"Kalau Tuan tahu pasti marah," kata Daniel.
“Hans tidak akan mau meminumnya jika tahu kalau itu obat penenang, pasti dia akan marah karena kita mengira dia sudah gila.”Jacob sudah tahu bagaimana watak sahabatnya. Untuk itu ia akan mencari cara supaya Leon meminum obat itu supaya sahabatnya tidak depresi karena terlalu larut dalam kesedihan.“Lalu bagaimana cara memberikan obat itu?”“Tenang saja. Saya akan mengganti vitaminnya dengan obat penenang itu untuk sementara waktu. Walau bagaimanapun dia sahabat saya. Dan saya tidak mau mempunyai sahabat yang gila karena cinta, itu sangat memalukan.”Bukan hanya sebagai dokter pribadinya saja, tapi Jacob juga merupakan sahabat yang cukup dekat.“Terserah anda saja Dokter Jacob." Daniel pasrah, yang terpenting baginya sang tuan baik-baik saja."Daniel segera menutup teleponnya. Kemudian membeli makanan dan minuman untuk temannya bergadang. Setelah membeli semuanya, ia segera keBibi Delma menaruh piring makan itu di nampan, lalu memeluk Renata. Membiarkan pundaknya sebagai sandaran untuk wanita muda itu. “Menangislah, buang semua kesedihanmu."Hingga satu jam lamanya Renate menangis, kini ia sedikit lebih tenang. Bibi Delma melepas pelukannya, lalu mengusap air mata Renate. “Apa kamu sudah merasa lebih baik?”Renate mengangguk sambil mengusap air matanya. “Terima kasih Bibi.”Bibi Delma tersenyum, kemudian memberikan segelas air putih kepada Renata. “Minumlah, setelah itu kamu tidur ya, Sayang.”Renate mengangguk, lalu meminum segelas air putih itu sampai habis.Bibi Delma menaruh gelas itu di nampan. Kemudian bangun dan berdiri. “Bibi mau menaruh ini dulu.”“Iya, Bi. Terima kasih banyak. Maaf, aku sudah merepotkan.” Renate mengulas senyum bahagia karena masih dikelilingi orang-orang baik.“Sayang, jangan bicara seperti itu. Bibi senang kamu tinggal di sini," ucapnya sambil membelai wajah Renat
“Tentu saja, kami akan menganggapnya sebagai anak kami juga,” kata Alexa yang sudah kembali ceria. “Iya kan Viktor?” Viktor mengangguk sambil tersenyum. “Tentu saja.”“Suamimu mana Renate?” tanya Alexa sambil celingukan mencari pasangan wanita hamil itu.“Aku tidak mempunyai suami,” jawab renate pelan sambil terisak karena teringat rencana pernikahannya dengan Leon.Alexa memeluk Renate. “Maaf sudah membuatmu sedih.”“Sepertinya tugas dari Bibi Delma untuk kita hari ini membuat Renate bahagia dan melupakan kesedihannya,” kata Viktor sambil tersenyum.“Bagaimana kalau kamu ikut ke rumahku. Aku akan memasak makanan enak untuk teman baruku.” Alexa melingkarkan tangannya di lengan Renate. “Aku juga mempunyai pohon apel di depan rumahku, kamu pasti akan menyukainya.”“Benarkah? Aku tidak sabar ingin memetik buah apel.” Renate terlihat sangat bersemangat. “Apa rumahmu jauh dari sini?”“Itu rumahku?” tunjuk Alexa pada
"Daniel, apa saya bisa melihat wajah Liebe untuk terakhir kalinya? Saya ingin meminta maaf padanya dan anak kami." "Maaf, Tuan, jasad Nona Jessica hancur, bukan hanya tubuhnya, tapi wajahnya juga sudah tidak bisa dikenali karena Nona terpental jauh ke jurang."Daniel yakin tuannya tidak akan sanggup melihat tubuh kekasihnya yang sudah tidak utuh lagi.Leon tidak bisa berkata-kata lagi. Dengan langkah yang gontai ia mendekati peti mati Jessica dan bersimpuh di sampingnya."Liebe, maafkan saya," ucap Leon pelan. "Junior, maafkan Papa, Nak. Semua ini karena Papa. Berbahagialah bersama Mama di surga."Mendengar ucapan Leon, Tuan Jason melepas pelukannya pada peti mati anaknya."Apa maksudmu? Apa Jessi sedang hamil?"Leon hanya bisa mengangguk. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Dadanya terasa sesak menahan tangis. Rasa bersalah pada kekasih dan calon anaknya membuat Leon semakin frustrasi.Daniel mencoba membangunkan
"Nona Jessica meninggal dunia karena kecelakaan," kata Julie sambil terisak. "Kami baru mendengar kabar itu barusan dari pihak keluarga Nona.""Saya sudah tahu sejak pagi karena saya berada di daerah yang sama dengan lokasi kecelakaan itu," jawab Daniel. "Saya turut berduka atas kematian Boss anda, Nona Julie.""Kantor sudah ditutup, kami akan menghadiri acara pemakaman Nona Jessica. Kenapa anda ke sini? Apa anda tidak ingin menghadiri acara pemakaman?""Apa kamu akan pergi ke rumah Tuan Jason, Nona?" Daniel tidak menjawab pertanyaan wanita cantik itu, ia malah balik bertanya."Saya mau pulang dulu," jawab Julie. "Setelah itu baru pergi ke rumah duka," lanjutnya sambil terisak.Ia masih syok mendengar kematian boss-nya yang begitu mendadak. "Mari saya antar!" Daniel bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Julie karena ia juga merasakan sakit saat melihat tuannya terlihat seperti orang depresi.Julie mengangguk, lalu meng
“Kasihan sekali Tuan Leon." Julie merasa prihatin kepada Leon, walau masih membencinya. “Dia memang sangat mencintai Nona Jessi. Saya tahu itu."Julie adalah saksi ketulusan cinta Leon dan Jessi. Walau diawali dengan kebohongan, tapi ia yakin kedua orang itu saling mencintai terlepas dari status mereka yang ternyata dari dua kubu yang bermusuhan.“Kamu benar. Tuan Hans memang sangat mencintai Nona Jessica,” kata Daniel. “Melihat mereka seperti itu saya jadi takut jatuh cinta.”Daniel berharap dirinya tidak akan pernah mengalami hal yang mengerikan seperti tuannya. Untuk itu ia tidak mau jatuh cinta supaya terhindar dari kesialan, menurutnya.“Apa anda belum pernah jatuh cinta?” tanya Julie terdengar seperti sebuah ejekan.“Kalau saya sudah pernah jatuh cinta, tidak mungkin saya sewaras ini," kata Daniel sambil menyunggingkan salah satu sudut bibirnya. “Apa anda pikir jatuh cinta itu membuat orang menjadi tidak waras?” Julie tida
“Tidak mungkin," elak Daniel. "Saya tidak bersikap aneh kepada kamu, yang saya lakukan hal yang wajar.”“Kamu mau menunggu dan mengantar saya itu termasuk aneh bagi kita yang baru kenal. Dan itu tidak wajar bagi orang dewasa berlainan jenis seperti kita.” Julie kembali menggoda laki-laki itu.“Ini biasa dilakukan seorang teman,” kilah Daniel sambil memundurkan wajahnya.'Dia seperti wanita penggoda, pantas saja dia berani mencium saya waktu itu. Saya yakin itu bukan pertama kalinya dia mencium seorang laki-laki.' Daniel berbicara dalam hati sambil menatap bola mata indah milik sang sekretaris.'Kenapa dia? Apa dia takut saya perkosa? Apa jangan-jangan dia penyuka sesama jenis?' Julie bertanya-tanya dalam hatinya sambil menahan senyum melihat kelakuan Daniel.“Tapi, saya bukan teman anda, Tuan Daniel.” Julie semakin mendekatkan wajahnya pada sang asisten.“Sekarang kita berteman karena kita akan terus bersama untuk mengatasi masal
Daniel menoleh pada wanita yang berdiri di samping mobilnya. “Tidak apa-apa. Saya hanya sedikit pusing saja,” jawab Daniel. “Ayo masuk.”“Tuan Daniel jika anda sedang pusing, lebih baik pulang saja. Saya akan pergi sendiri.” Julie tidak mau merepotkan orang lain.“Sebenarnya kepala saya tidak sakit, saya hanya bosan, butuh teman mengobrol saja.” Daniel berbohong lagi. Tidak mungkin ia berkata jujur kalau ia sedang menyangkal tentang perasaannya.“Maafkan saya Tuan, tapi saya tidak bisa menemani anda, saya harus menghadiri acara pemakaman Nona Jessi," balas Julie sembari tersenyum. Tidak mungkin ia lebih memilih menemani Daniel dari pada mengantar sang nona ke tempat peristirahatan terakhirnya.“Saya tidak akan mencegahmu untuk menghadiri acara pemakaman Nona Jessica." Daniel keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Julie. "Masuklah. Saya akan mengantar kamu ke rumah duka.""Terima kasih," ucap Julie sebelum masuk ke dalam
Julie tersenyum sambil mengambil ponselnya dan memasukkan kembali ke dalam tasnya. Wanita cantik itu turun dari mobil Daniel, lalu melongok dari kaca jendela mobil. "Pulanglah, nanti saya telepon."Daniel mengangguk sambil tersenyum, lalu bergegas pulang ke rumah Jessica untuk melihat keadaan tuannya.Sesampainya di depan gerbang rumah Jessica. Daniel mendengar suara tawa dari dalam rumah. "Tuan bersama siapa?" Daniel bergegas masuk ke dalam rumah, ternyata sang tuan sedang mengobrol bersama Dokter Jacob."Daniel, kenapa kamu pulang? Apa masalah perusahaan Liebe sudah beres? Kalau dia tahu kamu belum melakukan apa pun, dia pasti akan memarahi saya." Leon memarahi asistennya yang ia tugaskan untuk mengatasi kekacauan di perusahaan kekasihnya."Kantornya tutup, Tuan. Sepertinya mereka sedang merayakan hari besar perusahaan itu. Semua pegawai sedang liburan," jawab Daniel berbohong.'Si Daniel sama gilanya,' gumam Do