Xue Huan menarik tangan Aranjo dan mendudukkan wanita itu di atas pangkuannya. Perlahan Xue Huan melepaskan cadar yang menutup sebagian wajahnya. Ya, jika hanya berdua maka cadar itu tidak diperlukan. Namun, saat meninggalkan kamar ini, Aranjo tetap mengenakan cadar tipis itu. Setelah bersama selama ini, Xue Huan dapat membaca ekspresi wajah Aranjo, hanya dari mata. Apakah Aranjo tersenyum atau merenggut, semua dapat dinilai dari mata indah itu. Dan kali ini, kekasihnya itu sama sekali tidak tampak risau, malahan terkesan antusias. Maka, Xue Huan ingin memastikan sekali lagi. "Apakah kamu benar ingin pergi ke sana? Jika kamu tidak mau, maka aku akan berbicara dengan ibu," tanya Xue Huan dan menyentuh wajah cantik itu dengan ujung jarinya. "Menolong nyawa orang lain adalah kewajiban. Sama seperti bagaimana aku menolong saudaramu dan dirimu. Jadi, aku akan pergi," jawab Aranjo pasti dan memejamkan mata, merasakan hangatnya sentuhan jari jemari pr
Read more