Galen berdiri di hadapan mereka, saat mereka tiba di aula miliknya.
"Di mana Kaisar dilahirkan?" tanya Aranjo langsung tanpa basa-basi.
Sang Dewa membalikkan tubuhnya, berjalan masuk ke dalam aula, mengabaikan pertanyaannya.
Aranjo tidak tinggal diam dan mengikuti langkah sang Dewa ke dalam aula.
"Katakan padaku! Atau aku akan membakar semua gulungan itu!" ancam Aranjo dan mulai membentuk bola api di telapak tangannya.
"Aranjo!" tegur Griffin dan hendak memadamkan bola api yang ada di telapak tangan Aranjo, dengan kekuatannya.
Namun, sang Dewa mengangkat sebelah tangannya, sebagai tanda bagi Griffin untuk berhenti.
"Aku akan mengatakannya padamu. Namun, apa yang akan kamu lakukan? Jika kamu menginginkan Kaisar, bukankah kamu tidak dapat menjalin jodoh dengannya di dunia fana. Sebab, jodoh kalian akan berhenti di kehidupan itu saja!" ujar sang Dewa santai.
"Itu urusanku! Jadi, cuku
Ya, Aranjo menjalani semua rutinitas itu dengan berat hati. Namun, setidaknya sang ayah tidak lagi sering mengamuk karena dirinya. Bahkan, ibu lebih sering terlihat tersenyum. Hanya, Wei Heng yang tahu jelas akan penderitaannya.Aranjo akan tertidur di kelas tata krama dan menjadi bahan tertawaan, ketika sang guru membangunkannya dengan satu pukulan rotan yang kuat di mejanya. Hal itu membuatnya terkejut bukan kepalang dan itu menjadi tontonan yang menarik bagi murid lainnya.Lalu, begitu banyak senar kecapi dan harpa yang putus karena tenaganya yang kuat sewaktu memetik. Ya, begitulah Aranjo melewati kelas-kelas itu dan melewati kelas yang disukainya dengan sempurna.Intinya, Aranjo ingin menjadi seperti sang ayah, seorang Jenderal yang memimpin ribuan prajurit di medan perang. Kemampuan menilai lawan dan membentuk formasi perang yang sempurna, membuat Kerajaan Qinshan menjadi kerajaan terkuat dan paling disegani. Itulah impiannya, walaupun it
Air hujan membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Aranjo berlutut dengan kedua tangan terkepal di atas tanah becek. Apa yang salah dengan dirinya? Aranjo hanya tidak menyukai beberapa kegiatan dan membalas mereka yang menindasnya. Itu bukan masalah besar, tetapi mengapa ibu begitu marah? Ya, ayah sedang dalam perjalanan ke perbatasan, berdiri di baris paling depan untuk menjaga perbatasan itu.Ayahnya begitu dihormati dan dikagumi, tetapi mengapa dirinya mendapatkan perlakuan berbeda, hanya karena terlahir sebagai seorang anak perempuan? Hatinya sedih, tetapi Aranjo bersyukur hujan begitu lebat dan air hujan dapat menutup air mata yang mengalir deras.Di gerbang kediaman sang Jenderal, Go Wei Heng tiba dengan kereta kuda. Pelayan memayungi dirinya dan mereka bersama melangkah masuk ke dalam.Sejak lahir, tubuh Wei Heng lemah. Dirinya mudah lelah dan sering sesak napas. Menurut tabib, jantungnya bermasalah sejak lahir dan tidak ada yang dapat dila
Setelah dapat menenangkan diri, Aranjo turun dari ranjang."Ya, aku akan menjalani beberapa tahun hidup ini dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat."Aranjo menatap penampilannya di cermin dan menghela napas. Bagaimana dirinya berpenampilan seperti ini? Dirinya terlihat seperti seorang bocah laki-laki.Menarik kursi dan duduk di hadapan cermin, Aranjo mengeluarkan krim kecantikan dari ruang dimensinya."Ceritakan tentang sang Kaisar!" perintah Aranjo, sambil memoleskan krim wajah spiritual Alam Langit."Lee Wang Yong, putra mahkota Kerajaan Fuyan. Calon Raja yang terkenal bijaksana dan setia kepada permaisurinya. Tidak ada satu pun selir yang diangkat," jelas Griffin, menekankan kalimat terakhirnya."Berapa usianya?" tanya Aranjo yang merasa puas dengan kulit wajahnya yang sudah kembali seperti sebagaimana seharusnya, cerah."26 tahun."Aranjo mengangguk, beruntung dirinya cepat menyelesaika
Keesokan harinya. Aranjo bangun pagi-pagi sekali untuk berdandan. Ya, Aranjo tidak berniat mempermalukan sang ayah dan tentu dirinya sendiri.Selesai mandi, Aranjo untuk kali pertama membuka lemari besar yang berisi pakaian hanfu indah. Perlahan memilih, hanfu mana yang akan dikenakannya. Pilihan jatuh pada hanfu berwarna merah dengan sulaman benang penuh warna membentuk kelopak bunga yang indah. Aranjo sadar akan dirinya yang akan terlihat memukau dengan warna merah.Aranjo tidak memiliki pelayan pribadi. Ya, dari dulu sang ayah tidak mengijinkan hal tersebut. Sang Jenderal ingin anaknya mandiri dan tidak manja. Aranjo duduk di depan cermin, merapikan rambutnya dan menggunakan hiasan paling mewah. Lalu, merias wajahnya sempurna dengan pewarna bibir merah darah.Setelah memastikan penampilannya memukau, Aranjo mengenakan hanfu indah itu yang berlapis-lapis. Dulu, sebelum ingatannya kembali, pakaian seperti ini akan membuatnya kesal dan tidak da
Saat setiap petikan senar, terangkai menjadi irama, semua mata tertuju pada Aranjo. Ya, Aranjo kembali memainkan musik dengan tempo cepat, lagu yang menceritakan kehebatan prajurit di medan perang. Lagu ini, dipersembahkan untuk sang ayah, yang bertaruh nyawa menjaga keamanan dan kejayaan Kerajaan Qinshan.Sang Jenderal tersenyum bangga, melihat bagaimana putri semata wayang mampu menampilkan bakat yang luar biasa. Namun, lain halnya dengan Tuan Putri, Lu Xi dan Nu Wa, mereka begitu kesal karena melihat Aranjo dapat menampilkan kemampuannya.Sampai pada irama terakhir dimainkan, semua mata tertuju pada Aranjo.Ha ha ha!"Sungguh penampilan yang memukau. Jenderal Kim, Anda memiliki putri yang begitu hebat!" puji sang Raja."Raja terlalu melebihkan," sanggah sang Jenderal yang merasa bangga."Kemampuan bermusik Nona sungguh mengagumkan. Apakah Nona keberatan jika menunjukkan kemampuan lainnya? Seperti memana
"Dari siapa resep ramuan ini?" tanya Aranjo sambil membuka tutup mangkuk itu dan mengendus ramuan itu."Tabib Kerajaan," jawab Wei Heng."Diperintahkan Raja?" tanya Aranjo kembali. Kesan pertama setelah bertemu dengan Raja, pria itu adalah pria yang bijaksana dan penuh perhatian. Jadi, Aranjo ragu, jika sang Raja berniat mencelakai darah dagingnya sendiri."Ratu. Semua urusan rumah tangga dan selir, serta keturunan mereka diatur oleh Ratu," jawab Wei Heng."Mulai sekarang jangan pernah minum ramuan ini lagi! Jika harus, maka kamu cukup menyimpan di dalam mulut, setelah itu buang!" ujar Aranjo dan mulai mencari tempat di mana dapat membuang ramuan ini.Ada aroma rumput hitam di dalam ramuan itu. Sebetulnya, rumput itu berguna untuk menetralkan racun dalam tubuh, tetapi jika dicampur dengan bahan lainnya, maka akan merusak khasiat obat dan membuatnya menjadi buruk saat dikonsumsi.Hanya ada satu pot tanaman
Seorang penjaga kediaman Kim, membuka gerbang untuk Nona muda mereka. Setelah memastikan Aranjo melangkah masuk, barulah Jia Zhen menarik tali kekang dan berbalik pergi, diikuti oleh sekelompok prajurit yang selalu mengikutinya, menjaga keselamatan putra mahkota.Nyonya Kim berjalan keluar dari dalam rumah dan menghampiri putrinya."Aranjo! Putra mahkota mengantarmu kembali?" tanya ibunya cemas."Benar! Bagaimana Ibu tahu?" tanya Aranjo. Bukankah dirinya baru tiba dan ibunya baru keluar dari dalam rumah, bagaimana ibunya tahu? batinnya."Kamu.... Masuk dulu, kita bicara di dalam!" perintah Nyonya Kim dan menarik tangan Aranjo melangkah masuk ke dalam kediaman."Apakah kamu menyukai Go Jia Zhen?" tanya Nyonya Kim serius."Tidak!" jawab Aranjo pasti.Mendengar jawaban dari putrinya itu, membuat sang ibu dapat bernapas lega."Maka, jangan terlalu dekat dengan sang putra mahkota! Kaba
"Maukah kamu minum teh bersama kami?" tanya Jia Zhen."Tapi Kakak, Aranjo tentu sangat sibuk. Bukankah dia datang untuk menjenguk pangeran ketiga? Jadi, bagaimana bisa dia minum teh bersama kita?" seru Lu Xu."Maaf Paduka, aku harus kembali ke kediaman untuk menemui ayahku. Jadi, mohon maaf aku tidak bisa ikut minum teh bersama Paduka.""Baiklah tidak masalah. Namun, lain kali saat kamu berada di istana, maka ingatlah datang ke kediamanku ini," pesan Jia Zhen.Setelah itu, Aranjo pun kembali ke kediaman Kim. Dirinya tidak lagi menunggu di istana, karena tidak ingin terlibat dengan sang putra mahkota apalagi dengan tuan putri Go Lu Xi.Setibanya di kediaman, Aranjo melihat sang ayah sudah bersiap-siap untuk berangkat ke perbatasan. Ini adalah suatu keberuntungan karena dirinya tiba sebelum sang ayah pergi. Jadi, buru-buru Aranjo menghampiri sang ayah dan berkata, "Ayah! Dapatkah kita berbicara sebentar? Ada yang hendak aku sa
Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh
"Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer
Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap
Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri
"Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp
Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan
Tiba di aula utama, semua mata para Dewa tertuju pada Griffin dan sosok iblis muda yang ada dalam gandengan mahluk agung itu.Langkah kaki Aranjo berhenti, saat Griffin menghentikan langkahnya. Aranjo melihat ke sekeliling dan mendapati, tatapan yang begitu dingin. Tanpa sadar, ia bergeser dan menempelkan tubuh pada lengan kokoh, sang Griffin.Kaisar Langit, turun dari singgasana dengan raut wajah yang tidak terbaca. Para dewa yang berkumpul di singgasana langsung mundur, dengan kepala menunduk.Leander yang baru tiba di aula, langsung memberi hormat."Hormat, Yang Mulia Kaisar Langit."Setelah memberi salam, Leander langsung melangkah maju dan berdiri di samping Griffin, serta Aranjo."Alasan kedatangan kami, terkait dengan salah satu benda spiritual. Kami ingin memohon izin kepada Kaisar Langit, agar dapat memberikan kepada kami, lentera cahaya. Itu–"Ucapan Leander terhenti, saat sang Kaisar Langit men
Griffin melepaskan cengkeramannya dan segera mahluk itu melayang agak jauh, ketakutan."Buka matamu," ujar Griffin dan menurunkan tangannya dari depan wajah Aranjo.Patuh, Aranjo membuka mata dan menatap ke arah mahluk yang sudah berada cukup jauh, darinya."Tuanku berkata, tiket masuk kalian adalah lentera cahaya! Bawa benda spiritual itu dan kalian, diizinkan masuk!" seru mahluk itu, sebelum melayang kembali ke balik gerbang.KLANG!Gerbang kembali menutup dengan suara yang memekakkan telinga.Griffin memalingkan wajah, menatap Leander. Ia tidak keberatan untuk menghancurkan alam bawah ini, tetapi mereka memiliki tanggung jawab, jadi keputusan tidak dapat diambil oleh satu pihak."Kita kembali setelah mendapatkan lentera cahaya!" ujar Leander, lalu memutar kudanya, meninggalkan alam bawah.Semua berbalik dan meninggalkan tempat mengerikan itu.Aranjo menatap ke pung
Seulas senyum licik, muncul di wajah cantik Aranjo. Ia yakin dapat menghentikan langkah mahluk sombong, yang mengabaikan kehadirannya begitu saja.Namun, saat ia yakin dapat menangkap mahluk itu, kenyataannya angin yang tergapai oleh tangannya.Kedua kaki Aranjo menapak kembali ke tanah dan menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mahluk sombong itu sudah berpindah tepat di belakangnya, begitu cepat. Bahkan, mata Aranjo tidak menangkap gerakan mahluk tersebut.Berputar, dengan tangan kembali menggapai.SIAL!SIAL!!SIAL!!!Aranjo memaki dalam hati, saat serangan yang diluncurkan tidak mampu mengenai mahluk tersebut.Leander baru saja keluar dari paviliun dan disambut dengan perkelahian. Tidak tepat disebut perkelahian, sebab hanya satu pihak yang menyerang dengan pihak lain, terus berhasil menghindar.Ini kali pertama baginya melihat, Griffin tidak melawan. Bias