Home / Pendekar / Aranjo / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Aranjo: Chapter 81 - Chapter 90

125 Chapters

Bab 81 . III - Bersedia Mengikuti Semua Perkataanmu

Seorang penjaga kediaman Kim, membuka gerbang untuk Nona muda mereka. Setelah memastikan Aranjo melangkah masuk, barulah Jia Zhen menarik tali kekang dan berbalik pergi, diikuti oleh sekelompok prajurit yang selalu mengikutinya, menjaga keselamatan putra mahkota. Nyonya Kim berjalan keluar dari dalam rumah dan menghampiri putrinya. "Aranjo! Putra mahkota mengantarmu kembali?" tanya ibunya cemas. "Benar! Bagaimana Ibu tahu?" tanya Aranjo. Bukankah dirinya baru tiba dan ibunya baru keluar dari dalam rumah, bagaimana ibunya tahu? batinnya. "Kamu.... Masuk dulu, kita bicara di dalam!" perintah Nyonya Kim dan menarik tangan Aranjo melangkah masuk ke dalam kediaman. "Apakah kamu menyukai Go Jia Zhen?" tanya Nyonya Kim serius. "Tidak!" jawab Aranjo pasti. Mendengar jawaban dari putrinya itu, membuat sang ibu dapat bernapas lega. "Maka, jangan terlalu dekat dengan sang putra mahkota! Kaba
Read more

Bab 82 . III - Bukan Lelucon

"Maukah kamu minum teh bersama kami?" tanya Jia Zhen. "Tapi Kakak, Aranjo tentu sangat sibuk. Bukankah dia datang untuk menjenguk pangeran ketiga? Jadi, bagaimana bisa dia minum teh bersama kita?" seru Lu Xu. "Maaf Paduka, aku harus kembali ke kediaman untuk menemui ayahku. Jadi, mohon maaf aku tidak bisa ikut minum teh bersama Paduka." "Baiklah tidak masalah. Namun, lain kali saat kamu berada di istana, maka ingatlah datang ke kediamanku ini," pesan Jia Zhen.Setelah itu, Aranjo pun kembali ke kediaman Kim. Dirinya tidak lagi menunggu di istana, karena tidak ingin terlibat dengan sang putra mahkota apalagi dengan tuan putri Go Lu Xi. Setibanya di kediaman, Aranjo melihat sang ayah sudah bersiap-siap untuk berangkat ke perbatasan. Ini adalah suatu keberuntungan karena dirinya tiba sebelum sang ayah pergi. Jadi, buru-buru Aranjo menghampiri sang ayah dan berkata, "Ayah! Dapatkah kita berbicara sebentar? Ada yang hendak aku sa
Read more

Bab 83 . III - Butuh Bantuanmu

Keesokan paginya. Aranjo selesai menyiapkan ramuan dan hendak berangkat ke istana, tetapi langkahnya terhenti saat melihat rombongan kereta kuda yang berbaris datang ke depan gerbang kediaman Kim. Aranjo menatap ke keramaian itu. Kehadiran rombongan dari istana menarik perhatian warga sekitar. Begitu juga dengan pelayan kediamannya termasuk ibunya, Nyonya Kim segera berlari ke depan gerbang dan berdiri di sampingnya, ikut menatap ke rombongan itu.Kereta kuda berhenti tepat di hadapan mereka dan Selir Qi turun bersama dengan putranya, Go Wei Heng. "Selamat pagi, Nyonya Kim! Aku sangat berterima kasih atas kebaikan kalian, mau menerima putraku untuk tinggal di kediaman ini untuk beberapa saat," ujar Selir Qi sopan."Ah, itu bukan masalah besar, Selir Qu. Aku melakukan ini, karena Wei Heng sudah aku anggap sebagai putra sendiri. Wei Heng adalah putra yang sangat pengertian dan baik hati, walaupun begitu sering direpotkan oleh tingka
Read more

Bab 84 . III - Bala Bantuan

Seperti itulah, Aranjo memperlakukan kedua pelayan itu. Mereka yang tidak terbiasa diperlakukan begitu baik, merasa sangat bahagia dan mengabaikan semua kewajiban mereka. Apalagi, Aranjo memerintahkan beberapa pelayan untuk melayani kedua pelayan istana itu. Jadi, tidak ada masalah dalam mengganti ramuan yang hendak diminum oleh Wei Heng dan itu adalah hal yang amat bagus.Namun, yang tidak disadari Aranjo adalah sang putra mahkota, mencari tahu di mana keberadaan pangeran ketiga dan hal itu, membawanya ke depan kediaman Keluarga Kim. "Salam hormat, Putra Mahkota," sapa penjaga gerbang kediaman Kim, dengan begitu ketakutan. Kenyataan yang membawa putra mahkota datang ke kediaman Kim tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, membuat sang penjaga ketakutan.Jia Zhen melompat turun dari punggung Khan, kuda hitam kesayangannya dan berjalan ke depan pintu kediaman Kim. Lalu berkata, "Aku hendak bertemu dengan Nona Muda kalian."Tentu kehadiran Jia Zhen tidak
Read more

Bab 85 . III - Terpesona

Di perbatasan, Jenderal Kim dan para prajurit mulai melakukan persiapan. "Jenderal! Pasukan tambahan dari istana sudah bergerak kemari. Mereka dipimpin langsung oleh Putra Mahkota!" jelas salah seorang prajurit yang berlari masuk kedalam tenda. "Bagus! Itu bagus!" seru sang Jendral. Lalu, prajurit itu pun keluar dari tenda. "Aranjo, besok subuh kamu harus kembali ke Kerajaan Qinshan terlebih dahulu. Sebab, situasi akan semakin memanas dan itu akan berbahaya!" jelas sang Jenderal."Ayah, biarkan aku terlibat! Aku ingin membantu!" seru Aranjo. "Cukup untuk bermain-main! Tidakkah kamu melihat situasi sekarang ini cukup genting?" tegur sang Jenderal dengan suara mulai meninggi. "Tapi Ayah, aku benar-benar ingin membantu!" Aranjo kembali mencoba meyakinkan sang ayah. "Cukup! Ayah tidak meminta pendapatmu! Turuti perkataan Ayah. Besok subuh ikut rombongan kembali ke istana!""Ayah, buk
Read more

Bab 86 . III - Istimewa

Jia Zhen menatap, bagaimana seriusnya gadis itu membersihkan dan membalut lukanya. Memang sejak awal bertemu dengan gadis ini, Jia Zhen tahu Aranjo istimewa. "Terima kasih," seru Jia Zhen saat lengannya selesai dibalut. Aranjo menatap ke arah pria itu dan berkata, "Bukankah seharusnya Paduka menawarkan hadiah kepadaku?" "Ya, kamu menyelamatkan nyawaku dan yang pasti akan terlibat masalah, jika Jenderal Kim mengetahui keberanianmu ini!" balas Jia Zhen. "Makanya, Paduka harus memberikan hadiah untukku!" anjur Aranjo. Jia Zhen terdiam sejenak, masih menatap Aranjo, lalu berkata, "Tiga tahun! Ya, tiga tahun lagi, aku akan membiarkan dirimu masuk ke dalam istana!""Mengapa harus menunggu tiga tahun?" tanya Aranjo, yang mengira sang putra mahkota akan mengangkatnya masuk ke jajaran menteri atau penasehat kerajaan. "Karena, saat ini kamu masih berusia 15 tahun!" tegas Jia Zhen dan menyerahkan tempat minum
Read more

Bab 87 . III - Hukuman

"Mengapa?" tanya Jia Zhen. "Apa alasanmu ingin masuk ke dalam istana, dengan menjadi seorang penasehat?" Jia Zhen penasaran. Ya, apa yang membuat gadis 15 tahun memiliki keinginan besar seperti ini? batinnya. Aranjo menendang tanah dan menunduk menatap ke arah itu. Otaknya berpikir mencari alasan yang tepat. Sebab tidak mungkin bagi Aranjo mengatakan alasan sebenarnya. Alasannya agar dapar membuat Lee Wang Yong, Raja Kerjaan Fuyan, membencinya. "Aku ingin membuat ayahku merasa bangga. Aku anak tunggal dan seorang gadis. Tentu aku tidak mungkin memiliki kesempatan menjadi jenderal, menggantikan ayahku. Jadi, aku butuh bantuan Paduka, setidaknya izinkan aku membuat prestasi. Aku sudah mempelajari strategi perang dan ilmu bela diri sejak kecil. Aku yakin, aku tidak kalah jauh dari ayahku!" Aranjo mencoba meyakinkan sang putra mahkota. Jia Zhen mengangguk dan tersenyum, lalu berkata, "Anak yang berbakti, itu bagus! Baiklah, datang ke i
Read more

Bab 88 . III - Hanya Satu Kali

"Setelah kembali dari perbatasan, aku terus menunggu kedatanganmu di istana," ujar Jia Zhen. "Apakah janjimu masih berlaku?" tanya Aranjo. Jia Zhen mengangguk. Bahkan dirinya akan dengan senang hati membuat janji lain untuk gadis ini. "Paduka tahu, sakitku ini tidak ada hubungannya dengan perjalanan. Aku baik-baik saja, bahkan tubuhku terasa sangat bertenaga," jelas Aranjo antusias. Jia Zhen tersenyum mendengar penjelasannya. Ya, Aranjo khawatir sang putra mahkota tidak lagi mengijinkan dirinya menjadi penasehat, hanya karena masalah kesehatan. "Namun, kamu harus mematuhi ucapanku saat berada di istana. Apakah kamu bisa?" tanya Jia Zhen. Aranjo mengangguk cepat. Lalu, Jia Zhen berdiri dan berjalan ke arah meja, mengambil secangkir air. Kemudian, berjalan kembali ke arah ranjang. Aranjo mengulurkan tangan untuk menerima cangkir itu, tetapi bukan itu yang dilakukan Jia Zhen. Jia Zhen tidak menye
Read more

Bab 89 . III - Aku Menyesal

Aranjo patuh dan duduk di sudut itu, memperhatikan bagaimana sang putra mahkota bekerja. Saat bekerja, ternyata pria itu terlihat begitu berbeda. Begitu tegas dan tidak ada senyuman di wajah tampan itu. Walaupun Raja masih berkuasa, tetapi banyak hal yang sudah diputuskan oleh Go Jia Zhen, calon raja berikutnya. Setelah para pejabat meninggalkan ruangan ini, permaisuri datang menemui suaminya itu. "Salam, Paduka," sapa sang permaisuri begitu lembut. Go Jia Zhen hanya mengangguk dingin, bahkan tidak repot menjawab sapaan itu. "Aku menyiapkan sup herbal untuk Paduka, silakan diminum selagi hangat," ujar permaisuri lemah lembut dan mengambil sebuah mangkuk dari atas nampan, yang dipegang seorang pelayannya. Melangkah dengan anggun, menghampiri meja kerja suaminya dan meletakkan mangkuk itu. "Silakan diminum, Paduka," ujar sang permaisuri perlahan. "Nanti!" jawab Jia Zhen dingin, tanpa menatap ist
Read more

Bab 90 . III - Sempurna

Hari-hari berlalu begitu cepat, sudah satu minggu Aranjo datang ke istana. "Apakah kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Jia Zhen. Aranjo yang duduk di tempatnya terkantuk-kantuk, mengangguk cepat. Seharian hanya duduk dan tidak berbuat apa-apa, membuatnya merasa bosan dan mengantuk. "Ini!" seru Jia Zhen dan menjatuhkan setumpuk buku tebal di atas meja, di hadapan Aranjo. "Pelajari dan pahami, hukum dasar Kerajaan Qinshan. Setelah kamu mengerti, aku akan libatkan kamu dalam beberapa hal!" ujar Jia Zhen. "Benarkah?" tanya Aranjo antusias dan langsung menatap setumpuk buku itu, seakan melihat harta karun yang begitu berharga. Jia Zhen mengangguk dan berkata, "Aku harus menghadap Raja. Kamu tetap di sini!"Aranjo kembali mengangguk dan langsung mengambil satu buku, membalikkan halaman buku itu. Satu minggu ini, Aranjo bertingkah menyebalkan. Tentu tidak bertindak kasar terhadap sang putra m
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status