Seperti itulah, Aranjo memperlakukan kedua pelayan itu. Mereka yang tidak terbiasa diperlakukan begitu baik, merasa sangat bahagia dan mengabaikan semua kewajiban mereka. Apalagi, Aranjo memerintahkan beberapa pelayan untuk melayani kedua pelayan istana itu. Jadi, tidak ada masalah dalam mengganti ramuan yang hendak diminum oleh Wei Heng dan itu adalah hal yang amat bagus.
Namun, yang tidak disadari Aranjo adalah sang putra mahkota, mencari tahu di mana keberadaan pangeran ketiga dan hal itu, membawanya ke depan kediaman Keluarga Kim.
"Salam hormat, Putra Mahkota," sapa penjaga gerbang kediaman Kim, dengan begitu ketakutan. Kenyataan yang membawa putra mahkota datang ke kediaman Kim tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, membuat sang penjaga ketakutan.
Jia Zhen melompat turun dari punggung Khan, kuda hitam kesayangannya dan berjalan ke depan pintu kediaman Kim. Lalu berkata, "Aku hendak bertemu dengan Nona Muda kalian."
Tentu kehadiran Jia Zhen tidak
Di perbatasan, Jenderal Kim dan para prajurit mulai melakukan persiapan."Jenderal! Pasukan tambahan dari istana sudah bergerak kemari. Mereka dipimpin langsung oleh Putra Mahkota!" jelas salah seorang prajurit yang berlari masuk kedalam tenda."Bagus! Itu bagus!" seru sang Jendral.Lalu, prajurit itu pun keluar dari tenda."Aranjo, besok subuh kamu harus kembali ke Kerajaan Qinshan terlebih dahulu. Sebab, situasi akan semakin memanas dan itu akan berbahaya!" jelas sang Jenderal."Ayah, biarkan aku terlibat! Aku ingin membantu!" seru Aranjo."Cukup untuk bermain-main! Tidakkah kamu melihat situasi sekarang ini cukup genting?" tegur sang Jenderal dengan suara mulai meninggi."Tapi Ayah, aku benar-benar ingin membantu!" Aranjo kembali mencoba meyakinkan sang ayah."Cukup! Ayah tidak meminta pendapatmu! Turuti perkataan Ayah. Besok subuh ikut rombongan kembali ke istana!""Ayah, buk
Jia Zhen menatap, bagaimana seriusnya gadis itu membersihkan dan membalut lukanya. Memang sejak awal bertemu dengan gadis ini, Jia Zhen tahu Aranjo istimewa."Terima kasih," seru Jia Zhen saat lengannya selesai dibalut.Aranjo menatap ke arah pria itu dan berkata, "Bukankah seharusnya Paduka menawarkan hadiah kepadaku?""Ya, kamu menyelamatkan nyawaku dan yang pasti akan terlibat masalah, jika Jenderal Kim mengetahui keberanianmu ini!" balas Jia Zhen."Makanya, Paduka harus memberikan hadiah untukku!" anjur Aranjo.Jia Zhen terdiam sejenak, masih menatap Aranjo, lalu berkata, "Tiga tahun! Ya, tiga tahun lagi, aku akan membiarkan dirimu masuk ke dalam istana!""Mengapa harus menunggu tiga tahun?" tanya Aranjo, yang mengira sang putra mahkota akan mengangkatnya masuk ke jajaran menteri atau penasehat kerajaan."Karena, saat ini kamu masih berusia 15 tahun!" tegas Jia Zhen dan menyerahkan tempat minum
"Mengapa?" tanya Jia Zhen."Apa alasanmu ingin masuk ke dalam istana, dengan menjadi seorang penasehat?" Jia Zhen penasaran. Ya, apa yang membuat gadis 15 tahun memiliki keinginan besar seperti ini? batinnya.Aranjo menendang tanah dan menunduk menatap ke arah itu. Otaknya berpikir mencari alasan yang tepat. Sebab tidak mungkin bagi Aranjo mengatakan alasan sebenarnya. Alasannya agar dapar membuat Lee Wang Yong, Raja Kerjaan Fuyan, membencinya."Aku ingin membuat ayahku merasa bangga. Aku anak tunggal dan seorang gadis. Tentu aku tidak mungkin memiliki kesempatan menjadi jenderal, menggantikan ayahku. Jadi, aku butuh bantuan Paduka, setidaknya izinkan aku membuat prestasi. Aku sudah mempelajari strategi perang dan ilmu bela diri sejak kecil. Aku yakin, aku tidak kalah jauh dari ayahku!" Aranjo mencoba meyakinkan sang putra mahkota.Jia Zhen mengangguk dan tersenyum, lalu berkata, "Anak yang berbakti, itu bagus! Baiklah, datang ke i
"Setelah kembali dari perbatasan, aku terus menunggu kedatanganmu di istana," ujar Jia Zhen."Apakah janjimu masih berlaku?" tanya Aranjo.Jia Zhen mengangguk. Bahkan dirinya akan dengan senang hati membuat janji lain untuk gadis ini."Paduka tahu, sakitku ini tidak ada hubungannya dengan perjalanan. Aku baik-baik saja, bahkan tubuhku terasa sangat bertenaga," jelas Aranjo antusias.Jia Zhen tersenyum mendengar penjelasannya. Ya, Aranjo khawatir sang putra mahkota tidak lagi mengijinkan dirinya menjadi penasehat, hanya karena masalah kesehatan."Namun, kamu harus mematuhi ucapanku saat berada di istana. Apakah kamu bisa?" tanya Jia Zhen.Aranjo mengangguk cepat.Lalu, Jia Zhen berdiri dan berjalan ke arah meja, mengambil secangkir air. Kemudian, berjalan kembali ke arah ranjang. Aranjo mengulurkan tangan untuk menerima cangkir itu, tetapi bukan itu yang dilakukan Jia Zhen. Jia Zhen tidak menye
Aranjo patuh dan duduk di sudut itu, memperhatikan bagaimana sang putra mahkota bekerja. Saat bekerja, ternyata pria itu terlihat begitu berbeda. Begitu tegas dan tidak ada senyuman di wajah tampan itu. Walaupun Raja masih berkuasa, tetapi banyak hal yang sudah diputuskan oleh Go Jia Zhen, calon raja berikutnya.Setelah para pejabat meninggalkan ruangan ini, permaisuri datang menemui suaminya itu."Salam, Paduka," sapa sang permaisuri begitu lembut.Go Jia Zhen hanya mengangguk dingin, bahkan tidak repot menjawab sapaan itu."Aku menyiapkan sup herbal untuk Paduka, silakan diminum selagi hangat," ujar permaisuri lemah lembut dan mengambil sebuah mangkuk dari atas nampan, yang dipegang seorang pelayannya.Melangkah dengan anggun, menghampiri meja kerja suaminya dan meletakkan mangkuk itu."Silakan diminum, Paduka," ujar sang permaisuri perlahan."Nanti!" jawab Jia Zhen dingin, tanpa menatap ist
Hari-hari berlalu begitu cepat, sudah satu minggu Aranjo datang ke istana."Apakah kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Jia Zhen.Aranjo yang duduk di tempatnya terkantuk-kantuk, mengangguk cepat. Seharian hanya duduk dan tidak berbuat apa-apa, membuatnya merasa bosan dan mengantuk."Ini!" seru Jia Zhen dan menjatuhkan setumpuk buku tebal di atas meja, di hadapan Aranjo."Pelajari dan pahami, hukum dasar Kerajaan Qinshan. Setelah kamu mengerti, aku akan libatkan kamu dalam beberapa hal!" ujar Jia Zhen."Benarkah?" tanya Aranjo antusias dan langsung menatap setumpuk buku itu, seakan melihat harta karun yang begitu berharga.Jia Zhen mengangguk dan berkata, "Aku harus menghadap Raja. Kamu tetap di sini!"Aranjo kembali mengangguk dan langsung mengambil satu buku, membalikkan halaman buku itu.Satu minggu ini, Aranjo bertingkah menyebalkan. Tentu tidak bertindak kasar terhadap sang putra m
"Baguslah,"desah Wei Heng merasa tenang. Dirinya mengenal Aranjo dari kecil dan dapat membedakan jika gadis itu berbohong. Namun, apa yang dikatakan Aranjo benar apa adanya dan itu bagus."Lalu, katakan padaku tentang kondisi kesehatanmu!" tuntut Aranjo.Wei Heng melangkah ke arah meja bulat. Di atas meja itu ada baskom kuningan berisi air. Wei Heng membasuh wajahnya, lalu mengeringkannya dengan kain. Kemudian, berbalik dan menatap Aranjo.Aranjo tersenyum lebar dan melompat girang, lalu berlari menghampiri Wei Heng."Warna wajahmu sudah begitu bagus dan tubuhmu mulai berotot!" seru Aranjo senang dan menepuk lengan atas Wei Heng, merasakan otot-otot kencang itu."Terima kasih," ujar Wei Heng tulus. Jika bukan karena gadis ini, maka dirinya mungkin sudah mati. Belakangan ini, dirinya tidak lagi sesak napas atau kelelahan, bahkan saat dirinya melatih tubuhnya. Semua itu dilakukannya di dalam kamar ini. Wei Heng tidak ing
"Tuan Muda sungguh penuh rasa humor," ujar Tu Mo setelah berhasil menghentikan tawanya. "Jadi, bagaimana aku membuktikannya?" tanya Aranjo kembali. "Baiklah, jika Tuan Muda memaksa!" jawab Tu Mo sambil menyeringai. "Tuan Muda, lihat papan sasaran itu? Jika Tuan Muda, mampu memanah tepat di tengah papan sasaran itu maka aku Tu Mo akan memikirkan keinginan Tuan Muda!" "Setelah itu?" tanya Aranjo. Dirinya tidak hanya ingin dipikirkan, Aranjo mau mereka patuh. "Baiklah! Setelah itu, jika Tuan Muda bisa memanah buah itu, maka Tu Mo akan memanggil Tuan Muda, komandan!" "Lalu?" "Tuan Muda, lihat kuda itu? Kuda itu baru ditangkap. Jika Tuan Muda mampu menjinakkannya, maka Tu Mo akan menyembah Tuan Muda!" "Lalu?" "Jika Tuan Muda bisa mengalahkan aku dalam duel pedang, maka aku akan patuh menjadi bawahan Tuan! BUKAN BEGITU PRAJURIT?" teriak Tu Mo menanyakan pendapat prajurit lainnya.