Share

Zen

Author: Yani Santoso
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
POV Zen

*****

Hampir satu minggu aku tidak bisa menghubungi Miranti. 

Gadis yang kukenal dua tahun terakhir, melalui sebuah chat grup. 

Seorang gadis dewasa, dan sangat matang. 

Dengan postur tubuh semampai dan wajah oriental yang sangat cantik. 

Ditambah lesung pipi, yang membuatku semakin tergila-gila padanya. 

Butuh perjuangan yang panjang untuk mendapatkan perhatiannya.

Bahkan untuk menarik perhatiannya, aku harus melakukan kebohongan demi kebohongan.

Namun akhirnya, semua terbayar ketika dia mulai membuka hatinya untukku, bahkan bersedia menerima pinangan dariku. 

Walau sebenarnya, statusku masih sah sebagai suami dari Aprillia Rahayu. 

Wanita yang aku nikahi selama hampir tiga tahun. 

Dulu, aku memang pernah tergila-gila pada April. 

Namun setelah menikah denganku, tak kulihat lagi dirinya yang dulu. 

Jika dulu dia tampak begitu menggoda, dengan wajah cantik yang selalu dihiasi make up, kini yang kutemui tiap kali pulang ke rumah, tak lebih dari seorang perempuan berdaster dengan wajah pucat. 

Dan lebih mengecewakan jika aku harus membahas bagaimana pelayanannya di atas ranjang. 

Aku adalah laki-laki normal, jika setiap hari hanya disuguhi pemandangan seperti itu, aku pasti akan bosan. 

Hal tersebut awalnya kuanggap sebagai kebosanan biasa, namun semua menjadi berubah ketika aku berkenalan dengan Miranti. 

Namun entah mengapa, setiap kali aku memandang wajah Miranti, aku seperti terhipnotis, lupa akan statusku. 

Dalam pikiranku adalah, aku harus mendapatkan Miranti, walau dengan cara apapun. 

Salahkah aku jika mencari yang lain, yang bisa membuat aku bahagia? 

Hingga suatu ketika, kudapati April tengah membaca semua pesan dari Miranti yang ada di ponselku. 

Tapi hal itu tidak membuatku mundur ataupun menjauhi Miranti. 

Aku justru tertantang untuk membuktikan pada April, bahwa aku bisa mendapatkan seorang istri lagi, walau tanpa persetujuannya. 

Bukankah beristri lebih dari satu bukan suatu hal yang terlarang? Bukankah hal tersebut jauh lebih baik daripada aku melakukan zina dan membeli kepuasan diluar? 

Beberapa kali April memohon padaku untuk berhenti berhubungan dengan Miranti. 

Tapi kata-katanya hanya aku anggap sebagai angin lalu. 

Dan selebihnya, dia hanya memilih untuk mendiamkanku. 

Hingga puncaknya, saat dia berusaha membuka telepon genggamku yang sudah aku pasang kata sandi. Aku melihat perbuatannya, hal tersebut membuat aku benar-benar marah dan memutuskan untuk meninggalkan April dan memilih pulang kerumah orang tuaku. 

Beberapa kali April mencoba menghubungiku, baik melalui pesan maupun panggilan telepon. 

Namun semua itu aku abaikan, aku memilih untuk memblokir akses komunikasi dengannya. 

Setelah beberapa bulan bebas dari rengekan April, kembali aku mendapatkan kabar, bahwa dia tengah hamil. 

Akan tetapi hal tersebut tidak serta merta membuatku pulang, tapi justru membuat tekadku semakin bulat untuk berpisah dengan April. 

Drrttt... drrttt... 

Beberapa panggilan masuk, aku tau siapa yang menelponku. 

April. 

Lalu, beberapa detik kemudian, sebuah pesan dari Kak Amel, kakak iparku kuterima.

Dia mengabarkan bahwa April mengalami pendarahan,  dan sedang dirawat dirumah sakit. 

Sebenarnya saat itu aku begitu kaget, dan ingin ada disampingnya. Bagaimanapun, anak yang ada dalam kandungannya adalah darah dagingku. 

Tapi aku tidak bisa datang dan berada disampingnya.

Karena saat itu, aku dan keluarga besarku sedang melangsungkan proses lamaran dirumah Miranti. 

Dan aku tidak mau merusak apa yang selama ini aku perjuangkan. 

Sebuah pesan kuterima. 

"Mas, kamu telah membuat aku begitu kecewa padamu. Dan selamat atas pertunangan kalian, tapi jangan senang dulu. Aku akan memberimu kejutan. Sesuatu yang tidak pernah kamu bayangkan."

Tulis pesan itu, yang kuketahui dikirim oleh April dengan menggunakan nomer baru. 

Kejutan? 

Kejutan apa yang bisa kamu berikan padaku, April? 

Walau aku masih sayang padamu, tapi kini, kamu sudah tidak semenarik dahulu. 

Percayalah, setelah aku mendapatkan Miranti, aku akan menyelesaikan masalah diantara kita. 

Drrttt... drrtt... 

Sebuah panggilan masuk dalam telepon genggamku. 

Kegalauan dalam hatiku langsung sirna, ketika kulihat nama ternyata Miranti.

"Halo, Bund ... kamu dimana? Kamu baik-baik saja, kan?" cecarku tatkala panggilan tersambung. 

"Aku ingin bertemu denganmu, Mas," jawab Miranti datar. 

Walau aku merasa sedikit janggal akan jawabannya, namun aku urung bertanya lebih jauh. 

Karena, tidak biasanya Miranti memanggilku dengan sebutan Mas. 

Membayangkan dan menunggu hari pertemuan dengan Miranti, sungguh sesuatu yang teramat membosankan.

Beberapa kali aku melakukan kesalahan dalam bekerja, dan ini benar-benar menyiksa.

Miranti sayang, tunggu aku datang ya....

***

Sesuai janjiku kemarin, hari ini aku berniat untuk menemui Miranti di Bandung. 

Sengaja aku berangkat pagi-pagi, untuk menghindari kemacetan. 

Selama perjalanan, aku selalu membayangkan wajah Miranti yang ayu. 

Apakah kamu sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan kita, sehingga kamu begitu ingin bertemu denganku?

Akhirnya, sampai juga aku ditempat dimana kami akan bertemu. 

Kupesan minuman dingin dan menunggu kedatangan Miranti. 

Dari balik jendela kaca, kulihat seorang gadis berjalan ke arah dimana aku duduk. 

Namun, tak kulihat senyum di wajah itu. Senyum yang sering kulihat dan aku bayangkan. 

Wajah itu, terlihat murung. 

Bahkan, saat kami sudah duduk berhadap-hadapanpun, wajah itu tetap tampak murung.

Ada apakah dengan gadisku ini? 

"Bund, kamu baik-baik saja kan, kamu sakit?" tanyaku khawatir.

"A-aku baik-baik saja, Mas," jawabmu. 

Dan lagi-lagi aku merasa ada yang janggal dengan Miranti. 

Lagi-lagi, dia memanggilku dengan sebutan Mas. 

Belum habis rasa terkejutku, Miranti mengeluarkan sebuah amplop coklat yang cukup besar dari dalam tasnya. 

Diserahkannya amplop itu padaku. 

Saat kutanya apa isi amplop tersebut, dia malah menyuruhku membukanya untuk menemukan jawaban. 

Betapa terkejutnya aku, saat kulihat apa yang ada dalam amplop tersebut. 

Beberapa lembar foto pernikahanku dengan Aprillia, juga fotokopi dari surat nikahku, serta beberapa screen shot percakapan antara dirinya dengan April, istriku.

"Darimana kamu mendapatkan ini semua, Miranti?" tanya saat itu. 

Bukannya menjawab pertanyaanku, Miranti justru kembali bertanya padaku. 

"Benarkah semua itu, Mas?" tanya Miranti penuh selidik, sambil matanya menatap tajam kepadaku. 

Seolah ingin menguliti keberanianku. 

Tak kujawab pertanyaan Miranti, aku justru memintanya untuk memberiku kesempatan sekali lagi. 

Ternyata, hal itu membuat Miranti marah, masih denga tatapan penghakimannya, dia memutuskan hubungan denganku. 

Miranti ingin mengakhiri semua hubungan denganku. 

Belum sempat aku berkata, menjawab semua kalimat yang meluncur dari bibirnya, dia telah berlari meninggalkan aku. 

Setelah sebelumnya memberiku sebuah foto. Foto April ketika dia tengah dirawat di rumah sakit akibat keguguran. 

Dan hal itu benar-benar membuatku kehilangan kata-kata. 

Inikah kejutan yang dimaksud oleh April waktu itu? 

Tidak, aku tidak boleh begitu saja menyerah ataupun mundur. Setelah semua perjuangan dan pengorbanan yang aku lakukan untuk mendapatkan Miranti. 

***

Beberapa kali kucoba menghubungi Miranti, namun ternyata dia telah memblokir semua akses komunikasi denganku. 

Bahkan semua akun media sosialkupun tak luput dari blokirnya. 

Bermodal sebuah akun baru, kucoba untuk melihat aktifitas Miranti di akun media sosialnya. 

Hatiku mendidih tatkala kulihat dia ber ha ha hi hi ddengan teman-temannya disana. 

Bahkan kulihat sebuah postingan yang dia unggah, yang mengatakan bahwa dia ingin mengubur semua kenangan silam dan move on. 

Aku benar-benar tidak terima. 

Begitu mudah dia ingin mengakhiri semua setelah apa yang aku berikan padanya. 

Mataku tertuju pada beberapa akun, kulihat dua akun tersebut begitu aktif komen di setiap postingan yang diunggah oleh Miranti. 

Dan aku tidak terima melihat kedekatan mereka. 

Lalu, aku hubungi satu persatu akun yang kurasa dekat dengan Miranti, terutama akun pria. 

Dalam pesan, aku menyuruh mereka untuk menjauhi Miranti. 

Tentu saja dengan kububuhi sedikit kalimat intimidasi dan makian jika mereka kekeh bertahan. 

Aku sudah berjalan sejauh ini, aku rela kehilangan istriku.

Dan aku tidak rela jika harus kehilangan Miranti. 

Akan kulakukan apapun untuk mempertahankannya.

***
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mario Seixas
mungkin banyak pria di luaran sana kurang lebih berfikir sprti zien , yang menjadikan wanita sebuah permainan .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Bukti Baru

    Setelah kurasa semua bukti lengkap, kutekan nomer telepon kakakku.Setelah beberapa saat tak ada respon, kuputuskan untuk mengirimkan pesan.Namun, belum lagi ku ketik pesan yang hendak aku kirim.Sebuah pesan dari kakakku masuk."Ranti ... pulanglah. Mama sakit."Tulis kakakku dalam pesannya.Sakit apa Mama? Kemarin aku baru saja ngobrol dengannya, dan beliau sehat-sehat saja, batinku.Kupacu mobil dengan kecepatan sedang, membelah jalanan panas kota Bandung.Walau pikiranku dipenuhi dengan kekhawatiran, namun aku berusaha tenang.Kutepis semua pikiran buruk tentang sakit yang di derita Mama.Mama memang mempunyai penyakit gula. Dan setahun terakhir ini, sudah tidak pernah kambuh lagi.Mengingat hal itu, dadaku terasa sakit.Setelah hampir satu jam, mobilku memasuki halaman rumah yang gerbangnya te

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Bukti Baru 2

    Andika menatapku penuh iba.Sementara aku, seperti orang linglung yang kehilangan akal.Yang bisa aku lakukan hanyalah bengong, sambil berkali-kali menarik nafas panjang.Seorang pelayan datang membawa pesanan makanan kami.Namun, selera makanku menjadi hilang.Andika yang semula duduk di depan kini berada di sebelahku, sambil menyodorkan secangkir mocha hangat.Ku genggam cangkir dengan kedua tanganku, merasakan hangatnya menyentuh jari jemariku."Aku akan berada di sampingmu, Ranti. Kita hadapi ini bersama-sama."Kini, selain hangat secangkir mocha, ada kehangatan lain yang kurasakan.Ketika Andika menggenggam tanganku."Terima makasih, Dika. Tapi, aku tak mau melibatkan orang lain dalam masalah ini. Apalagi ini ....""Ssssstttt ...."Kalimatku terhenti, saat Andika meletakkan dua jarinya di bibirku.

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Emosi

    Setelah mempertimbangkan masukan dari Andika untuk melaporkan Zen, dengan UU IT, karena tindakannya tersebut berhubungan dengan perbuatan tidak menyenangkan.Dan sudah bisa dipidanakan, karena sudah ada ancaman di dalamnya.Ancaman menyebarkan foto tanpa ijin.Kuhubungi Mas Yoga, dan mengatakan akan datang ke tempat kosku sepulang kerja.Sementara Mas Bayu tidak bisa datang, karena kebetulan sangat sibuk dengan pekerjaan di kantornya.Namun Mas Bayu memberi dukungan penuh dengan keputusan yang aku buat.Aku berharap, setelah ini, tak akan lagi ada permasalahan.Sebuah panggilan masuk ke dalam ponselku.Kucari-cari benda berbunyi nyaring tersebut, hingga kudapati ia ada di dalam laci.Buru-buru kutekan tombol warna hijau untuk menerimanya.Mungkin sebuah kabar penting, karena pagi-pagi sekali sudah meneleponku.Saat sambungan telepon

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Pertemuan Miranti dan April

    -Pekerjaan akan cepat selesai, jika dikerjakan bersama-sama-Sambil menunggu pesanan kami datang, kami mencoba membahas hal-hal yang ringan.Walau awal percakapan terasa kaku, namun lambat laun kami menjadi akrab dan percakapan diantara kami makin cair."Mbak April, aku benar-benar minta maaf dengan apa yang pernah terjadi antara aku dan Zen," ucapku meraih tangan April."Aku sungguh-sungguh tidak tau kalau saat itu dia masih berstatus suami Mbak. Karena yang aku tau, dia adalah duda dengan satu anak. Mbak ... mau, kan, memaafkan aku?"Kulihat April nenunduk, sambil menggenggam tanganku.Aku tau, bukan hal yang mudah untuk memaafkan seseorang yang telah menyebabkan rumah tangganya di ujung kehancuran. Bahkan sampai kehilangan anak yang ada dalam kandungannya.Dihelanya nafas dalam-dalam sebelum akhirnya April berkata."Aku sudah

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Setelah Pertemuan

    -POV Aprill-****Hari ini, ketika aku sibuk menyiapkan persiapan ulang tahun untuk Ibuku, sebuah panggilan masuk ke telepon genggamku.Kulihat tertulis nama Miranti di layar.Aku sengaja tidak segera mengangkatnya, karena aku selalu beranggapan bahwa, jika memang ada hal penting yang ingin dibicarakan, maka seseorang akan kembali menghubungi jika panggilan pertama tidak di jawab.Setelah dua panggilan tidak aku jawab, aku berpikir dia tak akan menelepon lagi.Ternyata aku salah.Maka, pada panggilan ke tiga, aku buru-buru menjawab panggilannya.Dari seberang, kudengar suara seorang wanita, yang aku yakini adalah suara Miranti.Suaranya terdengar sedikit gemetar.Walau kami sering berkomunikasi, tapi kami hanya berkomunikasi lewat pesan.Dan ini adalah kali pertama kami ngobrol melalui sambungan telepon.Ada rasa canggung saat kami memul

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Penguntit

    Andika yang tiba-tiba sudah ada dalam ruangan, mengagetkanku.Dia mengatakan bahwa aku ditabrak, bukan ditabrak.Mendengar apa yang dikatakan Andika, pikiranku diliputi berbagai pertanyaan.Siapa yang dengan sengaja menabrakku atau kenapa aku ditabrak dan apakah aku menegenal orang yang menabrakku?Belum lagi pertanyaan yang berputar-putar di kepalaku terjawab, Ningrum menimpali kalimat Andika, yang semakin membuat kepalaku bertambah pusing."Andika benar, Ranti. Karena aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, ketika pengendara motor tersebut sengaja menabrakmu."Ningrum mendekatkan mulutnya ke telingaku, seolah takut ada orang lain yang mendengar apa yang baru saja dia katakan."A-apa yang kalian bicarakan? Kepalaku sakit sekali."Aku berkata sambil memegang kepalaku yang tiba-tiba berdenyut dan terasa seperti dipukul benda tumpul, hingga membuatku meringis

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Penguntit (2)

    "Mas mau keluar sebentar mencari udara segar, sekaligus mau memberitahu Mama juga Mbakmu, Laras. Kalau belum bisa pulang hari ini."Mas Yoga berkata sebelum keluar ruangan."Dika, aku titip Ranti sebentar ya. Kalau ada apa-apa, cepat hubungi aku." Mas Yoga melanjutkan kalimatnya.Hingga kemudian berjalan kearah pintu dan menghilang dari pandangan.Ruangan dimana aku dirawat menjadi hening.Hanya ada aku dan Andika, yang sibuk dengan pikiran kami masing-masing.Sementara aku sendiri, masih dihantui rasa takut. Apalagi setiap mengingat peristiwa beberapa hari yang lalu, saat motor yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrakku.Dan tiap kali mengingatnya, kepalaku terasa begitu sakit."Ranti ... kamu tidak apa-apa?" tanya Andika yang sudah berdiri di dekat brankar."A-aku tidak apa-apa Dika, hanya kepalaku terasa sakit tiap

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Penganiayaan

    Rasanya tak sabar menunggu Andika datang sambil membawa mocha hangat.Beberapa kali aku meneleponnya, namun sambungannya selalu sibuk.Mungkin dia sedang ngobrol di telepon.Karena bosan sendirian, kucoba menghubungi Mas Yoga.Namun, telepon Mas Yoga pun sama, tidak dapat dihubungi.Oh iya, mungkin Mas Yoga sedang menelepon Mbak Laras.Bukankah tadi memang ingin menelepon istrinya sekaligus memberitahu bahwa belum bisa pulang.Sebenarnya aku ingin turun dari brankar, namun kepalaku sedikit berdenyut, sehingga kuurungkan niatku dan memilih untuk mengambil remot dan menonton salah satu acara di televisi.Ku kecilkan volume televisi, sehingga aku tetap bisa mendengar jika sewaktu-waktu ada yang meneleponku.Sengaja kuletakkan ponsel di bawah bantal.Ketika tiba-tiba, kulihat seseorang berjalan mengendap mendekat ke pintu.

Latest chapter

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   End Well

    Hari ini, rencananya mas Bayu akan datang ke rumah.Aku sudah bersiap-siap sejak pagi, karena semalam tidur awal, bahkan sejak sore, membuat tubuhku terasa lebih segar.Terlebih aku juga menadapat kabar bagus dari Ningrum ketika membuka ponselku."Ranti, Zen sudah dipindah ke kantor cabang, aku tidak bisa memecat dia karena urusan pribadi, terlebih, kita ada perjanjian kontrak dengannya. Jadi jalan terbaik adalah, memindahkan dia. Sementara Adele, aku merumahkannya untuk sementara waktu, sambil menunggu surat pemecatan dari HRD."Pesan yang di kirim Ningrum dan kubaca tadi pagi ketika bangun tidur.Ningrum benar, dan keputusan yang diambilnya juga sudah tepat.Lalu, dengan cepat aku menulis pesan balasan untuknya."Terima kasih, Ningrum. Kamu memang yang terbaik."Sambil kububuhi emo hati di pesan balasanku.Sekarang, aku tinggal bersiap-siap untuk menunggu kedatangan mas Bayu dan kejutan yang akan dibawanya hari ini.Kupilih

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   All Well

    Aku meninggalkan ruanganku dengan perasaan campur aduk, rasanya, sulit sekali untuk memaafkan orang yang sama dan telah berkali-kali melukai hati dan perasaan.Aku lelah sekali, tak sanggup jika harus berurusan lagi dengan Zen.Aku dan dia sudah lama berakhir, dan akhir dari hubungan kami sangat tragis dan begitu menyakitkan, baik buatku ataupun dia. Dan aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dua kali. Biarlah Ningrum yang akan mengurus semuanya, tentang keberadaannya di kantor, Ningrum lebih tahu apa yang harus dilakukan.Begitu juga dengan Adele, dia juga tidak bisa berlama-lama ataupun dipertahankan keberadaannya.Aku mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Ningrum, semakin cepat dia menyelesaikannya, semakin baik."Ningrum, tolong kamu urus semuanya, aku tak sanggup lagi jika harus berlama-lama berhadapan dengan mereka.""Kamu baik-baik saja, kan, Ranti?" Tanya Ningrum khawatir."Aku baik-baik saja, Ningrum. Aku hanya butuh sedikit waktu

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Siapa Kamu Sebenarnya?

    Kali ini, aku memastikan semua rencanaku berjalan dengan lancar.Aku tidak ingin menjadi pecundang dua kali dengan kasus yang sama, dan kupastikan, mereka yang terlibat tidak akan kuberi ampun.Hari ini, aku menunggu kabar dari orang yang kupercaya untuk mencari tahu tentang Adele, baru sehari bekerja, dia sudah mengirimiku beberapa laporan yang membuatku tersenyum. Kerjanya begitu cepat, hanya dalam hitungan jam, dia sudah memberiku beberapa informasi penting, termasuk siapa saja orang-orang yang dekat dengannya.Aku tertawa melihat salah satu foto yang kudapat darinya.Seperti yang kuduga dari awal, semua pasti berhubungan dengan Zen, dan itu juga menguatkan dugaan Andika yang pernah dikatakan padaku beberapa waktu lalu.Kupandangi layar laptopku sekali lagi, kemudian aku manggil Adele dan Ningrum ke ruanganku."Bu Ranti memanggil saya?" tanya Adele yang datang lebih dulu."Iya, aku membutuhkan bantuanmu untuk melakukan sesuatu untukku,

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   I Got You

    Aku masih tak percaya dengan pemaparan dari hasil investigasi Revan.Beberapa kali aku membaca huruf demi huruf yang tertera di atas kertas yang di serahkan Revan.Adele? Kenapa harus dia?Aku sama sekali tidak mengenalnya, bahkan sebelum ini.Kualihkan tatapanku pada Ningrum, berharap dia mempunyai jawaban untukku.Namun sia-sia, kulihat Ningrum malah mengangkat kedua bahunya."Baiklah, satu-satunya jalan untuk memastikan data itu milik Adele, kita harus kembali ke kantor.Dan ini tugasmu, Ningrum."Aku menatap Ningrum sambil tersenyum, karena semua data karyawan Ningrum yang pegang."Aha ... itu baru bener," ujar Revan sambil menjentikkan jarinya."Kenapa aku ga kepikiran sampai ke situ, ya?" gumam Ningrum."Minum ini dulu, biar jernih pikiran."Revan menyodorkan gelas berisi es teh pada Ningrum.Aku hanya tersenyum melihat tingkah dua orang temanku ini. Dari dulu, mereka memang tidak akur."Jadi bagaimana Nona-Nona? A

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Titik Terang

    "Aku tahu, kamu makin ketakutan."Berkali-kali aku mengeja kalimat itu, mencoba memahami maksud dari status yang diposting Adele.Namun tetap saja, aku tidak mengerti maksud di balik kalimat tersebut.Seperti tersengat belut listrik, mataku membulat dengan lebar begitu aku teringat sesuatu.Aha ....Kurasa, aku tahu maksud kalimat tersebut.Bukankah kalimat tersebut sering ditujukan pada orang-orang dengan tujuan mengintimidasi? Dan itu adalah perasaan yang beberapa hari terakhir ini menghantuiku.Aku ditakut-takuti dengan cara mengirim pesan, dan mengoyak masa laluku.Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa takut pada diriku.Apakah Adele?Drtt ... drrtt ....Ponsel yang ku simpan di dalam laci bergetar.Sebuah pesan masuk dalam aplikasi berwarna hijau."Aku sudah menemukan siapa pemilik nomer tersebut, Ranti."Wow ... cepat sekali kerja Revan.Dia hanya butuh waktu kurang dari setengah hari untuk menemukan pemilik n

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Adele

    Pagi ini, kepalaku sedikit berdenyut, karena hampir semalaman aku tidak tertidur.Pesan dari nomer tak di kenal begitu menyita waktu istirahatku.Dia seolah benar-benar ingin membuatku merasa tidak tenang dengan pesan-pesan yang dikirimkannya."Ningrum, hari ini aku datang ke kantor agak siang. Kepalaku sedikit pusing."Aku memutuskan untuk ke kantor sedikit terlambat, dan memberitahukan pada Ningrum. Hal itu kulakukan karena Ningrum bisa mengambil tugasku untuk sementara, selama aku belum datang. Ningrum adalah orang kepercayaanku.Lima menit kemudian, masuk pesan balasan dari Ningrum."Hayo ... ngapain aja kamu semalam?"Aiih ... Ningrum sepertinya sedang meledekku.Ada emo curiga di akhir pesannya. Dia pasti berpikir negatif tentangku."Kepalaku pusing bukan karena keluyuran, tapi karena teror pesan dari nomer tidak di kenal," balasku cepat.Drttt ... drtt....Ningrum menelponku.Rupanya pesan balasanku membuatnya tergerak

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Sisa Luka

    Double date malam ini, memberiku sebuah kejutan dan juga pelajaran.Kejutannya adalah, wanita yang di kencani oleh mas Bagus selama ini ternyata adalah Ningrum.Aku yakin, baik mas Bagus maupun Ningrum juga tidak menyangka jika pasangan kencannya adalah oranf yang sudah lama mereka kenal.Sementara pelajaran yang kupetik adalah, perjuangan tidak akan menghianati hasil.Hal itu sudah dibuktikan oleh Ningrum dan mas Bagus.Mereka berjuang untuk mendapatkan pasangan yang baik, dan keduanya di pertemukan walau dalam kesempatan yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.Kini, hanya aku yang masih tertinggal.Masih terbelenggu dan terkungkung oleh trauma kelam masa silam.Walau aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencoba menyembuhkan dan melawan rasa ketakutan yang muncul dari dalam diriku, namun tetap saja, selalu terbersit rasa ketakutan dari dalam diriku sendiri.Bukan karena aku tidak bisa atau belum mampu melepaskan Zen atau meneri

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Ningrum?

    "Miranti, Andika?" ucapnya pelan.Aku dan Andika berpandangan sesaat, lalu kami secara bersamaan berkata."Ningrum?"Setelah beberapa saat dibuat terkejut, spontan tawaku langsung meledak."Jadi, teman kencan Mas Bayu itu Ningrum?" tanyaku di sela-sela tawa.Mas Bagus ikut tertawa, sementara Ningrum menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Sejak kapan kalian kencan online dan saling kenal?" tanyaku lagi setelah tawaku reda."Sejak sebulan yang lalu, kami kencan online. Dan baru tahu hari ini kalau ternyata yang aku kencani adalah Ningrum."Mas Bagus menjawab pertanyaan, mendengar jawaban dari kakakku itu, kembali tawaku meledak. Aku tidak bisa membayangkan, reaksi pertama mereka pada saat tahu siapa yang mereka kencani selama ini."Kalian menggunakan akun palsu, ya?" tanyaku sambil mengedip-kedipkan mata ke arah Ningrum yang masih menyembunyikan wajah di balik kedua tangannya."Iya, iya ... kami

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Canggung

    Dengan pelan, Zen menarik salah satu kursi di depan kami, lalu dengan sedikit canggung, dia duduk berhadapan dengan kami.Aku sedikit menahan nafas ketika Zen menatapku.Rasa tidak enak hati dan ingin secepatnya menghabiskan sisa makanan dan pergi meninggalkan tempat ini.Zen sepertinya benar-benar mengikuti gerak gerikku.Karena, dia akan selalu muncul di hadapanku setiap kali aku bertemu dengan Andika, atau teman-temanku yang lain.Sepertinya, dia memang akan melakukan niatnya untuk bisa kembali bersamaku."Kalian sudah selesai, ya?" tanya Zen membuka percakapan, sambil melihat sekilas ke piring kami, yang memang hanya menyisakan sedikit makanan di sana.Sebenarnya bukan menyisakan, namun kami belum sempat menghabiskan dan Zen keburu datang."Begitulah, karena tiba-tiba saja nafsu makanku menghilang."Andika menjawab, sambil menyuput jus yang tinggal setengah di dalam gelasnya.Sekilas, aku menangkap raut kesal di wajah Zen saa

DMCA.com Protection Status