Dengan semangat hidup yang memancar penuh di raut wajahnya, Kenzy meraih jari-jemari tanganku. Dingin. Itu yang kurasakan dari genggamannya. Ah! Maksudku, jari-jemari tangan Kenzy terasa begitu dingin. Sedingin es, sehingga membuatku tertancap berjuta-juta anak panah bernama ketakutan. Kalau benar, dia dalam keadaan baik-baik saja seperti yang dikatakan Om Dirga tadi, bagaimana bisa tubuhnya sedingin ini? Iya, sungguh. Dalam perasaan khawatir yang mendera, aku melepaskan tangan kanan dari genggaman Kenzy, meraba telapak kakinya. Sama, dingin. Sedingin es. "Kenzy, kamu kedinginan?" pertanyaan bodoh yang terlontar begitu saja dari mulutku, tentu saja, "Are you allright, Kenzy? How do you feel, Kenzy?" Kenzy mengeratkan genggaman tangannya, "I am OK, Nya Anyelir! Don't worry about me, allright?"
Read more