All Chapters of Pengantin Tuan Haidar: Chapter 351 - Chapter 360

606 Chapters

Bab 350. Istri Nggak Ada Akhlak

“Apanya yang disengaja?” tanya wanita seksi yang baru keluar dari kamar mandi tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya yang sintal. “Kenapa kamu keluar nggak pakai handuk?” tanya Haidar yang terus memandangi lahan gundul yang berada di bawah perut istrinya. “Di dalam nggak ada handuk,” jawab Andin dengan santainya sembari menghampiri sang suami yang terus memandangnya tanpa berkedip. “Alasan aja! Bilang aja kamu mau menyiksa aku,” sahut Haidar, “Si Jagoan nggak sakit, kalau sampai dia bangun gimana? Bisa berabe kalau aku nggak bisa menjinakkannya.” Wanita seksi itu berdiri di hadapan sang suami, menaikkan satu kakinya ke atas tempat tidur yang membuatnya terlihat semakin menggairahkan. “Apa aku kurang seksi?” tanya Andin sembari mengibaskan rambutnya yang basah, sehingga sisa air yang ada di rambutnya menyiprat ke wajah laki-laki tampan itu. “Tuh ‘kan jagoanku jadi bangun,” kata Haidar sembari mengelus-elus senjata keperkasaannya di
Read more

Bab 351. Terapi Nganu

“Kamu cium aroma ketiakku,” ucap laki-laki tampan yang sudah terlihat lebih segar sejak diterapi oleh istrinya.Haidar menjadi lebih segar karena mengeluarkan banyak keringat setelah menjinakkan jagoannya. Laki-laki itu sangat bersemangat setelah melihat tubuh sintal sang istri yang polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh mulus wanita seksi yang sudah melahirkan dua anaknya.“Aku suka aroma ketiakmu,” ucap Andin, “Asem-asem sedep.” Andin tetawa terbahak ketika Haidar makin mengimpit kepalanya.Andin merasa nyaman jika tidur di bawah ketiak suaminya. Aroma dari daerah berbulu itu benar-benar membuat ibu muda itu kecanduan. Bahkan wanita cantik itu mencium dan menghirup bau sedapnyaWamita seksi itu melepaskan diri dari himpitan tangan kekar sang suami. “Bagaimana terapi si Jagoan? Sukses?” tanya Andin sembari merapikan rambutnya yang berantakan akibat ulah suaminya.Ia sengaja tidak mema
Read more

Bab 352. Penyakit Serius

Andin mengusap wajah Haidar dengan telapak tangannya. "Nanti kamu bengek kalau aku genjot," cibir Andin sembari tertawa geli."Memangnya aku terlihat selemah itu ya?" Haidar menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Kamu nggak lemah, tapi kamu laki-laki yang kuat." Andin meraih tangan suaminya, mencium tangan yang telah memberikan nafkah untuknya dengan mesra. "Kamu nggak punya penyakit yang serius 'kan?"Haidar terdiam beberapa saat sambil menatap wajah cantik istrinya. "Aku-"Terdengar suara dering ponsel Haidar yang membuat ia menghentikan ucapannya. Laki-laki itu meraih ponselnya, menatap layar ponsel itu, lalu menaruhnya kembali."Kenapa nggak dijawab? Itu telpon dari siapa?" tanya Andin yang penasaran karena Haidar menelungkupkan layar ponselnya."Itu dari Baron, sudah dua kali dia menelpon, tapi nggak aku jawab," balas Haidar, "Kalau sampai Baron tahu aku sakit, dia pasti pulang dari bulan madunya.""Harusnya kamu
Read more

Bab 353. Hati Yang Gersang

Tari tersenyum kepada laki-laki angkuh yang kini menjadi pendamping hidupnya. Ia tidak akan cemburu atau merasa terabaikan karena ia tahu bagaimana rasanya di posisi sang suami. Rasa hormat sang suami kepada orang yang merangkulnya di saat sedang terpuruk sama seperti dirinya yang menghormati laki-laki yang ia nikahi. Laki-laki angkuh itu telah menyiram hatinya yang gersang dengan cinta yang tulus. Sehingga kini hati itu kembali berbunga.Wanita cantik itu merasa bersyukur mempunyai pendamping hidup seperti Baron. Walau kadang seperti es balok, tapi ia sadar laki-laki itu mempunyai cinta yang tulus untuknya dan keluarga.Laki-laki itu mampu membangkitkannya dari keterpurukan. Membuatnya sadar kalau tidak semua laki-laki brengsek seperti mantan kekasihnya dulu."Coba telepon sekali lagi!" titah sang istri dengan lembut.Baron mengangguk dengan pelan, lalu menggulir layar ponselnya untuk kembali menghubungi sang tuan."Halo,
Read more

Bab 354. Es Balok

 "Gimana Bang?" tanya Tari setelah suaminya menutup panggilan telponnya kepada Tuan Haidar.Baron menaruh benda pipih itu di atas meja, lalu menggenggam tangan wanita cantik yang duduk di hadapannya, mencium tangan itu dengan mesra. "Terima kasih, Sayang.""Tuan Haidar bagaimana?" tanya Tari lagi karena sang suami tidak menjawabnya malah mencium jemari lentiknya berulangkali. "Tuan dalam keadaan sehat, tadi Nyonya Andin yang menjawabnya," jelas Baron kepada wanita cantik yang begitu penasaran dengan keadaan tuannya."Syukurlah." Tari merasa lega mendengarnya, bukan karena tidak jadi pulang, tapi ia merasa lega karena sang suami tidak gelisah lagi memikirkan atasannya."Ayo kita makan!" ajak Baron kepada Tari."Iya, Bang," jawab Tari sembari tersenyum.Baron dan Tari menikmati makan malam tanpa ada perlakuan romantis. Laki-laki itu terlalu lurus dan tidak tahu bagaimana cara berkencan dengan seorang wanita.Laki-laki
Read more

355. Ini Tuh Ribet, Bang

'Bersyukurlah punya suami macam es balok! Walau nggak ada kata-kata romantis yang keluar dari mulutnya, tapi wajahnya sudah terlihat romantis,' ucap Tari dalam hatinya sembari tersenyum."Sayang, kenapa kamu tersenyum? Katanya kamu kedinginan? Saya sudah panik, takut kamu kenapa-kenapa?" tanya Baron sembari membuka pintu resort tempatnya bermalam.Tari menggeleng pelan sembari tersenyum. 'Ternyata paniknya si gunung es begini, tetap tenang setenang air di baskom," batin Tari.Baron membaringkannya di tempat tidur. Namun, wanita cantik itu langsung bangun dan berdiri. Ia hendak masuk ke kamar mandi untuk mengganti pembalutnya. Tapi, laki-laki tampan itu melarangnya."Kamu mau ke mana?" Baron memegangi bahu sang istri dengan lembut dan memaksanya untuk duduk di tempat tidur."Aku mau ganti pembalut dulu, Bang," jawab Tari dengan pelan. Ia masih merasa malu dengan suaminya jika berbicara masalah kewanitaan."Kamu tiduran aja di sini! Kalau kamu
Read more

Bab 356. Lebih Baik Lelah Bekerja

Seminggu telah berlalu, kini Haidar sudah benar-benar pulih. Baron dan Tari juga sudah kembali dari bulan madunya. Keluarga Mami Inggit juga baru pulang dari liburannya bersama keluarga Tari.Pengantin baru itu sudah mulai masuk kerja, kecuali sang istri yang merupakan sekretaris sang CEO di perusahaan yang sama dengan tempatnya bekerja minta libur tambahan karena merasa masih sangat lelah akibat perjalanan jauhnya.Ini adalah hari pertama Haidar dan Baron kembali ke kantor. Setumpuk kerjaan sudah menunggu orang berpengaruh di Perusahaan Mannaf Group.Kedua laki-laki itu berjalan dengan gagahnya. Baron berjalan melewati ruangannya dan terus mengikuti langkah sang tuan untuk ikut bersama tuannya ke ruangan CEO.Haidar menghentikan langkah dan membalikkan badan saat sang asisten terus mengikutinya. "Mau ke mana kamu?" tanya Haidar kepada Baron.Baron juga menghentikan langkah kakinya. "Saya mau ke ruangan Tuan,"jawab Baron dengan sopan."Tidak
Read more

Bab 357. Senyum Bidadari Mesum

Haidar bangun dan berdiri, lalu menghampiri wanita seksi yang membuatnya selalu bersemangat jika melihat senyum bidadari mesumnya itu. "Bee, kenapa nggak bilang dulu kalau mau ke sini? Apa anak-anak udah tidur?" tanya Haidar sembari merangkulkan lengannya di pinggang sang istri. "Aku mau ngasih kejutan untuk suamiku tercinta," jawab Andin, "Kamu pasti belum makan 'kan?" tanya sang istri kepada laki-laki yang terus memeluknya walau ia sudah berusaha melepaskan diri.  "Aku sangat terkejut, Bee," sahut Haidar, "Kamu membuatku bersemangat lagi." Haidar malah mengencangkan pelukannya, membuat tubuh sang istri yang berhadapan dengannya semakin menempel. "Boo, lepasin! Aku mau naruh makanan dulu." Andin berusaha membujuk suaminya. Namun, laki-laki gagah itu semakin erat mengunci tubuh sang istri. Saat Haidar hendak mencium bibir Andin, pintu ruang kerjanya terbuka tiba-tiba yang membuat Haidar mengurungkan niatnya. "Maaf, Tuan." Baron la
Read more

Bab 358. Dengarkan Ucapanku Kalau Kamu Mencintaiku

"Aku nggak akan malu bawa kamu, malah aku bangga," sahut Haidar sembari menangkup wajah istrinya. "Jangan menyiksa diri sendiri, mau kamu gendut atau kurus yang penting bidadariku ini sehat. Aku akan selalu mencintaimu." Haidar mengecup kening sang istri dengan mesra.Andin tersenyum mendengar ucapan manis suaminya. "Aku juga mencintaimu," balas wanita cantik itu. "Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu.""Dengarkan ucapanku kalau kamu mencintaiku!" kata Haidar dengan tegas, "Sekarang kamu habiskan makanannya!" Haidar menyuapkan suapan terakhir ke dalam mulut wanita cantik itu.Andin mengunyah makanannya sembari menatap wajah sang suami yang duduk di sampingnya. "Kamu ngebiarin tubuhku gendut biar kelihatan tua ya!" tuduh Andin sembari menunjuk suaminya."Nggak, Bee," elak Haidar, "Aku hanya nggak mau kamu sakit. Kalau mau mengecilkan badan, olahraga yang cukup, perbaiki pola makan! Jangan setiap jam makan," ucapnya sembari tertawa pelan.
Read more

Bab 359. Menunggu

Tanpa banyak bicara lagi, Andin kembali mengayunkan langkahnya menuju sofa yang tadi ia duduki.Wanita cantik itu tidak mau berdebat dengan suaminya karena memang mengaku bersalah. Sang suami sudah mewanti-wantinya untuk tidak mengendarai motor saat pergi ke kantornya.Andin duduk kembali di sofa itu, menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Ia merasa sangat bosan menunggu. Sesekali melirik sang suami yang sedang fokus pada komputernya.'Aku bosen,' batin Andin sembari memonyongkan bibirnya. Diraihnya tas slempang kecil berwarna hitam yang ada di meja di depannya. Dirogohnya benda pipih yang ada di dalamnya. Ia menggulir layar ponselnya untuk melihat foto-foto si kembar. 'Mommy kangen sama kalian," ucapnya sembari mengusap-usap layar ponsel itu dengan jari telunjuknya.Ibu dua anak itu merebahkan tubuhnya di sofa panjang, ia memejamkan mata sembari mendekap benda pipih yang menampilkan gambar kedua anak kembarnya."Tiduran bentar ah,
Read more
PREV
1
...
3435363738
...
61
DMCA.com Protection Status