Home / Pendekar / Aranjo / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Aranjo: Chapter 61 - Chapter 70

125 Chapters

Bab 61 . II - Separuh Hati

Aranjo menyambut ciuman itu. Ciuman panas dan penuh gairah. Mereka tidak lagi malu-malu, tetapi berusaha saling memuaskan hasrat satu sama lain. Aranjo naik ke atas ranjang dan duduk di atas tubuh sang pangeran, dengan kedua kaki berlutut di antara tubuh pria itu. Bibir mereka masih saling bertautan dan tangan sang pangeran menyingkap rok hanfu sederhana yang dikenakan Aranjo. Menyelipkan tangannya kebalik gaun itu dan mulai membelai paha mulus milik Aranjo.  Tangan Aranjo sendiri diselipkan kebalik lipatan pakaian sang pangeran, membelai dada bidang itu.Aranjo melepas bibir sang pangeran dan ciumannya membelai rahang, turun ke leher kokoh milik pria itu. Ciuman itu membuat sang pangeran mendesah nikmat. Satu tangan sang pangeran masih sibuk membelai paha kekasihnya itu dan satu tangan lagi diletakkan di belakang kepala Aranjo, mencengkeram lembut rambut indah wanita itu. Pagi hari diawali dengan percintaan yang membara. Aranjo kembali memegang
Read more

Bab 62 . Wabah

"Ingat pikirkan apa keputusanmu!" pesan Griffin kembali. "Ya!" jawab Aranjo. Lalu, Griffin menghilang dan meninggalkan Aranjo sendiri, bingung. Nanti malam, dirinya akan memikirkan langkah apa yang akan diambil. Aranjo keluar dari gudang dan buru-buru menyusuri koridor, menuju dapur. Kembali, Aranjo menyiapkan ramuan dengan menggunakan tanaman herbal spiritual Alam Langit. Saat Aranjo kembali ke kamar untuk mengantarkan ramuan yang telah matang, dirinya dapat mendengar suara tawa sang Ratu dari balik pintu. Prajurit membukakan pintu dan Aranjo melangkah masuk. Setelah memberi salam kepada Ratu, Aranjo melangkah mendekati meja dan meletakkan ramuan tepat di hadapan sang pangeran. Namun, saat hendak berbalik pergi, sang pangeran menggenggam pergelangan tangan Aranjo dan menariknya cukup kuat. Tarikan itu membuat Aranjo terduduk di pangkuan sang pangeran. Aranjo terkejut dan hendak melompat turun dari pangkua
Read more

Bab 63 . II - Kekasih yang Istimewa

Xue Huan menarik tangan Aranjo dan mendudukkan wanita itu di atas pangkuannya. Perlahan Xue Huan melepaskan cadar yang menutup sebagian wajahnya. Ya, jika hanya berdua maka cadar itu tidak diperlukan. Namun, saat meninggalkan kamar ini, Aranjo tetap mengenakan cadar tipis itu. Setelah bersama selama ini, Xue Huan dapat membaca ekspresi wajah Aranjo, hanya dari mata. Apakah Aranjo tersenyum atau merenggut, semua dapat dinilai dari mata indah itu. Dan kali ini, kekasihnya itu sama sekali tidak tampak risau, malahan terkesan antusias. Maka, Xue Huan ingin memastikan sekali lagi. "Apakah kamu benar ingin pergi ke sana? Jika kamu tidak mau, maka aku akan berbicara dengan ibu," tanya Xue Huan dan menyentuh wajah cantik itu dengan ujung jarinya. "Menolong nyawa orang lain adalah kewajiban. Sama seperti bagaimana aku menolong saudaramu dan dirimu. Jadi, aku akan pergi," jawab Aranjo pasti dan memejamkan mata, merasakan hangatnya sentuhan jari jemari pr
Read more

Bab 64 . II - Menolong Mereka

Ada 10 orang tabib senior yang bergabung dalam perjalanan ini. Hanya Aranjo seorang wanita, sisanya para tabib pria dan 100 prajurit berzirah lengkap yang dipimpin oleh komandan mereka. Aranjo menempati kereta kuda sendiri dan sisanya beberapa kereta kuda yang ditempati para tabib, serta puluhan gerobak yang berisi bahan pangan dan tanaman herbal. Perjalanan cukup sulit karena medan yang penuh bebatuan dan mereka harus melintasi hutan yang lebar, serta menyeberangi sungai. Saat malam tiba, mereka akan berteduh di tenda sederhana yang didirikan oleh prajurit. Makan makanan yang sederhana pula. Butuh perjalanan 4 hari untuk mencapai desa Luan. Saat rombongan tiba, desa itu terlihat kosong. Begitu kereta kuda berhenti, Aranjo langsung melompat turun. Tempat ini tidak cocok disebut desa, karena hanya beberapa pemukiman kumuh dan tidak terawat. Lahan bercocok tanam kering kerontang dan tidak terlihat satu pun orang di sana. 
Read more

Bab 65 . II - Maksud Tertentu

Semua prajurit Wang Xue Min menjadi lebih antusias, seakan doa mereka terjawab. Seorang dewi dikirim di tengah keputusasaan mereka. Awalnya mereka tidak berani berharap akan ada kesembuhan. Namun, semua berubah hanya dalam beberapa saat, ya setelah kehadiran sang wanita suci. Semua penduduk yang terpapar wabah sudah merasa lebih baik, bahkan sebagian dari mereka sudah dapat berdiri dan membantu penduduk lainnya. Seketika tenda yang tadi dipenuhi tangisan dan ratapan kesakitan, tidak terdengar lagi. Tergantikan dengan ucapan doa penuh rasa syukur akan kesembuhan yang diberikan. Saling tolong menolong, membuat para prajurit dapat beristirahat. "Nona, istirahatlah. Sudah dari tadi Nona mondar mandir tanpa henti, begitu juga dengan Paduka Putra Mahkota," ujar salah seorang penduduk wanita paruh baya yang datang menghampiri mereka. Ya, sudah berjam-jam dirinya dan Xue Min berkeliling di tenda yang cukup luas ini, memeriksa semua penduduk secara berg
Read more

Bab 66 . II - Tidak Bisa Memilih

"Masalahnya, tindakanmu itu merubah buku takdir yang sudah ditetapkan bagi semua manusia itu. Seharusnya, mereka semua meninggal karena wabah itu!" ujar sang Kaisar dingin."Buku takdir?" tanya Aranjo, sambil tersenyum sinis. "Bukankah cukup ditulis ulang oleh Dewa yang bertanggung jawab? Apa salahnya membiarkan mereka hidup lebih lama? Mungkin 10 atau 20 tahun di dunia fana, lagipula itu hanya beberapa hari di Alam Langit!" balas Aranjo dingin. "Atau.... Oh ya, kalian para Dewa tentu memandang kehidupan manusia fana itu tidak memiliki arti, hingga begitu murka saat harus menulis ulang buku itu! Itu sama saja dengan bagaimana Kaisar memandang tidak pentingnya keberadaanku ini!" ujar Aranjo. Amarah mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Rasa benci akan ketidakadilan yang dialami membutakannya. Perlahan tubuh Aranjo melayang, tetapi dirinya bahkan tidak menyadari hal tersebut. Bola matanya berubah warna, menjadi merah menyala, begitu juga den
Read more

Bab 67 . II - Menolong Kaisar

Wang Xue Min tidak menanyakan hal tersebut dan hanya memeluk Aranjo. Namun, di dalam lubuk hatinya, tumbuh rasa kecewa dan benci. Kecewa terhadap wanita ini dan benci kepada pria itu. Xue Min tidak mengatakan sepatah kata pun, dirinya tidak ingin kehilangan wanita ini dan ingin memilikinya. Xue Min terlelap dan perlahan, Aranjo mendorong tubuh pria itu ke samping dan menyelimuti tubuh itu. Perlahan, Aranjo turun dari ranjang dan mengenakan pakaian baru itu. Hanfu berwarna biru muda, sangat berbeda dengan yang biasa dikenakannya. ***Di Alam Langit, tepatnya di aula tempat Dewa takdir berada. "Kaisar, apa yang terjadi?" tanya Dewa Galen, sang Dewa takdir. Setelah dari perbatasan alam, Kaisar berteleportasi ke tempat Dewa itu. Jiwanya terluka parah, luka akibat menyempurnakan segel Asmodus belum pulih dan ditambah dengan serangan Aranjo yang menyerang bola energinya. Karena itulah, Dewa Archer memilih tempat ini. 
Read more

Bab 68 . II - Jangan Coba-Coba!

Tidak tahu berapa lama, dirinya menyalurkan energi, akhirnya itu terhenti saat sang Kaisar menyentuh tangannya. "Cukup," ujar Kaisar. Aranjo membuka mata dan menatap sang Kaisar yang masih terlihat pucat. "Sebentar lagi, Kaisar masih begitu pucat!" ujar Aranjo dan hendak menyalurkan kekuatannya lagi. Namun, sang Kaisar langsung melepaskan tangannya dari genggaman Aranjo dan berdiri. "Aku akan mengirimmu kembali!" ujar sang Kaisar dingin. Aranjo juga berdiri, dirinya sedikit pusing, mungkin karena terlalu banyak menyalurkan energi. Kaisar menahan lengannya, agar dirinya tidak terjatuh. Namun, setelah dapat berdiri tegak, Aranjo mengibaskan tangannya kuat, agar tangan sang Kaisar tidak menyentuhnya. "Jika Anda tidak ingin aku menolongmu, maka jangan biarkan darah sucimu mengalir dalam darahku! Ambil kembali darah itu!" ujar Aranjo marah.Sang Kaisar seperti biasa, raut wajah tanpa ekspres
Read more

Bab 69 . II - Ketahuan

Di aula utama istana Kerajaan Luoyang.Ratu dan putranya, Wang Xue Huan melangkah masuk dan memberi hormat kepada Yang Mulia Raja."Salam hormat, Yang Mulia.""Salam hormat, Ayahanda.""Xue Huan, ini sungguh keajaiban melihatmu dapat berjalan seperti ini!" ujar sang Raja yang langsung turun dari singgasananya, menghampiri putra sulungnya itu."Benar, Yang Mulia. Aku juga tidak menyangka akan ada keajaiban seperti ini. Aku yakin ini semua berkat karma baik yang kita tanam, sehingga putraku dengan Yang Mulia memiliki kesempatan seperti ini," ujar sang Ratu dengan begitu bahagia."Tabib mana yang memiliki kemampuan seperti itu? Mengapa kalian tidak memberikan penghargaan atau kekayaan untuk orang yang menyembuhkannya?"  tanya sang Raja.Kesempatan yang ditunggu Xue Huan akhirnya tiba. Wang Xue Huan maju satu langkah ke depan dan berlutut di hadapan sang ayah."Karena alasan itulah, hari ini aku datang menemui Ayahanda!" ujar
Read more

Bab 70 . II - Benar-Benar Mati

Wang Xue Huan berderap keluar dengan penuh benci. Prajurit yang datang bersamanya sudah mendirikan tenda di sana. Xue Huan masuk ke dalam tenda dan langsung duduk dibalik meja rendah, menuangkan secangkir teh dan meneguknya langsung habis."Panggil orang kita!" perintah Xue Huan kepada tangan kanannya.Tidak lama, seorang prajurit berderap masuk. Prajurit yang sekarang berada di bawah komando Xue MIn, tetapi selalu setia padanya dan bersedia menjadi mata-mata untuknya."Lapor Pangeran, besok adalah saat di mana perwakilan Kerajaan Dingxi dan putra mahkota bertemu. Bertemu untuk membicarakan tawaran dari Kerajaan Luoyang, untuk menyerah dan formasi perang–" Sang mata-mata berhenti berbicara, saat Xue Huan mengangkat tangannya, tanda untuk berhenti. Xue Huan tidak peduli dengan formasi perang yang digunakan saudaranya itu, karena tidak akan terjadi perang. Dirinya sudah bertemu dengan Raja Kerajaan Dingxi dan menawarkan tawaran yang lebih baik d
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status