Dito tidak bisa lagi menolak, dia tetap harus sadar posisinya siapa di hadapan ayah Shirley.“Saya permisi, Pak.” Dito berpamitan, tangannya langsung dipegang Shirley.Marcel memalingkan mukanya, merasa muak.“Tapi, Yah. Jangan percaya apa yang dikatakan Marcel tadi ya,” pinta Shirley memelas.“Bagaimana ayah akan percaya kalau tangan kamu mengatakan yang sebaliknya?” tanya Herman tegas. “Sini kamu, kita bicara baik-baik.”Dito menoleh ke arah Shirley dan menganggukkan kepala, lalu dengan terpaksa mereka berpisah ketika Herman yang menyuruh.“Saya izin kerja, Yah.” Marcel ikut pamit karena dia tidak berminat untuk ikut dalam percakapan antara ayah dan anak itu.“Tidak, Cel. Kamu juga harus ikut,” cegah Herman sambil menggeleng. “Kamu duduk saja dulu, ibu Shirley bilang kalau kamu habis dari rumah sakit?”Herman ikut bersandiwara, meski dalam hati dia cukup kagum karena Marcel yang berhasil kabur dari pengawasan Lista dan keluarga.“Baik, Yah.” Marcel mengangguk saja, dia tidak ingin m
Read more