Home / Urban / SKANDAL SANG PENGUASA / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of SKANDAL SANG PENGUASA: Chapter 141 - Chapter 150

235 Chapters

Bab 141. Selamat Datang Renate

“Tidak akan, Paman,” balas wanita berambut keriting sebahu dengan tahi lalat di pipi kirinya dan kacamata tebal yang bertengker di hidung mancungnya. Iris mata berwarna coklat dengan wajah tanpa riasan, Jessi masih terlihat cantik jika dilihat dari dekat, walaupun penampilannya sangat sederhana.“Jangan pernah mengatakan apa yang kamu lihat hari ini kepada siapa pun. Kalau kamu melakukannya kamu tahu sendiri apa yang akan terjadi pada dirimu.”Tuan Felix mengancam laki-laki yang bersikap seperti wanita itu. Gerakan tangannya yang lemah gemulai berbanding terbalik dengan tubuhnya yang tegap.“Baik, Tuan,” jawab Abbe sambil menaruh tangan kirinya di atas perut, sedangkan tangan kanannya menutup mulutnya.Jessica dan Tuan felix segera pergi menemui temannya untuk membuat kartu pengenal dengan wajah yang baru. Selanjutnya mereka pergi ke kota kecil yang jauh dari tempat Jessica dilahirkan. Kehidupan di sana sangat berbeda dengan kehidupan Je
last updateLast Updated : 2022-04-09
Read more

Bab 142. Penuh Dengan Kebencian

Di kantor Beauty Corporation, Julie dan Daniel terjebak di dalamnya. Julie tidak berani keluar karena para pencari berita masih berkumpul di depan gedung bertingkat itu."Nona Julie, ayo kita pulang?" ajak Daniel pada wanita cantik yang sejak tadi melirik jam yang melingkar di tangannya. "Anda juga pasti sedang ada janji dengan orang lain bukan?" tebak Daniel."Bagaimana caranya keluar? Saya tidak bisa mengklarifikasi masalah ini tanpa persetujuan Tuan Jason." Julie terlihat putus asa. Padahal ia sudah berjanji pada kedua orang tuanya untuk pulang cepat karena calon mertuanya akan datang ke rumah.'Saya harus memberitahu Ibu dulu kalau saya terlambat pulang,' gumamnya dalam hati. Lalu mengirimkan pesan kepada ibunya."Kamu tinggal bilang ya atau tidak. Saya akan membawamu keluar dari kantor ini," kata Daniel sambil mengetuk-ketuk meja kerja sang sekretaris."Apa kamu yakin ingin membantu saya?" Julie yakin kalau Daniel memiliki
last updateLast Updated : 2022-04-10
Read more

Bab 143. Ancaman Daniel

"Nona Julie, kamu mau pulang tidak?" Daniel kembali melihat jam di tangannya. "Ini sudah lewat dari jam kerja kamu."Julie melihat jam di ponselnya, lalu bangun dari duduknya. "Tuan Daniel, bisakah anda mengantar saya pulang sampai rumah? Saya sedang terburu-buru, calon suami saya akan datang malam ini.""Astaga, saya harus mengantar pulang calon pengantin orang lain," gerutu Daniel sambil bangun dari duduknya."Kalau anda tidak bisa juga tidak apa-apa." Julie melangkah lebih dulu meninggalkan Daniel yang hendak membuka mulut untuk menjawab pertanyaan sekretaris cantik itu."Tunggu dulu, Nona!" Daniel berjalan cepat menyusul Julie. "Untung saja dia calon pengantin orang lain," gumamnya sambil tersenyum membayangkan kesialan laki-laki yang menjadi suaminya.Daniel menyejajarkan langkahnya dengan Julie yang berjalan cepat."Kakimu pendek, tapi langkahmu cepat sekali."Julie tidak menanggapi ucapan Daniel yang terdenga
last updateLast Updated : 2022-04-11
Read more

Bab 144. Balas Mencuri

Perlahan mereka mundur dan memberi jalan untuk Daniel dan Julie. Sejak tadi Julie hanya diam saja tanpa mau berbicara, bahkan ia terus menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Daniel."Nona Julie, sekarang sudah aman, cepatlah masuk ke dalam mobil!" Daniel tersenyum karena Julie sejak tadi terus menyembunyikan wajahnya padahal para pencari berita itu tidak lagi mengikutinya. Julie mendongakkan wajahnya, menoleh ke kiri dan ke kanan. "Terima kasih, Tuan Daniel."Daniel tersenyum mendengar ucapan tulus dari wanita cantik itu."Masuklah, saya akan mengantar kamu sampai rumah." Daniel membuka pintu mobil untuk Julie. Julie tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil asisten CEO itu. Daniel menutup pintunya, lalu berjalan ke sisi lainnya."Di mana ...."Sebelum Daniel menyelesaikan ucapannya Julie mengulurkan tangan memberikan ponsel yang menunjukkan alamat rumahnya."Ikuti ini saja!" titahnya."Apa ka
last updateLast Updated : 2022-04-11
Read more

Bab 145. Orang Dekat Liebe

"Saya hanya mengecup anda sebentar, tidak sampai melumat apalagi menghisap." Julie menyangkalnya dengan kesal."Ternyata kamu menikmatinya juga, jadi saya tidak sepenuhnya bersalah," kata Daniel sambil tertawa geli. "Terima kasih calon istri orang, bibirmu sangat manis, jika diberi kesempatan saya ingin melakukannya lagi denganmu."Julie menarik napas dalam-dalam untuk menahan amarahnya. Dia mencoba beranggapan kalau Daniel hanya membalas perbuatannya dulu. "Terima kasih," ucapnya dengan ketus sambil membuka pintu mobil.Daniel mencekal tangan Julie sembari tersenyum. "Terima kasih untuk apa? Tumpangannya apa ciumannya?"Laki-laki itu senang sekali menggoda sekretaris kekasih tuannya. Julie mengembuskan napasnya dengan kasar. "Terima kasih sudah mengantar saya sampai rumah."Setelah mengucapkan terima kasih, Julie segera turun dari mobil, lalu membuka pagar rumah yang lumayan tinggi itu."Apa ini mobil calon m
last updateLast Updated : 2022-04-11
Read more

Bab 146. Harus Optimis

Daniel dan Leon bergegas pergi ke lokasi di mana Jessi berada. Ia tidak mau menyia-nyiakan waktunya.Kurang dari dua jam mereka sudah sampai di tempat tujuan. Daniel dan Leon tiba di hotel berbintang yang diduga tempat Jessi menginap."Saya pesan kamar dulu, Tuan.""Cari tahu juga apa Jessica menginap di sini?" titah Leon pada asistennya. "Walau ia tahu kalau Jessica pasti tidak akan menggunakan namanya."Baik, Tuan." Daniel masuk ke dalam hotel, sementara Leon berkeliaran di luar untuk bertanya pada pegawai yang ada di hotel itu."Pak, apa anda pernah melihat wanita ini?" Leon bertanya pada orang yang bekerja di hotel itu sambil menunjukkan wajah Jessi yang nampak pada layar ponselnya."Maaf, Tuan, saya tidak pernah melihatnya," jawab laki-laki muda itu."Baiklah, terima kasih."Leon kembali ke lobi, kemudian menelepon nomor Jessica, tapi sudah tidak aktif lagi. "Liebe, kamu di mana?" gumam
last updateLast Updated : 2022-04-11
Read more

Bab 147. Junior Maafkan Papa

"Semoga saya tidak jatuh cinta," balas Daniel. "Ternyata jatuh cinta tidak seindah yang dibayangkan.""Tidak mungkin. Semua orang akan merasakan jatuh cinta, tapi kapan itu? Tidak ada yang tahu," balas Leon. "Saya juga dulu berpikir seperti itu, tapi siapa sangka saya malah jatuh cinta kepada musuh sendiri. Tidak ada yang bisa kita rencanakan tanpa persetujuan Tuhan, hanya Dia lah yang berhak merencanakan hidup kita."Leon merebahkan dirinya di kasur berlapis sprei berwarna putih itu. Lalu menoleh pada asistennya."Tidurlah Daniel, jaga kesehatanmu, saya sangat membutuhkanmu untuk membantu mengatasi masalah saya.""Baik, Tuan." Daniel membuka jasnya, lalu merebahkan tubuhnya yang sudah terasa sangat lelah.Hingga larut malam Daniel masih terjaga, ia khawatir tuannya nekad melakukan hal yang tidak diinginkan.Leon terbangun saat tenggorokannya terasa kering. Ia melihat sang asisten masih terjaga sambil memandangi layar ponselnya.
last updateLast Updated : 2022-04-12
Read more

Bab 148. Benci Tapi Cinta

"Kalau Tuan tahu pasti marah," kata Daniel.“Hans tidak akan mau meminumnya jika tahu kalau itu obat penenang, pasti dia akan marah karena kita mengira dia sudah gila.”Jacob sudah tahu bagaimana watak sahabatnya. Untuk itu ia akan mencari cara supaya Leon meminum obat itu supaya sahabatnya tidak depresi karena terlalu larut dalam kesedihan.“Lalu bagaimana cara memberikan obat itu?” “Tenang saja. Saya akan mengganti vitaminnya dengan obat penenang itu untuk sementara waktu. Walau bagaimanapun dia sahabat saya. Dan saya tidak mau mempunyai sahabat yang gila karena cinta, itu sangat memalukan.”Bukan hanya sebagai dokter pribadinya saja, tapi Jacob juga merupakan sahabat yang cukup dekat.“Terserah anda saja Dokter Jacob." Daniel pasrah, yang terpenting baginya sang tuan baik-baik saja."Daniel segera menutup teleponnya. Kemudian membeli makanan dan minuman untuk temannya bergadang. Setelah membeli semuanya, ia segera ke
last updateLast Updated : 2022-04-12
Read more

Bab 149. Teman Baru

Bibi Delma menaruh piring makan itu di nampan, lalu memeluk Renata. Membiarkan pundaknya sebagai sandaran untuk wanita muda itu. “Menangislah, buang semua kesedihanmu."Hingga satu jam lamanya Renate menangis, kini ia sedikit lebih tenang. Bibi Delma melepas pelukannya, lalu mengusap air mata Renate. “Apa kamu sudah merasa lebih baik?”Renate mengangguk sambil mengusap air matanya. “Terima kasih Bibi.”Bibi Delma tersenyum, kemudian memberikan segelas air putih kepada Renata. “Minumlah, setelah itu kamu tidur ya, Sayang.”Renate mengangguk, lalu meminum segelas air putih itu sampai habis.Bibi Delma menaruh gelas itu di nampan. Kemudian bangun dan berdiri. “Bibi mau menaruh ini dulu.”“Iya, Bi. Terima kasih banyak. Maaf, aku sudah merepotkan.” Renate mengulas senyum bahagia karena masih dikelilingi orang-orang baik.“Sayang, jangan bicara seperti itu. Bibi senang kamu tinggal di sini," ucapnya sambil membelai wajah Renat
last updateLast Updated : 2022-04-12
Read more

Bab 150. Kematian Jessica

“Tentu saja, kami akan menganggapnya sebagai anak kami juga,” kata Alexa yang sudah kembali ceria. “Iya kan Viktor?” Viktor mengangguk sambil tersenyum. “Tentu saja.”“Suamimu mana Renate?” tanya Alexa sambil celingukan mencari pasangan wanita hamil itu.“Aku tidak mempunyai suami,” jawab renate pelan sambil terisak karena teringat rencana pernikahannya dengan Leon.Alexa memeluk Renate. “Maaf sudah membuatmu sedih.”“Sepertinya tugas dari Bibi Delma untuk kita hari ini membuat Renate bahagia dan melupakan kesedihannya,” kata Viktor sambil tersenyum.“Bagaimana kalau kamu ikut ke rumahku. Aku akan memasak makanan enak untuk teman baruku.” Alexa melingkarkan tangannya di lengan Renate. “Aku juga mempunyai pohon apel di depan rumahku, kamu pasti akan menyukainya.”“Benarkah? Aku tidak sabar ingin memetik buah apel.” Renate terlihat sangat bersemangat. “Apa rumahmu jauh dari sini?”“Itu rumahku?” tunjuk Alexa pada
last updateLast Updated : 2022-04-12
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
24
DMCA.com Protection Status