Tanpa banyak bicara lagi, Andin kembali mengayunkan langkahnya menuju sofa yang tadi ia duduki.
Wanita cantik itu tidak mau berdebat dengan suaminya karena memang mengaku bersalah. Sang suami sudah mewanti-wantinya untuk tidak mengendarai motor saat pergi ke kantornya.
Andin duduk kembali di sofa itu, menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Ia merasa sangat bosan menunggu. Sesekali melirik sang suami yang sedang fokus pada komputernya.
'Aku bosen,' batin Andin sembari memonyongkan bibirnya. Diraihnya tas slempang kecil berwarna hitam yang ada di meja di depannya. Dirogohnya benda pipih yang ada di dalamnya.
Ia menggulir layar ponselnya untuk melihat foto-foto si kembar. 'Mommy kangen sama kalian," ucapnya sembari mengusap-usap layar ponsel itu dengan jari telunjuknya.
Ibu dua anak itu merebahkan tubuhnya di sofa panjang, ia memejamkan mata sembari mendekap benda pipih yang menampilkan gambar kedua anak kembarnya.
"Tiduran bentar ah,
Laki-laki tampan itu meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku akibat terlalu lama duduk di depan komputernya. Kemudian ia bangun dari duduknya melangkahkan kaki menuju pintu.Haidar memutar anak kunci lalu menarik daun pintu itu. Sang asisten berdiri di hadapannya saat pintu ruangan CEO terbuka."Ini pakaian Nyonya, Tuan," kata Baron, "Barusan pelayan rumah menitipkan ini kepada saya." Baron memberikan paper bag berwarna cokelat kepada tuannya."Terima kasih." Haidar segera menutup pintu dan mengunci ruang kerjanya setelah menerima paper bag itu.Ia segera masuk ke dalam kamar rahasia yang ada di ruangannya. Sang istri masih tertidur pulas saat Haidar masuk. Bahkan wanita cantik itu tidak terusik sedikit pun saat sang suami melucuti pakaiannya yang basah karena air susu yang keluar.Kini hanya tersisa celana dalam berwarna hitam yang masih menempel, menutupi lahan gundul istrinya. Ia berusaha untuk tidak menatap terlalu lama bukit keci
Mendengar suara sang istri, ia tersadar dari lamunannya. "Aku pikir kamu menikmati sentuhan ini walau nggak tahu siapa yang menyentuhmu.""Boo, aku tahu itu kamu. Aroma tubuhmu sudah melekat di penciumanku. Walaupun orang lain memakai parfum yang sama, tapi aromanya tidak akan sama. Wangi tubuhmu benar-benar memabukkan," ucap Andin sembari terkekeh."Kalau begitu, aku nggak usah pakai parfum aja, supaya aroma tubuhku tidak akan ada yang menyamai," balas Haidar sembari tersenyum."Itu lebih bagus," sahut Andin, "Aku sangat suka aroma ketiakmu. Asem asem sedep," ucap Andin sembari tersenyum.Kemudian wanita cantik itu mendorong tubuh sang suami supaya terbaring. Lalu, ia naik ke atas tubuh kekar itu. "Aku yang akan memuaskanmu," ucapnya sembari mengedipkan sebelah matanya."Baiklah," ucap Haidar yang sudah memasrahkan tubuhnya untuk digarap oleh Bidadari mesum. "Lakukan sesukamu! Aku akan menikmatinya."Haidar melipat kedua tangannya di bawah
Setelah puas dengan gaya enam sembilan ia berpindah posisi lagi. Andin dan Haidar bangun dan terduduk. Wanita cantik itu sudah bersiap hendak duduk di pangkuan sang suami.Si Jagoan sang peliharaan Haidar langsung melesak ke dalam lembah keramat itu seiring dengan tubuh sang istri yang turun perlahan dan mendarat di pangkuan suaminya."Sempurna," ucap Haidar saat jagoannya melesak masuk ke dalam sumur keramat itu."Baru masuk aja udah nikmat," sahut Andin sembari menengadah dan memejamkan matanya. "Gimana kalau aku kasih goyangan sedikit?" Andin menangkup wajah suaminya, lalu mengecup bibir itu dengan mesra."Jangan sedikit! Aku maunya banyak, lama dan cepat," ucap Haidar sembari meremas-remas bongkahan kenyal bemper sang istri."Siap laksanakan, Komandan!" ucap Andin dengan tegas.Ibu dua anak itu mengalungkan tangannya di leher sang suami sebelum ia mengerakkan pinggulnya maju mundur, terkadang berputar-putar seperti orang sedang ngebor.
"Kamu nggak usah diet, Bee," kata Haidar sembari memandang wajah sang istri yang kelelahan. "Setiap hari kamu goyang kayak tadi, pasti lama-lama lemakmu menyusut. Itu cara ampuh untuk membakar lemak," ucap Haidar sembari terkekeh setelah mengecup lahan gundul garapannya.Andin bangun dan terduduk, lalu mengusap wajah sang suami dengan telapak tangannya. "Maunya."Wanita seksi yang masih polos tanpa busana itu turun dari tempat tidur, lalu meraih bajunya yang tercecer di sembarang tempat."Boo, bajuku basah." Andin berbalik menghadap sang suami sembari menunjukkan bajunya yang basah terkena air susunya."Aku tahu," sahut Haidar, "Tuh udah aku siapin pakaian untuk Bidadari mesum," tunjuk Haidar pada paper bag berwarna cokelat yang ada di atas meja.Andin menoleh pada paper bag yang ditunjuk sang suami, lalu berjalan menghampirinya. Ia mengambilnya dan kembali berjalan pada sang suami.Wanita cantik itu kembali naik ke tempat tidur untuk menciu
"Kamu istirahat aja dulu di sini! Aku mau menyelesaikan kerjaanku dulu, bentar lagi kita pulang." Haidar mengacak-acak rambut wanita cantik yang sedang duduk di pinggiran tempat tidur. Lalu, segera keluar dari kamar rahasia itu.iHaidar kembali mengerjakan kerjaannya yang ditinggal begitu saja. Ia harus segera menyelesaikannya supaya sang istri tidak lama menunggu.Satu jam sudah ia fokus dengan pekerjaannya setelah melakukan olah raga di kantor. Kini laki-laki itu sudah membereskan meja kerjanya. Ia tidak mau sang istri merasa bosan.Laki-laki itu bangun dari duduknya, mengayunkan langkah kaki masuk ke ruang rahasia yang ada di belakang meja kerjanya.Haidar membuka pintu ruangan itu perlahan. "Bee, ayo kita pulang!" ajak Haidar pada wanita yang meringkuk membelakanginya.Namun, tidak ada sahutan dari wanita cantik itu yang membuat Haidar kembali memanggil istrinya. Lalu, berjalan mendekati sang istri."Ya ampun dia ngorok lagi," ucap Haida
Setelah melihat rekaman CCTV itu, Baron mematikan komputer, membereskan meja kerjanya. Tidak lupa juga memasukkan selembar kertas bertuliskan kata-kata cinta yang ia temukan di meja istrinya ke dalam saku jas berwarna hitam. Laki-laki yang memakai setelan jas berwarna hitam itu keluar ruangan, mengayunkan langkah menuju ruangan sang CEO. Ia mengetuk pintu itu terlebih dulu sambil manggil sang tuan. Tidak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka. Sang CEO lah yang membukakan pintu ruangan itu, sementara sang istri masih di dalam kamar rahasia. "Apa Nyonya sudah pulang, Tuan?" tanya Baron karena tidak melihat istri sang tuan di dalam ruang kerja atasannya. "Dia sedang ti-" Ucapan Haidar terhenti saat terdengar suara pintu ruang rahasia itu terbuka. Haidar menoleh kepada sang istri, lalu berjalan menghampiri wanita cantik yang baru saja bangun dari tidurnya. Baron juga mengikuti langkah sang tuan, memasuki ruangan itu. "Bee,
Baron hanya tersenyum menanggapi pertanyaan istrinya, ia tidak menjawab pertanyaan sang istri. Laki-laki tampan itu membuka jas dan melemparnya ke sembarang arah. Lalu, masuk ke dalam kamar mandi."Es balok kenapa? Nggak biasanya dia seperti ini," gumam Tari setelah sang suami masuk ke dalam kamar mandi.Wanita cantik itu memunguti baju suaminya yang tercecer. "Apa seperti ini kalau sedang kelelahan?" tanya Tari, "Apa dia lupa kalau sudah beristri. Tapi, nggak mungkin. Tadi pagi dia masih normal. Apa kepalanya terbentur sesuatu hingga mendadak hilang ingatan." Tari berbicara sendiri, duduk di pinggiran tempat tidur sambil mendekap pakaian kotor sang suami."Ah sudahlah. Jangan berprasangka buruk dulu! Mungkin dia lelah." Tari bangun dari duduknya, berjalan menuju ruang ganti untuk mengambilkan pakaian sang suami. Sebelumnya ia menaruh pakaian bekas pakai itu di keranjang baju kotor.Setelah kembali duduk di pinggiran tempat tidur sembari menunggu sang sua
Baron menggenggam jemari lentik sang istri. “Pernikahan kita terlalu mendadak dan terburu-buru. Mungkin kamu mau menerima saya sebagai suami kamu karena tidak bisa menolak perintah Tuan Haidar. Untuk itu saya mengerti,” ujar laki-laki yang selalu bersikap tenang.Ada jeda yang cukup lama sebelum laki-laki yang mempunyai brewok tipis di rahangnya itu melanjutkan ucapannya. Ia menatap wajah sang istri yang tampak kebingungan dengan ucapannya. Baron tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya.“Sayang … sebelum menikah dengan saya, apa kamu mempunyai seorang kekasih? Atau ada seseorang yang diam-diam menyukaimu seperti saya ini?” tanya Baron sembari tertawa pelan.Laki-laki itu merasa geli sendiri jika membayangkan kelakuannya dulu yang selalu menyelidiki sekretaris cantik itu diam-diam. Bahkan ia selalu mengelak kalau sang tuan menuduhnya menyukai Tari, sang sekretaris CEO.“Abang kenapa tertawa? Aku udah serius ngeden