Beranda / Pendekar / Aranjo / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Aranjo: Bab 91 - Bab 100

125 Bab

Bab 91 . III - Memiliki Alasan untuk Melanggar Janji

"Baguslah,"desah Wei Heng merasa tenang. Dirinya mengenal Aranjo dari kecil dan dapat membedakan jika gadis itu berbohong. Namun, apa yang dikatakan Aranjo benar apa adanya dan itu bagus. "Lalu, katakan padaku tentang kondisi kesehatanmu!" tuntut Aranjo. Wei Heng melangkah ke arah meja bulat. Di atas meja itu ada baskom kuningan berisi air. Wei Heng membasuh wajahnya, lalu mengeringkannya dengan kain. Kemudian, berbalik dan menatap Aranjo. Aranjo tersenyum lebar dan melompat girang, lalu berlari menghampiri Wei Heng. "Warna wajahmu sudah begitu bagus dan tubuhmu mulai berotot!" seru Aranjo senang dan menepuk lengan atas Wei Heng, merasakan otot-otot kencang itu. "Terima kasih," ujar Wei Heng tulus. Jika bukan karena gadis ini, maka dirinya mungkin sudah mati. Belakangan ini, dirinya tidak lagi sesak napas atau kelelahan, bahkan saat dirinya melatih tubuhnya. Semua itu dilakukannya di dalam kamar ini. Wei Heng tidak ing
Baca selengkapnya

Bab 92 . III - Tidak Ada yang Berubah!

"Tuan Muda sungguh penuh rasa humor," ujar Tu Mo setelah berhasil menghentikan tawanya.  "Jadi, bagaimana aku membuktikannya?" tanya Aranjo kembali.  "Baiklah, jika Tuan Muda memaksa!" jawab Tu Mo sambil menyeringai.  "Tuan Muda, lihat papan sasaran itu? Jika Tuan Muda, mampu memanah tepat di tengah papan sasaran itu maka aku Tu Mo akan memikirkan keinginan Tuan Muda!" "Setelah itu?" tanya Aranjo. Dirinya tidak hanya ingin dipikirkan, Aranjo mau mereka patuh.  "Baiklah! Setelah itu, jika Tuan Muda bisa memanah buah itu, maka Tu Mo akan memanggil Tuan Muda, komandan!" "Lalu?" "Tuan Muda, lihat kuda itu? Kuda itu baru ditangkap. Jika Tuan Muda mampu menjinakkannya, maka Tu Mo akan menyembah Tuan Muda!" "Lalu?" "Jika Tuan Muda bisa mengalahkan aku dalam duel pedang, maka aku akan patuh menjadi bawahan Tuan! BUKAN BEGITU PRAJURIT?" teriak Tu Mo menanyakan pendapat prajurit lainnya. 
Baca selengkapnya

Bab 93 . III - Hanya Dapat Menerimanya

Butuh perjalan selama tiga hari untuk mencapai Kerajaan Fuyan. Kedatangan mereka disambut meriah. Aranjo begitu antusias dan jantungnya berdebar kencang. Ya, dirinya tidak sabar ingin bertemu dengan titisan sang Kaisar, Dewa Archer. Jia Zhen dan Jenderal Kim berjalan di barisan paling depan, diikuti oleh Aranjo dan beberapa petinggi kerajaan. Mereka diantar ke aula utama Kerajaan Fuyan. Aula yang begitu megah dan meriah, alunan musik kecapi terdengar dan aroma masakan yang lezat memenuhi indera penciumannya."Salam Jia Zheng!""Salam Paduka Lee," balas Jia Zhen saat berhadapan dengan tuan rumah. Raja Lee Wang Yong memilik usia diatasnya beberapa tahun dan tidak akan sopan jika langsung menyebut nama. Aranjo mengintip dari balik pundak Go Jia Zhen. Seketika keramaian tidak lagi terdengar oleh Aranjo. Ya, orang-orang disekitarnya tidak lagi penting saat tatapannya menangkap sosok titisan Dewa Archer. Lee Wang Yong, memi
Baca selengkapnya

Bab 94 . III - Sudah Memiliki Pilihan

Raja Iblis melihat artefak itu dan tahu itu adalah bagian penting dari Asmodus. Jika artefak itu dapat kembali kepada Asmodus dan terlepas dari pemilik yang masih terikat, maka kekuatan Asmodus akan pulih. Ha ha ha! "Kamu memang cucuku! Cerdas!" puji Raja Iblis semangat. "Ya, kamu adalah pengantinnya dan akan menjadi penguasa nomor dua setelah Asmodus. Sedangkan aku dan empat penguasa Alam Iblis lainnya akan diangkat menjadi Jenderal Perang. Itu artinya Alam Iblis akan berkuasa dan memimpin seluruh lapisan alam. Yang terpenting Dewa dan Dewi arogan akan tunduk kepada kita!"Ha Ha Ha! Kembali Raja Iblis tertawa gembira. Akhirnya, dirinya dapat mengalahkan Alam Langit dan membalas kematian putrinya yang sia-sia. "Maka, agar rencana kita berjalan lancar, Asmodus memberikan satu tanggung jawab lagi untukmu!" imbuh Raja Iblis. Lalu, sebuah pedang hitam dengan mata pedang melengkung muncul di atas telapak
Baca selengkapnya

Bab 95 . III - Mendapat Persetujuan

"Sebelumnya, bukankah lebih baik kita juga mendengarkan dari pihak sayap kanan?" ujar Wei Heng yang melangkah ke depan, berdiri di sisi Aranjo. Aranjo menatap ke arah Wei Heng dan tersenyum pada saudaranya itu. Beberapa kali, Wei Heng menyinggung soal janji pernikahan mereka dulu dan Aranjo selalu menolaknya dengan halus. Wei Heng tidak lagi terburu-buru, apalagi saat ini hubungan Aranjo dengan Jia Zhen tidak seperti dulu lagi. Sejak dinobatkan menjadi Raja, tidak semua orang dapat mendekatinya, termasuk Aranjo. Jadi, Wei Heng bersedia menunggu sampai gadis itu bosan bermain. Ya, apa yang dilakukan Aranjo saat ini, dianggap seperti bermain bagi Wei Heng. "Silakan Komandan Shi Lin menjelaskan!" ujar Raja tegas. Tatapan mereka bertemu dan hanya dengan menatap gadis itu, membuat suasana hatinya semakin baik. Menjadi Raja tidak sesederhana yang dikira. Semenjak dilantik, semua gerak geriknya dibatasi. Jia Zhen mengerti, sebab dirinya baru menduduki
Baca selengkapnya

Bab 96 . III - Turuti Kata Hatimu

Aranjo terduduk di sisi ranjang, bingung. Tangannya menyentuh bibirnya sendiri dan rasa hangat bibir Wei Heng masih tertinggal di sana. Tadi, dirinya hampir menyambut ciuman pria itu, hampir. Aranjo menghela napas lelah. Dirinya tidak tahu akan seperti apa akhir kehidupan ini. Sebab, banyak hal penting yang akan terjadi dan itu membuat Aranjo mulai merasa cemas. Tidak memiliki teman untuk bertukar pikiran, itu membuat Aranjo risau. Akhirnya, Griffin dipanggil. Aranjo menjelaskan semuanya kepada Griffin, bahkan menunjukkan senjata pencabut jiwa yang diberikan Raja Iblis. "Jangan katakan apa keputusanmu! Dinding memiliki telinga dan aku yakin ada mata yang terus mengawasi dirimu! Turuti kata hatimu!" pesan Griffin. Aranjo mengangguk, cukup kesal karena Griffin juga tidak dapat memberikan bantuan. "Saat kamu tiba di Kerajaan Fuyan, saat itulah bencana cinta sang Kaisar akan dimulai. Istri dan anaknya akan mati dalam pertempuran. Kaisa
Baca selengkapnya

Bab 97 . III - Kamu Harus Hidup

Aranjo mengendap-endap kembali ke kamar dan kembali bertukar pakaian. Artinya, besok dirinya dan pasukan sayap kanan akan berangkat ke Kerajaan Fuyan. Setelah itu, Aranjo pergi ke markas dan mengumpulkan pasukannya. Mereka berkumpul dan membicarakan persiapan serta langkah yang akan diambil. Ini kali pertama bagi mereka terjun ke medan perang dan akan sangat berbeda, sehingga perlu persiapan yang matang. Malam itu mereka tidak tidur, menyusun semua barang bawaan, memoles pedang dan baju zirah. Dini hari, pasukan sayap kanan telah bersiap untuk meninggalkan istana, dengan Aranjo dan Tu Mo berada di barisan terdepan, duduk di atas kuda perkasa. Kuda mulai berderap, membawa mereka ke gerbang samping. Gerbang besar yang memang biasa dilewati pasukan berkuda. Mereka menyusuri lorong yang panjang dengan dinding tinggi. Aranjo telah mengantongi surat perintah dari Raja dan berdasarkan surat itu, mereka dapat meninggalkan istana. Namun, saat keluar dar
Baca selengkapnya

Bab 98 . III - Wanita Ini Milikku

Aranjo harus mengepal kuat kedua tangannya, sebab tangannya gemetar hebat. Aranjo berharap, kebencian itu dapat membuat bencana kehidupan sang Kaisar semakin tragis, agar saat kembali nanti kekuatannya akan kembali sempurna. Aranjo hanya terus melangkah, dirinya bahkan tidak melihat ke mana dirinya berjalan. Hatinya ikut tersayat melihat bagaimana hancurnya jiwa pria itu. Namun, langkahnya terhenti saat Ara mendadak muncul di hadapannya. Tidak berkata apa pun, Ara membawanya menghadap Raja Iblis di Alam Iblis. Kali ini, Ara tetap berada di sampingnya, saat Aranjo berhadapan dengan Raja Iblis. "Mengapa kamu tidak membunuhnya? Apakah kamu mencoba mengkhianati kepercayaan Asmodus?" tanya Raja Iblis dingin. "Aku dapat mencabut jiwamu kapan pun aku mau!" ancam Raja Iblis. "Lalu, mengapa tidak Kakek lakukan? Atau sebelum itu, setidaknya Kakek harusnya menanyakan alasanku!" ujar Aranjo dingin. Dirinya sengaja mem
Baca selengkapnya

Bab 99 . III - Akan Menagih Imbalan

"Karena ini sudah ketahuan, maka harus dihentikan!" ujar Jia Zhen perlahan. Aranjo mengangguk, kemudian berkata, "Apakah ayahku akan dirugikan?"Jia Zhen terdiam sejenak. Selama ini Ibunya, Ibunda Ratu tidak menyukai Jenderal Kim yang terkenal berpegang teguh kepada kebenaran dan kejujuran. Dirinya yakin, kejadian kali ini akan dijadikan kesempatan untuk menjatuhkan Jenderal itu. Namun, Jia Zhen tidak akan membiarkannya dan tidak ingin Aranjo khawatir. "Hmmm, aku akan mencari cara. Namun, apakah kamu bersedia masuk ke dalam istana?" tanya Jia Zhen perlahan. Yang ingin ditanyakan adalah apakah Aranjo bersedia menjadi selirnya? Namun, karena tahu jelas akan jawaban gadis itu, maka Jia Zhen mengurungkan pertanyaannya. Aranjo menatap ke arah Jia Zhen. Ragu. Cukup lama Aranjo berada di dalam istana sebagai Kim Shi Lin. Mau tidak mau, perasaan Aranjo telah berubah terhadap Jia Zhen. Ya, Aranjo menyukai pria itu. Tetapi, apa yang akan terjadi k
Baca selengkapnya

Bab 100 . III - Bertemu Pemilik Pagoda

Hari itu juga, Aranjo berangkat ke kuil tua yang ada di pinggir kota Qinshan. Kereta kuda istana, beserta prajurit kerajaan utama mengawalnya menuju tempat itu. Perjalanan ditempuh cukup lama dan saat tiba, langit sudah gelap. Seorang biksuni tua menyambut kedatangannya. Kuil ini cukup jauh dan tidak banyak orang yang datang untuk berdoa. Kuil tua cukup terawat, karena kuil ini adalah bagian dari istana, yang digunakan sebagai tempat hukuman bagi mereka yang melanggar. Contoh, dirinya saat ini. "Selamat datang, Nona," sapa sang biksuni sopan. "Terima kasih," jawab Aranjo. Prajurit istana memastikan Aranjo masuk ke dalam kuil. Sebagian kembali ke istana dan sebagian lagi berjaga di kuil itu, berjaga-jaga jika Aranjo melarikan diri. Aranjo mengikuti biksuni itu berjalan masuk ke halaman belakang kuil. Kuil ini cukup sederhana, bahkan patung dewa yang disembah hanya beberapa, tapi Aranjo dapat merasakan perlindungan dari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status