Semua Bab Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat : Bab 101 - Bab 110

116 Bab

101 Ingin Membuktikan Diri

Marcel memandang Venya dengan sorot mata serius setiap kali mereka membahas keluarga Delvino. "Aku harap keberadaan Elen di sana bisa membantu kita untuk mengorek rencana asli mertuaku dan keluarganya," kata Marcel lambat-lambat. "Aku tahu seperti apa ayah mertuaku itu ...." Venya menarik napas panjang. "Yang sabar," katanya. "Aku yakin Elen bisa melakukannya dengan baik sejak kamu cerita kalau dia dikhianati pasangannya." Marcel kelihatan lebih serius saat venya berjalan melewatinya untuk mengambil buku. "Orang yang dikhianati cenderung ingin membuktikan diri," komentar Marcel dengan bijak. "Aku sependapat," jawab Venya sambil mengangguk. "Kita memang harus memberinya kesempatan untuk membuktikan potensi Elen." "Aku bertemu sama dia saat mentalnya kacau," jawab Marcel. "Dia kelihatannya sedikit terbantu dengan apa yang kita lakukan." Marcel hanya menganggukkan kepalanya dan berlalu pergi ke ruangannya sendiri. Venya masih duduk terpekur di kursinya ketika Ivan muncul tanpa
Baca selengkapnya

102 Hanya Pendidikan Dasar

"Elen, saya mau kamu yang mewakilkan pertemuan penting dengan klien dari Aldians Grup." Herman memanggil Elen ke ruangannya ketika dia baru saja memeriksa salah satu proposal."Saya, Pak?" tanya Elen sambil buru-buru mengangguk untuk menyambut bosnya. "Iya, kamu." Herman mengangguk."Saya ... tidak enak sama Bu Shirley, Pak." Elen mengaku. "Saya kan tidak sederajat pendidikannya ...."Herman justru tersenyum simpul mendengarnya. "Kamu bisa pergi sama Shirley," katanya ringan. "Sekalian kamu ajari putri saya agar dia memiliki attitude yang baik seperti kamu."Elen terpaku sejenak, dia teringat dengan Shirley yang pernah meremehkannya karena dirinya hanyalah tamatan pendidikan dasar saja. "Apa Bu Shirley bersedia pergi sama saya, Pak?" tanya Elen ragu. "Saya khawatir kalau ... seandainya Bu Shirley keberatan dan pertemuan itu malah akan terganggu dengan kehadiran saya ...."Herman menggelengkan kepalanya. "Tenang saja, ini hanya pertemuan ramah tamah biasa. Jadi ada baiknya kamu sama
Baca selengkapnya

103 Menemui Klien

Elen sendiri sudah tentu ingin menolak usul bos besarnya, tetapi dia tidak mungkin mengatakannya langsung di depan Shirley. Bagaimanapun dia masih menjaga perasaan putri Herman meskipun sikapnya sangat tidak menyenangkan hatinya. "Saya ..." Elen berusaha mencari kata-kata yang pas untuk menolak rencana Herman. "Apa ada yang kurang dari Shirley untuk jadi sekretaris kamu, Elen?" tanya Herman lagi. Elen melirik Shirley yang mendelik ke arahnya, seakan siap menelannya bulat-bulat kalau dia berani bilang yang jelek-jelek tentangnya. "Tidak ada Pak," geleng Elen. "Bu Shirley ... sempurna sekali, tapi tidak semestinya Bu Shirley yang jadi sekretaris saya."Herman tersenyum simpul sementara Shirley mendengus pelan. "Baiklah, tidak ada alasan bagi kamu untuk menolak putri saya kan?" tanya Herman lagi sambil memandang Elen. "Yah, apa-apaan ini?" sela Shirley gusar. "Aku tidak ....""Ayah tidak bicara sama kamu, Shirley." Herman mengingatkan tanpa memandang putrinya. "Saya tidak akan bur
Baca selengkapnya

104 Jangan Dibuat Rumit

Elen dan Shirley duduk di kursi yang telah tersedia. Sambil makan, sesekali mereka berdua terlibat obrolan singkat dengan Ivone dan Saga yang duduk berhadapan. "Hari yang sibuk untuk seorang CEO?" komentar Saga basa-basi. "Sangat, apalagi untuk orang baru seperti saya." Elen menganggukkan kepalanya. "Oh ya?" tanggap Saga dengan ekspresi terkejut. Shirley sendiri disibukkan dengan obrolan yang menurutnya tidak begitu penting dengan Ivone. "Kamu masih kelihatan muda, lulus sarjana umur berapa?" tanya Ivone ramah. "Dua tiga mungkin ... entahlah, sudah lupa," sahut Shirley, sesekali jemarinya asyik berselancar ria di layar ponselnya. Elen yang melihat kalau Shirley lebih sibuk dengan gawai di tangan, tidak tahan jika tidak menegurnya. "Bu Shirley?" panggil Elen sambil mendekatkan kepalanya ke arah Shirley. "Tolong simpan ponselnya dulu, kita sedang ada jamuan penting sekarang ....""Diam," desis Shirley sambil mendorong kepala Elen dengan terang-terangan. "Jangan mengatur saya."I
Baca selengkapnya

105 Ambisi Venya

"Makan, Van?" Marcel menyambangi Ivan di belakang, tempat yang biasa digunakan para penanggung jawab lab untuk melepas penat setelah bekerja. "Pak Marcel, Anda ngapain sampai ke sini?" tanya Ivan terkejut. "Anda kan harus promosi ....""Cari udara segar," sahut Marcel sambil tersenyum kalem. "Tidak masalah kan, ini jam makan siang. Nanti saya bisa balik kalau sudah jam kerja."Ivan belum sempat menjawab karena saat itu ada beberapa orang yang melihat Marcel dan menyapanya. "Saya kira sedang ada pertemuan rahasia yang penting," canda Ivan ketika dia dan Marcel duduk satu meja di kafetaria. "Macam orang-orang yang sudah naik kelas.”Marcel menggeleng-gelengkan kepalanya. "Pertemuan rahasia untuk menguasai dunia medis." Marcel menjelaskan. "Belajar jadi ahli obat itu tidak semudah kelihatannya, harus teliti. Dan saya tidak mau mengecewakan Pak Aldi yang sudah kasih saya kesempatan."Ivan mengangguk paham, kemudian meminum teh hangatnya. "Pak Aldi baik," komentar Ivan takjub. "Betul,
Baca selengkapnya

106 Kelihatan Lupa Diri?

Ivan memandang Venya yang tengah terbaring lemah dengan jarum infus terpasang di salah satu punggung tangannya, sementara Marcel terlihat berdiri dengan wajah masam di sampingnya. "Pak Aldi, saya sangat berterima kasih." Marcel bergegas menemui Aldi yang masih berada di luar."Sama-sama Pak," sahut Aldi sambil buru-buru berdiri. "Bu Venya sudah tidak apa-apa kan, saya permisi kembali ke kantor dulu ...."Marcel menganggukkan kepalanya. "Sekali lagi terima kasih," sahut Marcel sambil tersenyum. "Saya akan kembali secepatnya.""Baik Pak," angguk Aldi sambil berbalik pergi. Ketika dalam perjalanan kembali ke ruangan Venya, Marcel sesekali menjawab pertanyaan dari sopir yang mengantarnya tentang apa yang baru saja dialami rekannya itu. "Saya tidak tahu persis, mungkin kecapekan." Marcel menjelaskan sebisanya. Setibanya di ruang Venya, Marcel kembali menekuni ponselnya dan sosok Venya yang tengah terbaring lemas langsung menghilang begitu saja dari pikirannya. Marcel tidak mengharapk
Baca selengkapnya

107 Sekretaris Pribadi Shirley

Baik Marcel maupun Venya terkejut bukan main saat mendengar berita bahwa Elen akan disandingkan sebagai sekretaris dengan putri Herman alias Shirley."Kamu serius, El?" tanya Venya, dengan wajah tidak percaya. "Iya, Kak." Elen mengangguk membenarkan. "Tapi keluarga Pak Herman itu keluarga terpandang," kata elen dengan suara lirih. "Apa aku bisa betah kerja sama dengan anaknya? Bu Shirley itu kan galak, tidak ramah sama sekali."Marcel dan Venya saling berpandangan, membuat tawa mereka jadi ikut tersembur tanpa bisa ditahan lagi. "Biar galak begitu, dia adalah istrinya Marcel." Venya buru-buru menimpali. "Aku sih tidak mempermasalahkan kamu berjodoh sama siapa, asalkan Shirley bisa menghargai kamu dengan segala keadaan kamu." Marcel menyahut. "Memangnya kenapa Pak Marcel harus sembunyi dari Bu Shirley terlalu lama?" tanya Elen ingin tahu. Venya menarik napas. "Jujur perangainya tidak terlalu bagus," ungkap Venya. "Dan Marcel punya alasan sendiri untuk tidak ingin menunjukkan dir
Baca selengkapnya

108 Memutuskan Ikatan Kerja Sama

Sekeras apa pun usaha Shirley untuk menolak rencana itu, tetap saja ayahnya tidak akan membatalkan rencana yang sudah dia susun sejak lama.“Apa sih Ayah lihat dari Elen?” tanya Shirley tidak habis pikir. “Kalau Ayah memang mau aku berkarir, biar aku yang cari sekretaris sendiri.”“Memangnya kamu bisa menjamin kalau sekretaris yang kamu pilih itu adalah orang baik-baik?” tanya Herman sambil memandang putrinya lekat-lekat. “Paling juga dia hanya mau sama kekayaan Ayah saja ....”“Apa Ayah pikir Elen juga tidak begitu?” sahut Shirley dengan napas memburu. “Dia kan dari keluarga pas-pasan, jelas saja dia tidak menolak jabatan ini.”“Elen menolak kok,” kata Herman tenang. “Apa?” Shirley terpaku. “Dia menolak ...? Sombong amat, tapi baguslah. Itu berarti Ayah tidak perlu lagi memaksakan kerja sama ini.”Herman menarik napas.“Justru karena Elen menolak, makanya ayah akan tetap meneruskan rencana kerja sama kalian.” Dia menyahut. “Justru ini yang ayah harapkan, kamu mendapatkan sekretaris
Baca selengkapnya

109 Saya Mundur Saja

“Wah, wah, senang sekali melihat kalian berdua akrab seperti ini.” Tanpa diduga, Herman muncul saat ceramah Shirley masih berlangsung.“Pak?” Elen cepat-cepat berdiri untuk menyambutnya. “Yah, lihat deh. Elen mau beli mobil,” tunjuk Shirley sambil memandang ayahnya. “Calon sekretaris pilihan ayah sudah mulai naik kelas rupanya ....”“Shirley, biasakan menyebut nama orang dengan baik.” Herman menegur putrinya. “Soal mobil, tidak ada yang salah dengan hal itu kan?”Shirley mengangkat bahunya dan berpikir bahwa ayahnya sama sekali tidak sependapat dengannya.“Kenapa kamu tidak pergi ke ruangan kamu sendiri?” tanya Herman sambil memandang putrinya. “Atau kamu memang berniat mendekatkan diri sama sekretaris kamu? Ayah akan izinkan kalau itu tujuan kamu.”“Tidak deh, Yah.” Shirley menggelengkan kepalanya sambil berdiri dari kursinya. “Mungkin Ayah yang sebenarnya mau mengenal si kampung lebih dekat ....”“Shirley, berapa kali papa harus tegur kamu supaya menyebut nama orang dengan benar?”
Baca selengkapnya

110 Shirley Adalah Putri Bos

“Karena saya cuma pegawai,” jawab Elen. “Tapi Shirley bukanlah atasan kamu,” kata Marcel menegaskan. “Di perusahaan itu kalian berdua sama-sama CEO, kamu sama Shirley sederajat di mata Pak Herman.”Elen tidak segera menjawab.“Tapi ... tetap saja bagi Bu Shirley, saya hanyalah pegawai kelas rendah dan akan selamanya seperti itu.” Dia memandang Marcel. “Seandainya Bu Shirley bukan putri bos, mungkin saya akan melawannya.”Marcel tersenyum singkat mendengar pengakuan Elen.“Jadi sebenarnya kamu punya kemampuan untuk melawan Shirley,” komentar Marcel lugas. “Tapi kamu sendiri yang menolak menggunakan kesempatan itu, padahal kamu bisa.”“Tapi ...” Elen tidak menemukan kata-kata yang pas untuk menanggapi.“Dengarkan saya, Elen. Kamu dan Shirley sudah dikasih kesempatan untuk kerja sama, jadi saya minta tolong.” Marcel menyela sambil menatap Elen dengan serius. “Tolong bantu saya untuk mencari tahu keseluruhan bisnis yang dikembangkan keluarga istri saya.”“Apa, Pak?” Elen membelalakkan ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status