Beranda / Pendekar / Aranjo / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Aranjo: Bab 51 - Bab 60

125 Bab

Bab 51 . II - Ramuan

"Ikuti semua perintah Nona Aranjo dan pastikan semua bahan yang dimintanya terpenuhi! Untuk bahan yang tidak ada, maka beritahukan padaku. Aku akan menemukannya walaupun itu diujung dunia!" ujar sang Ratu dingin. Dayang senior mematuhi perintah Ratu dan mengantar Aranjo ke dapur kediaman ini. Dapur berada cukup jauh ke belakang, karena kediaman ini begitu luas. Lalu, Aranjo meminta disiapkan bahan-bahan herbal yang telah ditulisnya pada secarik kertas. Sang dayang bergegas pergi dan meninggalkan Aranjo sendirian di dapur yang begitu luas. Di dapur tidak ada satu pelayan pun, karena memang sudah melewati waktu makan malam. Setelah memastikan keadaan sekeliling sepi dan tidak ada orang lain, barulah Aranjo memanggil Griffin, sahabatnya. "Akhirnya! Aku kira kamu sudah mengabaikan diriku!" ujar Griffin saat muncul di hadapan Aranjo. "Aku butuh bantuanmu!" seru Aranjo langsung. "Tunggu! Tunggu! Di mana ini?" tanya Griffin p
Baca selengkapnya

Bab 52 . II - Beri Aku Waktu Satu Bulan

Wang Xue Huan merasa tubuhnya lebih bertenaga saat terbangun di pagi hari. Bahkan, dirinya dapat berpindah dari ranjang ke kursi rodanya, dengan menggunakan kekuatan tangannya sendiri. Yang mana, selama ini hal itu adalah tidak mungkin. Menggunakan kedua tangannya, Xue Huan menggerakkan roda pada kursinya ke arah cermin yang ada di meja. Dengan cepat, Xue Huan mengambil cermin itu dan dirinya berkaca. Apa yang diberikan oleh wanita suci itu? Bahkan warna wajahnya berubah menjadi begitu baik. Seakan merasakan keajaiban, Xue Huan mencoba berdiri dari kursi rodanya. BRUKKK! Segera dua orang prajurit masuk ke dalam kamar, berlari ke arah Xue Huan yang terjerembab di lantai dan membantunya kembali duduk di kursi roda. Kembali harapannya menguap seperti sebelumnya. Kekecewaan membuatnya marah dan yakin dirinya yang terlalu bodoh, mempercayai wanita suci itu. Wajahnya kembali ke semula, muram dan kosong tan
Baca selengkapnya

Bab 53 . II - Pria Polos dan Berbudi Baik

Aranjo mendorong kursi roda sang pangeran keluar dari kamar dan baru dua langkah, Aranjo berhenti. "Tunggu sebentar!" ujar Aranjo, lalu berbalik kembali ke dalam kamar dan tidak lama keluar dengan selimut tebal di tangannya. Aranjo bersujud di hadapan sang pangeran dan melebarkan selimut yang dibawanya. Lalu, menyelimuti pangkuan sang pangeran. Dirinya tahu jelas, fisik pria ini sangatlah lemah. Jadi, tidak ingin mengambil resiko, jika sang pangeran sakit karena angin yang kencang. Kembali, Aranjo mendorong kursi roda itu ke halaman yang ada di tengah-tengah kediaman. Aranjo menghentikan kursi roda tepat di bawah pohon yang rindang. Lalu, berjalan ke arah kursi batu yang berada tepat di hadapan sang pangeran. Aranjo duduk dan menjulurkan kedua kaki dan menggoyangkannya. Xue Huan menatap ke arah wanita suci yang ada di hadapannya. Melihat bagaimana wanita itu biasa saja berada dekat seorang pria dan hal itu mengganggu p
Baca selengkapnya

Bab 54 . II - Tidak Sesuai Dengan Julukan

Ramuan siap tepat pada tengah hari, di saat dapur mulai sibuk. Aranjo meninggalkan dapur dengan nampan berisi mangkuk ramuan. Kembali, Aranjo menyusuri koridor panjang menuju kamar tidur sang pangeran. Saat Aranjo tiba, pintu kamar terbuka lebar dan kedua prajurit itu berlutut menghadap ke dalam. Pasti sang ratu berada di dalam kamar dan itu membuat Aranjo menghela napas. Akan sulit mempertahankan kesabaran, saat menghadapi sang ratu. Namun, ramuan harus segera diminum oleh sang pangeran. Jadi, Aranjo menarik napas dalam dan melangkah masuk ke dalam kamar. "Salam hormat kepada Yang Mulia Ratu," seru Aranjo dan membungkuk penuh hormat. Ratu yang mendengar Aranjo melangkah masuk, langsung berbalik menatap ke arahnya dengan penuh murka. Aranjo dapat merasakan kemarahan sang ratu, maka dirinya tetap menunduk untuk tidak menambah masalah. "Sungguh lancang! Siapa yang memberi dirimu izin untuk berduaan dengan pangeran?" ujar ratu
Baca selengkapnya

Bab 55 . II - Siapa Dirimu?

Di aula utama istana Luoyang. Pertemuan para Menteri dengan Raja sudah selesai dan semua bubar, meninggalkan sang Raja dan putera mahkota. "Apakah ada masalah?" tanya sang Raja, menatap putra kebanggaannya. Wang Xue Min, putera mahkota pewaris tahta Kerajaan Luoyang. Sepanjang pertemuan, putranya itu terlihat tidak dapat berkonsentrasi. Raja yakin, ada sesuatu yang mengganggu putranya. Xue Min melangkah ke hadapan ayahnya, sang Raja. Lalu, berlutut dan berkata, "Ada yang hendak aku sampaikan, Ayah!""Katakan!" perintah sang Raja. "Ayah, aku hendak membuat permohonan!" ujar Xue Min. Dirinya memutuskan untuk memohon kepada sang ayah akan wanita yang diinginkannya, yaitu Aranjo. Setelah ciuman kedua di gudang, membuat Xue Min semakin tergila-gila akan wanita itu. Setiap saat dirinya akan menginginkan wanita itu. Raja mengangguk dan berkata, "Kamu tidak pernah meminta apapun. Karena itu, apa yang kamu inginkan
Baca selengkapnya

Bab 56 . II - Aku Akan Menunggumu

Aranjo berusaha bertahan demi sisa harga dirinya. Namun, belaian lidah pria itu begitu lembut dan menggoda. Seakan-akan memohon padanya untuk bersedia membuka bibir dan menerima ciumannya.Kedua tangan Aranjo terkepal kuat, berusaha melawan dorongan hasrat yang mulai menguasainya. Tangan sang pangeran mengelus punggung Aranjo dan satu tangan lagi masih menggenggam tangannya, seakan takut Aranjo pergi meninggalkannya. Perlahan mata Aranjo mulai sayu, dengan bibir yang perlahan terbuka meyambut ciuman sang pangeran. Xue Huan terkesiap saat Aranjo menerima ciumannya. Bahkan wanita itu dengan handal menyerang bibirnya kembali. Tubuh Xue Huan bereaksi keras dan mengabaikan kenyataan bahwa wanita dalam pelukannya adalah seorang wanita suci. Kedua tangan Aranjo diletakkan pada dada bidang sang pangeran. Ciuman menggebu yang berusaha saling mengambil dan memberi kenikmatan. Seluruh tubuh Aranjo seakan terbakar, kewanitaan berdenyut nikmat. Begit
Baca selengkapnya

Bab 57 . II - Memiliki Harapan

Keesokan harinya, saat langit masih gelap, Wang Xue Min beserta dengan pasukannya, berangkat menuju Kerajaan Dingxi. Pasukan utama Kerajaan Luoyang berderap menuju Dingxi yang berada di bagian Utara. Saat ini, Aranjo berada di dapur kediaman untuk merebus ramuan sang pangeran. Ini daun emas yang terakhir dimilikinya dan digunakan dalam ramuan. Ini artinya, Aranjo harus memanggil Griffin, tetapi ini belum satu minggu dari waktu perjanjian mereka. Ya, malam nanti Aranjo akan memanggil sahabatnya itu. Dapur begitu sibuk, para koki menyiapkan sarapan untuk Ratu dan putranya itu. Tidak lama, ramuan matang dan Aranjo membawanya ke kamar sang pangeran. Saat Aranjo melangkah masuk, Ratu berada di sana. Duduk dan sarapan bersama dengan putra kesayangannya itu. Aranjo meletakkan mangkuk ramuan ke atas meja dan hendak pamit dari kamar ini. Namun, langkahnya terhenti saat Ratu membuka suara. "Temani Xue Huan!" perintah sang Ratu. Aranj
Baca selengkapnya

Bab 58 . II - Ramuan yang Berbeda

Pikiran Aranjo terganggu akibat perkataan Griffin. Ya, mengapa dirinya begitu patuh menjalani semua hukuman ini? Apakah, dirinya ingin menjadi sekuat Kaisar? Tidak, Aranjo tidak pernah menginginkan hal tersebut. Jadi apa alasannya? Apakah karena hukuman ini dijatuhkan oleh sang Kaisar, makanya dirinya patuh? batinnya. Buru-buru, Aranjo menggelengkan kepalanya dan mulai menyiapkan ramuan baru. Aranjo yakin, tidak lama lagi sang pangeran dapat berjalan dan itu bagus. Walaupun berusaha mengabaikan perkataan Griffin, tetapi Aranjo juga khawatir akan keselamatan Kaisar. Setelah berjam-jam berkutat di depan tungku, akhirnya ramuan itu matang. Kembali masuk ke dalam kamar sang pangeran dan meletakkan mangkuk itu di atas meja. "Minumlah ramuan ini selagi hangat," ujar Aranjo."Itu ranjangmu!" ujar Xue Huan menunjuk ke sudut ruangan yang lain. Aranjo menatap ke arah yang ditunjuk sang pangeran dan cukup kagum. Ranjang yang baru itu cukup
Baca selengkapnya

Bab 59 . II - Lembah Api

Dimulai dengan kecupan ringan pada bagian paling atas. Kecupan ringan dan itu sudah membuat sang pangeran mengerang nikmat. Ini hal yang baru bagi Xue Huan dan betapa lancangnya wanita itu, membuat dirinya begitu terangsang. Setelah beberapa kecupan ringan, Aranjo mulai bermain dengan lidahnya. Itu membuat sang pangeran semakin memajukan pinggulnya ke arah wanita itu. Kedua tangannya mencengkram selimut yang diduduki olehnya, menahan keinginan untuk menyatukan tubuh mereka. Namun, apa yang dilakukan wanita itu membuatnya penasaran dan menginginkan lebih. Tangan Xue Huan tanpa sadar menyentuh kepala Aranjo dan mendorong lembut, meminta lebih dan lebih. Aranjo tersenyum kecil dan mulai melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Entah apa yang merasuki dirinya, semenjak menjalani hukuman ini, Aranjo cukup terkejut dengan sisi erotis yang muncul. Namun, itu juga memberikan kepuasan baginya, apalagi saat melihat pria yang dilayani begitu terpuaskan. A
Baca selengkapnya

Bab 60 . II - Pengantinku

Aranjo terus melangkah maju dan berhenti tepat di hadapan sosok tersebut. Aranjo menengadah menatap mata indah itu. Semua tidak lagi penting dengan sosok itu di hadapannya. Asmodus mengangkat tangannya dan membelai wajah Aranjo. Belaian itu membuat Aranjo memejamkan mata dan semakin mendekati kehangatan sosok tersebut. "Hmmm, hukuman yang sulit. Dia membiarkanmu menjalani semua itu?" bisik Asmodus. Yang dimaksud dengan dia adalah sang Kaisar. "Aku akan memperlakukan dirimu dengan baik dan selalu berada di sisimu. Kamu pengantinku!" janji mahluk itu. "Hmmm." Aranjo mendesah. Sentuhan ini begitu memabukkan, apalagi semua janji itu, membuat dirinya merasa aman dan begitu dicintai. "Namun, sebelum itu dapat terjadi, aku harus terlepas dari kurungan. Saat matahari, bulan dan bumi dalam poros sejajar, maka kamu harus menemukan pemilik pagoda itu yang masih terikat dengannya. Musnahkan pemilik itu, agar pagoda itu kembali kepadaku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status