Home / Pendekar / Aranjo / Bab 89 . III - Aku Menyesal

Share

Bab 89 . III - Aku Menyesal

Author: Venny
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aranjo patuh dan duduk di sudut itu, memperhatikan bagaimana sang putra mahkota bekerja. Saat bekerja, ternyata pria itu terlihat begitu berbeda. Begitu tegas dan tidak ada senyuman di wajah tampan itu. Walaupun Raja masih berkuasa, tetapi banyak hal yang sudah diputuskan oleh Go Jia Zhen, calon raja berikutnya. 

Setelah para pejabat meninggalkan ruangan ini, permaisuri datang menemui suaminya itu. 

"Salam, Paduka," sapa sang permaisuri begitu lembut. 

Go Jia Zhen hanya mengangguk dingin, bahkan tidak repot menjawab sapaan itu. 

"Aku menyiapkan sup herbal untuk Paduka, silakan diminum selagi hangat," ujar permaisuri lemah lembut dan mengambil sebuah mangkuk dari atas nampan, yang dipegang seorang pelayannya. 

Melangkah dengan anggun, menghampiri meja kerja suaminya dan meletakkan mangkuk itu. 

"Silakan diminum, Paduka," ujar sang permaisuri perlahan. 

"Nanti!" jawab Jia Zhen dingin, tanpa menatap ist

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aranjo   Bab 90 . III - Sempurna

    Hari-hari berlalu begitu cepat, sudah satu minggu Aranjo datang ke istana."Apakah kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Jia Zhen.Aranjo yang duduk di tempatnya terkantuk-kantuk, mengangguk cepat. Seharian hanya duduk dan tidak berbuat apa-apa, membuatnya merasa bosan dan mengantuk."Ini!" seru Jia Zhen dan menjatuhkan setumpuk buku tebal di atas meja, di hadapan Aranjo."Pelajari dan pahami, hukum dasar Kerajaan Qinshan. Setelah kamu mengerti, aku akan libatkan kamu dalam beberapa hal!" ujar Jia Zhen."Benarkah?" tanya Aranjo antusias dan langsung menatap setumpuk buku itu, seakan melihat harta karun yang begitu berharga.Jia Zhen mengangguk dan berkata, "Aku harus menghadap Raja. Kamu tetap di sini!"Aranjo kembali mengangguk dan langsung mengambil satu buku, membalikkan halaman buku itu.Satu minggu ini, Aranjo bertingkah menyebalkan. Tentu tidak bertindak kasar terhadap sang putra m

  • Aranjo   Bab 91 . III - Memiliki Alasan untuk Melanggar Janji

    "Baguslah,"desah Wei Heng merasa tenang. Dirinya mengenal Aranjo dari kecil dan dapat membedakan jika gadis itu berbohong. Namun, apa yang dikatakan Aranjo benar apa adanya dan itu bagus."Lalu, katakan padaku tentang kondisi kesehatanmu!" tuntut Aranjo.Wei Heng melangkah ke arah meja bulat. Di atas meja itu ada baskom kuningan berisi air. Wei Heng membasuh wajahnya, lalu mengeringkannya dengan kain. Kemudian, berbalik dan menatap Aranjo.Aranjo tersenyum lebar dan melompat girang, lalu berlari menghampiri Wei Heng."Warna wajahmu sudah begitu bagus dan tubuhmu mulai berotot!" seru Aranjo senang dan menepuk lengan atas Wei Heng, merasakan otot-otot kencang itu."Terima kasih," ujar Wei Heng tulus. Jika bukan karena gadis ini, maka dirinya mungkin sudah mati. Belakangan ini, dirinya tidak lagi sesak napas atau kelelahan, bahkan saat dirinya melatih tubuhnya. Semua itu dilakukannya di dalam kamar ini. Wei Heng tidak ing

  • Aranjo   Bab 92 . III - Tidak Ada yang Berubah!

    "Tuan Muda sungguh penuh rasa humor," ujar Tu Mo setelah berhasil menghentikan tawanya. "Jadi, bagaimana aku membuktikannya?" tanya Aranjo kembali. "Baiklah, jika Tuan Muda memaksa!" jawab Tu Mo sambil menyeringai. "Tuan Muda, lihat papan sasaran itu? Jika Tuan Muda, mampu memanah tepat di tengah papan sasaran itu maka aku Tu Mo akan memikirkan keinginan Tuan Muda!" "Setelah itu?" tanya Aranjo. Dirinya tidak hanya ingin dipikirkan, Aranjo mau mereka patuh. "Baiklah! Setelah itu, jika Tuan Muda bisa memanah buah itu, maka Tu Mo akan memanggil Tuan Muda, komandan!" "Lalu?" "Tuan Muda, lihat kuda itu? Kuda itu baru ditangkap. Jika Tuan Muda mampu menjinakkannya, maka Tu Mo akan menyembah Tuan Muda!" "Lalu?" "Jika Tuan Muda bisa mengalahkan aku dalam duel pedang, maka aku akan patuh menjadi bawahan Tuan! BUKAN BEGITU PRAJURIT?" teriak Tu Mo menanyakan pendapat prajurit lainnya.

  • Aranjo   Bab 93 . III - Hanya Dapat Menerimanya

    Butuh perjalan selama tiga hari untuk mencapai Kerajaan Fuyan. Kedatangan mereka disambut meriah.Aranjo begitu antusias dan jantungnya berdebar kencang. Ya, dirinya tidak sabar ingin bertemu dengan titisan sang Kaisar, Dewa Archer.Jia Zhen dan Jenderal Kim berjalan di barisan paling depan, diikuti oleh Aranjo dan beberapa petinggi kerajaan. Mereka diantar ke aula utama Kerajaan Fuyan. Aula yang begitu megah dan meriah, alunan musik kecapi terdengar dan aroma masakan yang lezat memenuhi indera penciumannya."Salam Jia Zheng!""Salam Paduka Lee," balas Jia Zhen saat berhadapan dengan tuan rumah. Raja Lee Wang Yong memilik usia diatasnya beberapa tahun dan tidak akan sopan jika langsung menyebut nama.Aranjo mengintip dari balik pundak Go Jia Zhen. Seketika keramaian tidak lagi terdengar oleh Aranjo. Ya, orang-orang disekitarnya tidak lagi penting saat tatapannya menangkap sosok titisan Dewa Archer.Lee Wang Yong, memi

  • Aranjo   Bab 94 . III - Sudah Memiliki Pilihan

    Raja Iblis melihat artefak itu dan tahu itu adalah bagian penting dari Asmodus. Jika artefak itu dapat kembali kepada Asmodus dan terlepas dari pemilik yang masih terikat, maka kekuatan Asmodus akan pulih.Ha ha ha!"Kamu memang cucuku! Cerdas!" puji Raja Iblis semangat."Ya, kamu adalah pengantinnya dan akan menjadi penguasa nomor dua setelah Asmodus. Sedangkan aku dan empat penguasa Alam Iblis lainnya akan diangkat menjadi Jenderal Perang. Itu artinya Alam Iblis akan berkuasa dan memimpin seluruh lapisan alam. Yang terpenting Dewa dan Dewi arogan akan tunduk kepada kita!"Ha Ha Ha!Kembali Raja Iblis tertawa gembira. Akhirnya, dirinya dapat mengalahkan Alam Langit dan membalas kematian putrinya yang sia-sia."Maka, agar rencana kita berjalan lancar, Asmodus memberikan satu tanggung jawab lagi untukmu!" imbuh Raja Iblis.Lalu, sebuah pedang hitam dengan mata pedang melengkung muncul di atas telapak

  • Aranjo   Bab 95 . III - Mendapat Persetujuan

    "Sebelumnya, bukankah lebih baik kita juga mendengarkan dari pihak sayap kanan?" ujar Wei Heng yang melangkah ke depan, berdiri di sisi Aranjo.Aranjo menatap ke arah Wei Heng dan tersenyum pada saudaranya itu. Beberapa kali, Wei Heng menyinggung soal janji pernikahan mereka dulu dan Aranjo selalu menolaknya dengan halus. Wei Heng tidak lagi terburu-buru, apalagi saat ini hubungan Aranjo dengan Jia Zhen tidak seperti dulu lagi. Sejak dinobatkan menjadi Raja, tidak semua orang dapat mendekatinya, termasuk Aranjo. Jadi, Wei Heng bersedia menunggu sampai gadis itu bosan bermain. Ya, apa yang dilakukan Aranjo saat ini, dianggap seperti bermain bagi Wei Heng."Silakan Komandan Shi Lin menjelaskan!" ujar Raja tegas.Tatapan mereka bertemu dan hanya dengan menatap gadis itu, membuat suasana hatinya semakin baik. Menjadi Raja tidak sesederhana yang dikira. Semenjak dilantik, semua gerak geriknya dibatasi. Jia Zhen mengerti, sebab dirinya baru menduduki

  • Aranjo   Bab 96 . III - Turuti Kata Hatimu

    Aranjo terduduk di sisi ranjang, bingung. Tangannya menyentuh bibirnya sendiri dan rasa hangat bibir Wei Heng masih tertinggal di sana. Tadi, dirinya hampir menyambut ciuman pria itu, hampir. Aranjo menghela napas lelah. Dirinya tidak tahu akan seperti apa akhir kehidupan ini. Sebab, banyak hal penting yang akan terjadi dan itu membuat Aranjo mulai merasa cemas.Tidak memiliki teman untuk bertukar pikiran, itu membuat Aranjo risau. Akhirnya, Griffin dipanggil. Aranjo menjelaskan semuanya kepada Griffin, bahkan menunjukkan senjata pencabut jiwa yang diberikan Raja Iblis."Jangan katakan apa keputusanmu! Dinding memiliki telinga dan aku yakin ada mata yang terus mengawasi dirimu! Turuti kata hatimu!" pesan Griffin.Aranjo mengangguk, cukup kesal karena Griffin juga tidak dapat memberikan bantuan."Saat kamu tiba di Kerajaan Fuyan, saat itulah bencana cinta sang Kaisar akan dimulai. Istri dan anaknya akan mati dalam pertempuran. Kaisa

  • Aranjo   Bab 97 . III - Kamu Harus Hidup

    Aranjo mengendap-endap kembali ke kamar dan kembali bertukar pakaian. Artinya, besok dirinya dan pasukan sayap kanan akan berangkat ke Kerajaan Fuyan. Setelah itu, Aranjo pergi ke markas dan mengumpulkan pasukannya. Mereka berkumpul dan membicarakan persiapan serta langkah yang akan diambil. Ini kali pertama bagi mereka terjun ke medan perang dan akan sangat berbeda, sehingga perlu persiapan yang matang.Malam itu mereka tidak tidur, menyusun semua barang bawaan, memoles pedang dan baju zirah. Dini hari, pasukan sayap kanan telah bersiap untuk meninggalkan istana, dengan Aranjo dan Tu Mo berada di barisan terdepan, duduk di atas kuda perkasa.Kuda mulai berderap, membawa mereka ke gerbang samping. Gerbang besar yang memang biasa dilewati pasukan berkuda. Mereka menyusuri lorong yang panjang dengan dinding tinggi. Aranjo telah mengantongi surat perintah dari Raja dan berdasarkan surat itu, mereka dapat meninggalkan istana.Namun, saat keluar dar

Latest chapter

  • Aranjo   Bab 125 . END

    Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh

  • Aranjo   Bab 124 . Takut

    "Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer

  • Aranjo   Bab 123 . Banyak Hal yang Terjadi Di Luar Kehendakmu

    Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap

  • Aranjo   Bab 122 . Kembali Kepada Sang Pemilik

    Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri

  • Aranjo   Bab 121 . Perasaan Baru

    "Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp

  • Aranjo   Bab 120 . Jatuh Cinta

    Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan

  • Aranjo   Bab 119 . Daya Tarik

    Tiba di aula utama, semua mata para Dewa tertuju pada Griffin dan sosok iblis muda yang ada dalam gandengan mahluk agung itu.Langkah kaki Aranjo berhenti, saat Griffin menghentikan langkahnya. Aranjo melihat ke sekeliling dan mendapati, tatapan yang begitu dingin. Tanpa sadar, ia bergeser dan menempelkan tubuh pada lengan kokoh, sang Griffin.Kaisar Langit, turun dari singgasana dengan raut wajah yang tidak terbaca. Para dewa yang berkumpul di singgasana langsung mundur, dengan kepala menunduk.Leander yang baru tiba di aula, langsung memberi hormat."Hormat, Yang Mulia Kaisar Langit."Setelah memberi salam, Leander langsung melangkah maju dan berdiri di samping Griffin, serta Aranjo."Alasan kedatangan kami, terkait dengan salah satu benda spiritual. Kami ingin memohon izin kepada Kaisar Langit, agar dapat memberikan kepada kami, lentera cahaya. Itu–"Ucapan Leander terhenti, saat sang Kaisar Langit men

  • Aranjo   Bab 118 . Terasa Begitu Tepat

    Griffin melepaskan cengkeramannya dan segera mahluk itu melayang agak jauh, ketakutan."Buka matamu," ujar Griffin dan menurunkan tangannya dari depan wajah Aranjo.Patuh, Aranjo membuka mata dan menatap ke arah mahluk yang sudah berada cukup jauh, darinya."Tuanku berkata, tiket masuk kalian adalah lentera cahaya! Bawa benda spiritual itu dan kalian, diizinkan masuk!" seru mahluk itu, sebelum melayang kembali ke balik gerbang.KLANG!Gerbang kembali menutup dengan suara yang memekakkan telinga.Griffin memalingkan wajah, menatap Leander. Ia tidak keberatan untuk menghancurkan alam bawah ini, tetapi mereka memiliki tanggung jawab, jadi keputusan tidak dapat diambil oleh satu pihak."Kita kembali setelah mendapatkan lentera cahaya!" ujar Leander, lalu memutar kudanya, meninggalkan alam bawah.Semua berbalik dan meninggalkan tempat mengerikan itu.Aranjo menatap ke pung

  • Aranjo   Bab 117 . Apakah Ada Yang Istimewa?

    Seulas senyum licik, muncul di wajah cantik Aranjo. Ia yakin dapat menghentikan langkah mahluk sombong, yang mengabaikan kehadirannya begitu saja.Namun, saat ia yakin dapat menangkap mahluk itu, kenyataannya angin yang tergapai oleh tangannya.Kedua kaki Aranjo menapak kembali ke tanah dan menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mahluk sombong itu sudah berpindah tepat di belakangnya, begitu cepat. Bahkan, mata Aranjo tidak menangkap gerakan mahluk tersebut.Berputar, dengan tangan kembali menggapai.SIAL!SIAL!!SIAL!!!Aranjo memaki dalam hati, saat serangan yang diluncurkan tidak mampu mengenai mahluk tersebut.Leander baru saja keluar dari paviliun dan disambut dengan perkelahian. Tidak tepat disebut perkelahian, sebab hanya satu pihak yang menyerang dengan pihak lain, terus berhasil menghindar.Ini kali pertama baginya melihat, Griffin tidak melawan. Bias

DMCA.com Protection Status