Beranda / Pendekar / Aranjo / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Aranjo: Bab 71 - Bab 80

125 Bab

Bab 71 . II - Cinta Buta

Panah yang menancap pada tubuh mereka, semakin tertancap dalam saat terjatuh. Xue Min yang mulai hilang kesadaran, masih sempat memeluk erat tubuh wanita yang dicintainya itu. "TIDAKKK!" teriak Xue Huan yang langsung memacu kudanya begitu kencang. Rasa takut menyelimuti jiwanya, sakit dan menusuk jantungnya. Menarik tali kekang kuda kuat, hingga kuda menukik ke atas dan berhenti. Melompat turun dari kuda dan berlari menghampiri mereka berdua yang sudah tidak sadarkan diri. Ya, Aranjo ada dipelukan adiknya itu dan Xue Huan langsung memisahkan mereka. Mengangkat tubuh mungil Aranjo yang bersimbah darah dan menaikkannya ke atas kuda, bersama dengan dirinya. Berderap menghampiri sang pangeran Kerajaan Dingxi untuk meminta pertolongan. Sang pangeran, mengijinkan mereka masuk ke dalam kerajaan dan menuju istananya. Meminta tabib dan dukun terbaik, yang mereka miliki untuk menolong wanita itu. Di Alam Langit.Aranjo me
Baca selengkapnya

Bab 72 . II - Mimpi Basah

Xue Huan membelai wajahnya, sesekali akan mengecup puncak kepalanya. Lalu, berkali-kali pria itu akan membisikkan permohonan. Memohon agar dirinya bangun, membuka mata, memohon dan memohon. Meminta maaf karena anak panah yang melukainya, ya, anak panah itu ditembakkan atas perintahnya. Rasa bersalah dan penyesalan, serta rindu begitu melilit jiwanya. Seperti biasa, air mata mulai mengalir membasahi wajah pria itu. Wang Xue Huan yang dikenal sebagai putra mahkota kejam, menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tangannya. Semua itu membuat Aranjo juga merasakan kesedihan itu. Setiap pria itu berlinang air mata, maka jiwa Aranjo ikut menangis bersamanya. Karena itulah, Aranjo tidak dapat meninggalkan pria itu, tidak sekarang. Akhirnya, setelah lelah menangis dan memohon, akhirnya Xue Huan tertidur. Ya, berlutut di samping ranjang, sambil menggenggam tangan mungil Aranjo, Xue Huan tertidur dengan bersandar pada tangan itu. Saat pria itu terlelap, k
Baca selengkapnya

Bab 73 . II - Aku Akan Tinggal

Lima dukun senior didatangkan dari Kerajaan Dingxi. Empat dukun mundur teratur, sisa satu dukun paling tua berdiri di tempatnya. "Kamu lihat apa yang mengikutinya?" tanya Griffin. "Ya," jawab Aranjo. Kekuatan Griffin yang mutlak, membuat keberadaan jiwa mereka tidak dirasakan oleh dukun dengan kekuatan gelap itu. Ya, Aranjo melihat jelas ada satu arwah gelap yang mengikuti dukun tua itu. Arwah seorang wanita muda, tetapi dengan tubuh dan wajah hancur, terbakar. "Dukun itu akan mampu memanggil jiwamu ke dalam mimpi Xue Huan. Namun, jika dirinya gagal, maka arwah itulah yang akan tinggal di tempat ini, menggantikan dirimu masuk ke dalam mimpinya. Tentu kenikmatan akan diperoleh, tetapi dengan taruhan nyawanya!" jelas Griffin. Kembali kepada dukun tua itu. "Ini! Nyalakan satu dupa ini, saat Paduka ingin menemui jiwa wanita itu dalam mimpi. Saat dupa ini habis, maka jiwa itu akan kembali ke tempat
Baca selengkapnya

Bab 74 . Kehidupan Ketiga

Galen berdiri di hadapan mereka, saat mereka tiba di aula miliknya. "Di mana Kaisar dilahirkan?" tanya Aranjo langsung tanpa basa-basi. Sang Dewa membalikkan tubuhnya, berjalan masuk ke dalam aula, mengabaikan pertanyaannya. Aranjo tidak tinggal diam dan mengikuti langkah sang Dewa ke dalam aula. "Katakan padaku! Atau aku akan membakar semua gulungan itu!" ancam Aranjo dan mulai membentuk bola api di telapak tangannya. "Aranjo!" tegur Griffin dan hendak memadamkan bola api yang ada di telapak tangan Aranjo, dengan kekuatannya. Namun, sang Dewa mengangkat sebelah tangannya, sebagai tanda bagi Griffin untuk berhenti. "Aku akan mengatakannya padamu. Namun, apa yang akan kamu lakukan? Jika kamu menginginkan Kaisar, bukankah kamu tidak dapat menjalin jodoh dengannya di dunia fana. Sebab, jodoh kalian akan berhenti di kehidupan itu saja!" ujar sang Dewa santai. "Itu urusanku! Jadi, cuku
Baca selengkapnya

Bab 75 . III - Tidak Bertanya

Ya, Aranjo menjalani semua rutinitas itu dengan berat hati. Namun, setidaknya sang ayah tidak lagi sering mengamuk karena dirinya. Bahkan, ibu lebih sering terlihat tersenyum. Hanya, Wei Heng yang tahu jelas akan penderitaannya. Aranjo akan tertidur di kelas tata krama dan menjadi bahan tertawaan, ketika sang guru membangunkannya dengan satu pukulan rotan yang kuat di mejanya. Hal itu membuatnya terkejut bukan kepalang dan itu menjadi tontonan yang menarik bagi murid lainnya. Lalu, begitu banyak senar kecapi dan harpa yang putus karena tenaganya yang kuat sewaktu memetik. Ya, begitulah Aranjo melewati kelas-kelas itu dan melewati kelas yang disukainya dengan sempurna. Intinya, Aranjo ingin menjadi seperti sang ayah, seorang Jenderal yang memimpin ribuan prajurit di medan perang. Kemampuan menilai lawan dan membentuk formasi perang yang sempurna, membuat Kerajaan Qinshan menjadi kerajaan terkuat dan paling disegani. Itulah impiannya, walaupun it
Baca selengkapnya

Bab 76 . III - Membuatnya Membenci

Air hujan membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Aranjo berlutut dengan kedua tangan terkepal di atas tanah becek. Apa yang salah dengan dirinya? Aranjo hanya tidak menyukai beberapa kegiatan dan membalas mereka yang menindasnya. Itu bukan masalah besar, tetapi mengapa ibu begitu marah? Ya, ayah sedang dalam perjalanan ke perbatasan, berdiri di baris paling depan untuk menjaga perbatasan itu. Ayahnya begitu dihormati dan dikagumi, tetapi mengapa dirinya mendapatkan perlakuan berbeda, hanya karena terlahir sebagai seorang anak perempuan? Hatinya sedih, tetapi Aranjo bersyukur hujan begitu lebat dan air hujan dapat menutup air mata yang mengalir deras. Di gerbang kediaman sang Jenderal, Go Wei Heng tiba dengan kereta kuda. Pelayan memayungi dirinya dan mereka bersama melangkah masuk ke dalam. Sejak lahir, tubuh Wei Heng lemah. Dirinya mudah lelah dan sering sesak napas. Menurut tabib, jantungnya bermasalah sejak lahir dan tidak ada yang dapat dila
Baca selengkapnya

Bab 77 . III - Negosiasi

Setelah dapat menenangkan diri, Aranjo turun dari ranjang. "Ya, aku akan menjalani beberapa tahun hidup ini dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat."Aranjo menatap penampilannya di cermin dan menghela napas. Bagaimana dirinya berpenampilan seperti ini? Dirinya terlihat seperti seorang bocah laki-laki. Menarik kursi dan duduk di hadapan cermin, Aranjo mengeluarkan krim kecantikan dari ruang dimensinya. "Ceritakan tentang sang Kaisar!" perintah Aranjo, sambil memoleskan krim wajah spiritual Alam Langit. "Lee Wang Yong, putra mahkota Kerajaan Fuyan. Calon Raja yang terkenal bijaksana dan setia kepada permaisurinya. Tidak ada satu pun selir yang diangkat," jelas Griffin, menekankan kalimat terakhirnya. "Berapa usianya?" tanya Aranjo yang merasa puas dengan kulit wajahnya yang sudah kembali seperti sebagaimana seharusnya, cerah. "26 tahun."Aranjo mengangguk, beruntung dirinya cepat menyelesaika
Baca selengkapnya

Bab 78 . III - Memprovokasi

Keesokan harinya. Aranjo bangun pagi-pagi sekali untuk berdandan. Ya, Aranjo tidak berniat mempermalukan sang ayah dan tentu dirinya sendiri. Selesai mandi, Aranjo untuk kali pertama membuka lemari besar yang berisi pakaian hanfu indah. Perlahan memilih, hanfu mana yang akan dikenakannya. Pilihan jatuh pada hanfu berwarna merah dengan sulaman benang penuh warna membentuk kelopak bunga yang indah. Aranjo sadar akan dirinya yang akan terlihat memukau dengan warna merah. Aranjo tidak memiliki pelayan pribadi. Ya, dari dulu sang ayah tidak mengijinkan hal tersebut. Sang Jenderal ingin anaknya mandiri dan tidak manja. Aranjo duduk di depan cermin, merapikan rambutnya dan menggunakan hiasan paling mewah. Lalu, merias wajahnya sempurna dengan pewarna bibir merah darah. Setelah memastikan penampilannya memukau, Aranjo mengenakan hanfu indah itu yang berlapis-lapis. Dulu, sebelum ingatannya kembali, pakaian seperti ini akan membuatnya kesal dan tidak da
Baca selengkapnya

Bab 79 . III - Ada yang Salah

Saat setiap petikan senar, terangkai menjadi irama, semua mata tertuju pada Aranjo. Ya, Aranjo kembali memainkan musik dengan tempo cepat, lagu yang menceritakan kehebatan prajurit di medan perang. Lagu ini, dipersembahkan untuk sang ayah, yang bertaruh nyawa menjaga keamanan dan kejayaan Kerajaan Qinshan. Sang Jenderal tersenyum bangga, melihat bagaimana putri semata wayang mampu menampilkan bakat yang luar biasa. Namun, lain halnya dengan Tuan Putri, Lu Xi dan Nu Wa, mereka begitu kesal karena melihat Aranjo dapat menampilkan kemampuannya. Sampai pada irama terakhir dimainkan, semua mata tertuju pada Aranjo. Ha ha ha! "Sungguh penampilan yang memukau. Jenderal Kim, Anda memiliki putri yang begitu hebat!" puji sang Raja. "Raja terlalu melebihkan," sanggah sang Jenderal yang merasa bangga. "Kemampuan bermusik Nona sungguh mengagumkan. Apakah Nona keberatan jika menunjukkan kemampuan lainnya? Seperti memana
Baca selengkapnya

Bab 80 . III - Bukan Gadis Biasa

"Dari siapa resep ramuan ini?" tanya Aranjo sambil membuka tutup mangkuk itu dan mengendus ramuan itu. "Tabib Kerajaan," jawab Wei Heng. "Diperintahkan Raja?" tanya Aranjo kembali. Kesan pertama setelah bertemu dengan Raja, pria itu adalah pria yang bijaksana dan penuh perhatian. Jadi, Aranjo ragu, jika sang Raja berniat mencelakai darah dagingnya sendiri. "Ratu. Semua urusan rumah tangga dan selir, serta keturunan mereka diatur oleh Ratu," jawab Wei Heng. "Mulai sekarang jangan pernah minum ramuan ini lagi! Jika harus, maka kamu cukup menyimpan di dalam mulut, setelah itu buang!" ujar Aranjo dan mulai mencari tempat di mana dapat membuang ramuan ini. Ada aroma rumput hitam di dalam ramuan itu. Sebetulnya, rumput itu berguna untuk menetralkan racun dalam tubuh, tetapi jika dicampur dengan bahan lainnya, maka akan merusak khasiat obat dan membuatnya menjadi buruk saat dikonsumsi. Hanya ada satu pot tanaman
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status