Keesokan harinya. Aranjo bangun pagi-pagi sekali untuk berdandan. Ya, Aranjo tidak berniat mempermalukan sang ayah dan tentu dirinya sendiri.
Selesai mandi, Aranjo untuk kali pertama membuka lemari besar yang berisi pakaian hanfu indah. Perlahan memilih, hanfu mana yang akan dikenakannya. Pilihan jatuh pada hanfu berwarna merah dengan sulaman benang penuh warna membentuk kelopak bunga yang indah. Aranjo sadar akan dirinya yang akan terlihat memukau dengan warna merah.
Aranjo tidak memiliki pelayan pribadi. Ya, dari dulu sang ayah tidak mengijinkan hal tersebut. Sang Jenderal ingin anaknya mandiri dan tidak manja. Aranjo duduk di depan cermin, merapikan rambutnya dan menggunakan hiasan paling mewah. Lalu, merias wajahnya sempurna dengan pewarna bibir merah darah.
Setelah memastikan penampilannya memukau, Aranjo mengenakan hanfu indah itu yang berlapis-lapis. Dulu, sebelum ingatannya kembali, pakaian seperti ini akan membuatnya kesal dan tidak da
Saat setiap petikan senar, terangkai menjadi irama, semua mata tertuju pada Aranjo. Ya, Aranjo kembali memainkan musik dengan tempo cepat, lagu yang menceritakan kehebatan prajurit di medan perang. Lagu ini, dipersembahkan untuk sang ayah, yang bertaruh nyawa menjaga keamanan dan kejayaan Kerajaan Qinshan.Sang Jenderal tersenyum bangga, melihat bagaimana putri semata wayang mampu menampilkan bakat yang luar biasa. Namun, lain halnya dengan Tuan Putri, Lu Xi dan Nu Wa, mereka begitu kesal karena melihat Aranjo dapat menampilkan kemampuannya.Sampai pada irama terakhir dimainkan, semua mata tertuju pada Aranjo.Ha ha ha!"Sungguh penampilan yang memukau. Jenderal Kim, Anda memiliki putri yang begitu hebat!" puji sang Raja."Raja terlalu melebihkan," sanggah sang Jenderal yang merasa bangga."Kemampuan bermusik Nona sungguh mengagumkan. Apakah Nona keberatan jika menunjukkan kemampuan lainnya? Seperti memana
"Dari siapa resep ramuan ini?" tanya Aranjo sambil membuka tutup mangkuk itu dan mengendus ramuan itu."Tabib Kerajaan," jawab Wei Heng."Diperintahkan Raja?" tanya Aranjo kembali. Kesan pertama setelah bertemu dengan Raja, pria itu adalah pria yang bijaksana dan penuh perhatian. Jadi, Aranjo ragu, jika sang Raja berniat mencelakai darah dagingnya sendiri."Ratu. Semua urusan rumah tangga dan selir, serta keturunan mereka diatur oleh Ratu," jawab Wei Heng."Mulai sekarang jangan pernah minum ramuan ini lagi! Jika harus, maka kamu cukup menyimpan di dalam mulut, setelah itu buang!" ujar Aranjo dan mulai mencari tempat di mana dapat membuang ramuan ini.Ada aroma rumput hitam di dalam ramuan itu. Sebetulnya, rumput itu berguna untuk menetralkan racun dalam tubuh, tetapi jika dicampur dengan bahan lainnya, maka akan merusak khasiat obat dan membuatnya menjadi buruk saat dikonsumsi.Hanya ada satu pot tanaman
Seorang penjaga kediaman Kim, membuka gerbang untuk Nona muda mereka. Setelah memastikan Aranjo melangkah masuk, barulah Jia Zhen menarik tali kekang dan berbalik pergi, diikuti oleh sekelompok prajurit yang selalu mengikutinya, menjaga keselamatan putra mahkota.Nyonya Kim berjalan keluar dari dalam rumah dan menghampiri putrinya."Aranjo! Putra mahkota mengantarmu kembali?" tanya ibunya cemas."Benar! Bagaimana Ibu tahu?" tanya Aranjo. Bukankah dirinya baru tiba dan ibunya baru keluar dari dalam rumah, bagaimana ibunya tahu? batinnya."Kamu.... Masuk dulu, kita bicara di dalam!" perintah Nyonya Kim dan menarik tangan Aranjo melangkah masuk ke dalam kediaman."Apakah kamu menyukai Go Jia Zhen?" tanya Nyonya Kim serius."Tidak!" jawab Aranjo pasti.Mendengar jawaban dari putrinya itu, membuat sang ibu dapat bernapas lega."Maka, jangan terlalu dekat dengan sang putra mahkota! Kaba
"Maukah kamu minum teh bersama kami?" tanya Jia Zhen."Tapi Kakak, Aranjo tentu sangat sibuk. Bukankah dia datang untuk menjenguk pangeran ketiga? Jadi, bagaimana bisa dia minum teh bersama kita?" seru Lu Xu."Maaf Paduka, aku harus kembali ke kediaman untuk menemui ayahku. Jadi, mohon maaf aku tidak bisa ikut minum teh bersama Paduka.""Baiklah tidak masalah. Namun, lain kali saat kamu berada di istana, maka ingatlah datang ke kediamanku ini," pesan Jia Zhen.Setelah itu, Aranjo pun kembali ke kediaman Kim. Dirinya tidak lagi menunggu di istana, karena tidak ingin terlibat dengan sang putra mahkota apalagi dengan tuan putri Go Lu Xi.Setibanya di kediaman, Aranjo melihat sang ayah sudah bersiap-siap untuk berangkat ke perbatasan. Ini adalah suatu keberuntungan karena dirinya tiba sebelum sang ayah pergi. Jadi, buru-buru Aranjo menghampiri sang ayah dan berkata, "Ayah! Dapatkah kita berbicara sebentar? Ada yang hendak aku sa
Keesokan paginya.Aranjo selesai menyiapkan ramuan dan hendak berangkat ke istana, tetapi langkahnya terhenti saat melihat rombongan kereta kuda yang berbaris datang ke depan gerbang kediaman Kim. Aranjo menatap ke keramaian itu. Kehadiran rombongan dari istana menarik perhatian warga sekitar.Begitu juga dengan pelayan kediamannya termasuk ibunya, Nyonya Kim segera berlari ke depan gerbang dan berdiri di sampingnya, ikut menatap ke rombongan itu.Kereta kuda berhenti tepat di hadapan mereka dan Selir Qi turun bersama dengan putranya, Go Wei Heng."Selamat pagi, Nyonya Kim! Aku sangat berterima kasih atas kebaikan kalian, mau menerima putraku untuk tinggal di kediaman ini untuk beberapa saat," ujar Selir Qi sopan."Ah, itu bukan masalah besar, Selir Qu. Aku melakukan ini, karena Wei Heng sudah aku anggap sebagai putra sendiri. Wei Heng adalah putra yang sangat pengertian dan baik hati, walaupun begitu sering direpotkan oleh tingka
Seperti itulah, Aranjo memperlakukan kedua pelayan itu. Mereka yang tidak terbiasa diperlakukan begitu baik, merasa sangat bahagia dan mengabaikan semua kewajiban mereka. Apalagi, Aranjo memerintahkan beberapa pelayan untuk melayani kedua pelayan istana itu. Jadi, tidak ada masalah dalam mengganti ramuan yang hendak diminum oleh Wei Heng dan itu adalah hal yang amat bagus.Namun, yang tidak disadari Aranjo adalah sang putra mahkota, mencari tahu di mana keberadaan pangeran ketiga dan hal itu, membawanya ke depan kediaman Keluarga Kim."Salam hormat, Putra Mahkota," sapa penjaga gerbang kediaman Kim, dengan begitu ketakutan. Kenyataan yang membawa putra mahkota datang ke kediaman Kim tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, membuat sang penjaga ketakutan.Jia Zhen melompat turun dari punggung Khan, kuda hitam kesayangannya dan berjalan ke depan pintu kediaman Kim. Lalu berkata, "Aku hendak bertemu dengan Nona Muda kalian."Tentu kehadiran Jia Zhen tidak
Di perbatasan, Jenderal Kim dan para prajurit mulai melakukan persiapan."Jenderal! Pasukan tambahan dari istana sudah bergerak kemari. Mereka dipimpin langsung oleh Putra Mahkota!" jelas salah seorang prajurit yang berlari masuk kedalam tenda."Bagus! Itu bagus!" seru sang Jendral.Lalu, prajurit itu pun keluar dari tenda."Aranjo, besok subuh kamu harus kembali ke Kerajaan Qinshan terlebih dahulu. Sebab, situasi akan semakin memanas dan itu akan berbahaya!" jelas sang Jenderal."Ayah, biarkan aku terlibat! Aku ingin membantu!" seru Aranjo."Cukup untuk bermain-main! Tidakkah kamu melihat situasi sekarang ini cukup genting?" tegur sang Jenderal dengan suara mulai meninggi."Tapi Ayah, aku benar-benar ingin membantu!" Aranjo kembali mencoba meyakinkan sang ayah."Cukup! Ayah tidak meminta pendapatmu! Turuti perkataan Ayah. Besok subuh ikut rombongan kembali ke istana!""Ayah, buk
Jia Zhen menatap, bagaimana seriusnya gadis itu membersihkan dan membalut lukanya. Memang sejak awal bertemu dengan gadis ini, Jia Zhen tahu Aranjo istimewa."Terima kasih," seru Jia Zhen saat lengannya selesai dibalut.Aranjo menatap ke arah pria itu dan berkata, "Bukankah seharusnya Paduka menawarkan hadiah kepadaku?""Ya, kamu menyelamatkan nyawaku dan yang pasti akan terlibat masalah, jika Jenderal Kim mengetahui keberanianmu ini!" balas Jia Zhen."Makanya, Paduka harus memberikan hadiah untukku!" anjur Aranjo.Jia Zhen terdiam sejenak, masih menatap Aranjo, lalu berkata, "Tiga tahun! Ya, tiga tahun lagi, aku akan membiarkan dirimu masuk ke dalam istana!""Mengapa harus menunggu tiga tahun?" tanya Aranjo, yang mengira sang putra mahkota akan mengangkatnya masuk ke jajaran menteri atau penasehat kerajaan."Karena, saat ini kamu masih berusia 15 tahun!" tegas Jia Zhen dan menyerahkan tempat minum