Home / Romansa / Pesan Dari Istri Calon Suamiku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pesan Dari Istri Calon Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10

40 Chapters

Pesan Tengah Malam

Pesan Dari Istri Calon SuamikuBab 1*****Ting....Sebuah pesan masuk melalui aplikasi oval berwarna biru.Entah siapa yang mengirimkan pesan tersebut tengah malam  begini. Namun, walau aku enggan untuk membacanya,  tapi tetap saja kuraih benda pipih yang berada diatas nakas tersebut. Tanpa rasa curiga atau perasaan lain, kubaca pesan tersebut. "Saya tidak yakin, apakah anda akan membaca pesan saya ini, atau mungkin Zainal sendiri yang membacanya."Deg... Tiba-tiba jantungku seperti meloncat keluar,  ketika membaca pesan yang paling atas. Entah kenapa, mata yang semula sangat mengantuk, kini kurasakan mulai memanas. Apalagi ketika membaca pesan dibawahnya. "Saya tidak tau seberapa dalam hubunganmu dengan Mas Zen.  Namun perlu kamu ketahui,  sampai detik ini,  status saya masih sah sebagai is
Read more

Flash Back

Sudah 3 hari aku mengurung diri dalam kamar.Keluar hanya ketika ingin ke kamar mandi.Selama itu pula aku menutup akses komunikasu dengan Zen. Untuk saat ini, jujur, aku belum siap untuk bertemu dengannya. Atau sekedar berbicara lewat telepon. Hanya Ningrum yang selalu setia menemani, membawakan makanan, juga mendengarkan semua keluh kesahku. "Miranti, jangan biarkan dirimu larut dalam kebodohan. Bangkit, carilah kebenaran dan lawan."Sebuah pesan dari Ningrum beberapa saat setelah dia berangkat kerja tadi pagi.  Ku buka aplikasi berwarna biru di telepon pintarku. Mencoba mencari titik terang tentang semua yang terjadi padaku. Wanita itu mengaku banyak tau tentang diriku, dan aku ingin memastikan tentang hal itu.  Ku buka tiap status dan foto yang pernah aku posting disana, berharap bisa menemukan sesuatu.  2 Januari 2017
Read more

Aprillia Rahayu

Ku gigit bibirku, tak terasa, kedua pipi telah basah oleh air mata. Kupejamkan mata, kembali mencoba mengingat tentang awal kedekatan ku dengan Zen. Apakah aku begitu mencintainya? Sehingga sampai detik ini, tak sepatah katapun yang keluar dari mulutku untuk mencari kebenaran langsung darinya. Drrttt... drrttt.... Getaran telepon genggam yang kuletakkan di atas nakas menyadarkanku dari lamunan. Sebuah pesan dari Aprillia. Entah kenapa, membaca namanya saja sudah membuatku was-was. Ada rasa ketakutan tersendiri tiap menerima pesan darinya. Ketakutan akan adanya kejutan yang tak terduga darinya, seperti yang sudah dia kirim sebelumnya. Akhirnya, ku baca pesan darinya, setelah beberapa kali menarik nafas. Berharap, tak ada kejutan lagi disana. "Mbak Miranti, maaf sebelumnya jika pesan saya ini mengganggu. Saya tau, Mbak pasti tidak atau mungkin b
Read more

Break Up!

Kusimpan bukti pengiriman itu, lalu kukembalikan kemeja Mas Zen ketempat semula.Jika semua pertanyaanku tidak mendapatkan jawaban dari Mas Zen, maka, aku akan mencari jawaban dengan caraku sendiri.Ku buka telepon genggamku, dan mulai berselancar di akun salah satu media sosialku. Ku cari akun dengan nama Shiva, yang sebelumnya sudah aku simpan.Lalu, mataku tertuju pada sebuah unggahan foto di dalam gedung bioskop. Tampak disana, foto seorang laki-laki yang sangat aku kenal, sedang makan popcorn. Sementara di sebelahnya, duduk seorang gadis cantik yang aku ketahui bermana Miranti. Sakit, benar-benar sakit sekali hatiku melihat kemesraan mereka. Aku yang sudah menjadi istrinya saja, belum pernah sekalipun di ajak nonton film, sementara dia....Kecemburuan dan rasa sakit hatiku saat melihat kemesraan yang mereka pamerkan sungguh membunuh akal sehatku. Dengan rasa rem
Read more

Teror

Sepanjang perjalanan pulang, air mataku tak henti mengalir. Tak lagi kuhiraukan pandangan orang-orang yang menatapku penuh tanya tatkala berpapasan denganku. Hatiku remuk redam, namun di sudut hati yang lain, ada rasa lega disana. Himpitan dan tekanan yang selama ini mendera, perlahan menghilang, seiring cucuran air mata yang menganak sungai. Sesampai di kamar kos, kulihat Ningrum, sahabatku disana. Aku menghambur kearahnya, tergugu dalam pelukannya. "Ranti ... kamu baik-baik saja, kan?" tanyanya setelah tangisku reda. Dia menautkan kedua alisnya,  menatap diriku yang mungkin tampak begitu acak-acakan di matanya. "Ningrum ... aku sudah putus dengan Zen."Kembali aku menangis setelah menjawab pertanyaan Ningrum. Lalu, ku buka telepon genggamku dan memberikan padanya. Tampak, Ningrum begitu terkejut setelah dia membaca perc
Read more

Zen

POV Zen*****Hampir satu minggu aku tidak bisa menghubungi Miranti. Gadis yang kukenal dua tahun terakhir, melalui sebuah chat grup. Seorang gadis dewasa, dan sangat matang. Dengan postur tubuh semampai dan wajah oriental yang sangat cantik. Ditambah lesung pipi, yang membuatku semakin tergila-gila padanya.  Butuh perjuangan yang panjang untuk mendapatkan perhatiannya.
Read more

Bukti Baru

Setelah kurasa semua bukti lengkap, kutekan nomer telepon kakakku. Setelah beberapa saat tak ada respon, kuputuskan untuk mengirimkan pesan. Namun, belum lagi ku ketik pesan yang hendak aku kirim. Sebuah pesan dari kakakku masuk."Ranti ... pulanglah. Mama sakit."Tulis kakakku dalam pesannya. Sakit apa Mama? Kemarin aku baru saja ngobrol dengannya, dan beliau sehat-sehat saja, batinku. Kupacu mobil dengan kecepatan sedang, membelah jalanan panas kota Bandung. Walau pikiranku dipenuhi dengan kekhawatiran, namun aku berusaha tenang. Kutepis semua pikiran buruk tentang sakit yang di derita Mama. Mama memang mempunyai penyakit gula. Dan setahun terakhir ini, sudah tidak pernah kambuh lagi. Mengingat hal itu, dadaku terasa sakit. Setelah hampir satu jam, mobilku memasuki halaman rumah yang gerbangnya te
Read more

Bukti Baru 2

Andika menatapku penuh iba. Sementara aku, seperti orang linglung yang kehilangan akal. Yang bisa aku lakukan hanyalah bengong, sambil berkali-kali menarik nafas panjang. Seorang pelayan datang membawa pesanan makanan kami. Namun, selera makanku menjadi hilang.Andika yang semula duduk di depan kini berada di sebelahku, sambil menyodorkan secangkir mocha hangat. Ku genggam cangkir dengan kedua tanganku, merasakan hangatnya menyentuh jari jemariku. "Aku akan berada di sampingmu, Ranti. Kita hadapi ini bersama-sama."Kini, selain hangat secangkir mocha, ada kehangatan lain yang kurasakan. Ketika Andika menggenggam tanganku. "Terima makasih, Dika. Tapi, aku tak mau melibatkan orang lain dalam masalah ini. Apalagi ini ....""Ssssstttt ...."Kalimatku terhenti, saat  Andika meletakkan dua jarinya di bibirku. 
Read more

Emosi

Setelah mempertimbangkan masukan dari Andika untuk melaporkan Zen, dengan UU IT, karena tindakannya tersebut berhubungan dengan perbuatan tidak menyenangkan.Dan sudah bisa dipidanakan, karena sudah ada ancaman di dalamnya. Ancaman menyebarkan foto tanpa ijin.Kuhubungi Mas Yoga, dan mengatakan akan datang ke tempat kosku sepulang kerja. Sementara Mas Bayu tidak bisa datang, karena kebetulan sangat sibuk dengan pekerjaan di kantornya.Namun Mas Bayu memberi dukungan penuh dengan keputusan yang aku buat. Aku berharap, setelah ini, tak akan lagi ada permasalahan.Sebuah panggilan masuk ke dalam ponselku. Kucari-cari benda berbunyi nyaring tersebut, hingga kudapati ia ada di dalam laci. Buru-buru kutekan tombol warna hijau untuk menerimanya. Mungkin sebuah kabar penting, karena pagi-pagi sekali sudah meneleponku. Saat sambungan telepon
Read more

Pertemuan Miranti dan April

-Pekerjaan akan cepat selesai, jika dikerjakan bersama-sama-Sambil menunggu pesanan kami datang, kami mencoba membahas hal-hal yang ringan. Walau awal percakapan terasa kaku, namun lambat laun kami menjadi akrab dan percakapan diantara kami makin cair. "Mbak April, aku benar-benar minta maaf dengan apa yang pernah terjadi antara aku dan Zen," ucapku meraih tangan April."Aku sungguh-sungguh tidak tau kalau saat itu dia masih berstatus suami Mbak. Karena yang aku tau, dia adalah duda dengan satu anak. Mbak ... mau, kan, memaafkan aku?" Kulihat April nenunduk, sambil menggenggam tanganku. Aku tau, bukan hal yang mudah untuk memaafkan seseorang yang telah menyebabkan rumah tangganya di ujung kehancuran. Bahkan sampai kehilangan anak yang ada dalam kandungannya. Dihelanya  nafas dalam-dalam sebelum akhirnya April berkata. "Aku sudah
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status