalam percakapan antara ayah dan anak itu.“Tidak, Cel. Kamu juga harus ikut,” cegah Herman sambil menggeleng. “Kamu duduk saja dulu, ibu Shirley bilang kalau kamu habis dari rumah sakit?”Herman ikut bersandiwara, meski dalam hati dia cukup kagum karena Marcel yang berhasil kabur dari pengawasan Lista dan keluarga.“Baik, Yah.” Marcel mengangguk saja, dia tidak ingin m
Read more

77 Incaran Keluarga Besar

“Ada apa, Bik?” tanya Marcel sambil melangkah menuruni anak tangga. Dia mengedarkan pandangannya lurus ke arah suara-suara yang terdengar.“Pak Marcel! Pak ...!” panggil Bik Nana lagi, tidak biasanya dia seperti itu kalau memanggil anggota keluarga Delvino.“Ada apa sih, teriak-teriak?”“Bik Nana bikin rapat virtual-ku berantakan saja!”Suara Shirley dan Alvon saling bersahutan, membuat suasana rumah keluarga Delvino semakin meriah.“Itu si Nana kenapa?” tanya Reina heran kepada Herman yang sedang mematikan laptop.“Kamu turun saja, sekalian mengecek apakah makanan sudah siap.” Herman menyuruh. “Marcel harus kita perlakukan dengan baik, supaya dia bisa dimanfaatkan lagi tenaganya.”Reina mengangguk dan cepat-cepat turun dari kamar. Dia berpapasan dengan Marcel yang sudah duluan mencapai bawah anak tangga.“Marcel!” panggil Reina.“Ya, Bu?” Marcel menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sang mertua.“Itu ada apa anih ribut-ribut seperti itu?” tanya Reina sambil meneruskan langkahny
Read more

78 Menguji Perasaan Shirley

Herman menatap Marcel yang tidak segera menjawab pertanyaannya.“Saya—mereka yang mencari saya, Yah.” Marcel menjelaskan karena faktanya memang seperti itu.Dia tidak pernah tahu tentang ahli obat atau kerabat keluarga Delvino sebelum mereka muncul setelah Aldi berhasil menemukannya lebih dulu.“Apa sebelumnya kamu tahu soal ini?” tanya Herman lagi.Marcel menggeleng dan menjawab, “Masalahnya mereka mengakui saya sebagai ahli obat yang mereka cari-cari, jadi saya tidak berani tertarik lebih jauh soal masa lalu saya.”Herman kemudian saling pandang dengan Reina.“Tapi Marcel ini menantu kami,” ujar Reina pura-pura memberi pengertian. “Tidak mungkin kalian membawanya pergi begitu saja, bagaimana dengan putri kami?”Stefi melirik Marcel dan berkata, “Terserah Marcel, urusan kami hanya sebatas datang untuk menjemputnya pulang.”Marcel tahu apa makna dari tatapan Stefi itu, dia secara tersirat menyuruhnya untuk memilih.“Apa betul kalau mereka berdua ini adalah kerabat keluarga kita, Yah?”
Read more

79 Sudah Membuang Permata

“Jangan sembarangan bicara,” tegur Herman kepada Alvon. “Yang jelas keluarga besar kita bukanlah keluarga sembarangan.”Giliran Shirley yang menatap ayahnya dengan tampang tidak mengerti.“Kita ini keluarga apa sih, Yah? Bangsawan?” tanya Shirley antara penasaran dan juga bingung.“Semacam keluarga dengan status sosial yang tinggi,” angguk Herman dengan suara berat. “Ayah sama sekali tidak menyangka kalau Marcel adalah ahli obat yang selama ini kita cari-cari ... apa tanggapan kalian tentang ini kira-kira?”Shirley mengangkat bahu.“Kenapa kita tidak melacak keberadaan orang tua Marcel sekarang?” usul Reina cepat. “Kalau mereka tidak terkejut, itu artinya bakat asli Marcel selama ini telah ditutup-tutupi.”Alvon saling pandang dengan Shirley.“Kalau semua ini bukan mimpi dan Marcel adalah seorang ahli obat, itu artinya kita sudah membuang permata yang selama ini kita punya.”Shirley menghela napas.“Tapi dia pelit sama aku,” katanya ketus. “Masa aku hanya dikasih tiga juta, masa iya a
Read more

80 Tidak Punya Tempat Tujuan

“Apa ini valid?” tanya Marcel sambil memandang Lista dengan ragu.“Apa maksud kamu?” balas Lista tersinggung. “Kamu meragukan kemampuan orang-orang kami yang mengecek sampel darah kamu?”Marcel mengangkat bahu.“Aku tidak pernah yakin biarpun kalian meyakini bahwa aku adalah ahli obat yang asli,” katanya lambat-lambat. “Yang aku tahu, sejak kecil aku sudah tinggal bersama orang tuaku. Dan mereka tidak pernah bilang kalau aku ini punya bakat di bidang medis.”Stefi segera mengisi kursi kosong yang ada di samping Marcel.“Tapi dengan adanya bukti surat ini, kamu harus yakin kalau kamu adalah ahli obat.” Stefi menengahi. “Orang yang selama ini kami cari sejak lama.”“Kenapa aku harus seyakin itu?” tanya Marcel sambil menoleh memandang Stefi. “Aku pribadi tidak benar-benar mengenal kalian selain berita tentang keluarga Delvino yang santer beredar.”“Wah, kami senang karena kamu sudah sempat mendengar tentang keluarga besar kami.” Stefi berkomentar. “Tapi mulai sekarang kamu harus yakin ka
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status