Share

Teror

Penulis: Yani Santoso
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sepanjang perjalanan pulang, air mataku tak henti mengalir. 

Tak lagi kuhiraukan pandangan orang-orang yang menatapku penuh tanya tatkala berpapasan denganku. 

Hatiku remuk redam, namun di sudut hati yang lain, ada rasa lega disana. 

Himpitan dan tekanan yang selama ini mendera, perlahan menghilang, seiring cucuran air mata yang menganak sungai. 

Sesampai di kamar kos, kulihat Ningrum, sahabatku disana. 

Aku menghambur kearahnya, tergugu dalam pelukannya. 

"Ranti ... kamu baik-baik saja, kan?" tanyanya setelah tangisku reda. 

Dia menautkan kedua alisnya,  menatap diriku yang mungkin tampak begitu acak-acakan di matanya. 

"Ningrum ... aku sudah putus dengan Zen."

Kembali aku menangis setelah menjawab pertanyaan Ningrum. 

Lalu, ku buka telepon genggamku dan memberikan padanya. 

Tampak, Ningrum begitu terkejut setelah dia membaca percakapanku dengan Aprillia. 

Apalagi setelah kuberitahu tentang statusnya yang masih sah sebagai suami April. 

"Aku tidak ingin jadi orang ke tiga, dan aku juga tidak mau dimadu," ucapku lirih. 

"Benar-benar kurang ajar. Berani sekali Zen membohongimu," Ningrum berkata sambil mengepalkan tangannya. 

Tampak sekali dia begitu marah terhadap Zen. 

"Maafkan aku, Ranti. Karena aku, kamu harus mengalami ini semua." Ningrum meraih tanganku.

"Kamu tidak salah, dan tidak perlu minta maaf. Aku yang salah, karena tidak menelusuri latar belakang Zen sebelum aku menerima lamarannya. Sungguh ... aku tidak marah atau menyalahkanmu." 

Yang terpenting sekarang adalah, bagaimana aku menjelaskan kepada keluarga besarku tentang semua ini. 

Aku begitu malu untuk berhadapan dengan mereka. 

"Ranti, lihat ini!" 

Ningrum menyodorkan telepon genggamnya padaku. 

Tampak dilayar, sebuah status unggahan dari Shiva. 

Shivaroy

"Jika memang sudah ada yang lain, tak perlu mencari alasan"

Apa maksud dari status Zen? 

Apakah dia berusaha mencari kambing hitam untuk menutupi kebusukannya? 

kuserahkan kembali telepon genggam Ningrum, namun belum lagi dia menerima nya, sebuah pesan masuk kedalam teleponnya. 

Terpampang nama Zen sebagai pengirim pesan tersebut. 

Degh.... 

Jantungku berdegub lebih kencang, saat kubaca namanya. 

Ada apa dia mengirim pesan ke Ningrum. 

Ditengah kebimbangan hati, kubuka pesan tersebut. 

Dan aku lagi-lagi dibuat terkejut, sekaligus begitu marah tatkala mengetahui isi pesan tersebut. 

Sebuah foto resit pembayaran makanan yang dipesan secara online. 

Dengan tulisan yang membuat darahku mendidih. 

"Ningrum, kamu lihat ini. Aku akan membuktikan bahwa temanmu selama ini tak sebaik yang kamu pikirkan."

Beberapa detik kemudian, kembali masuk pesan yang lain dari Zen. 

Kali ini sebuah bukti tranfer sejumlah uang yang pernah dia kirim padaku. 

Jangan berpikir berjumlah puluhan juta, karena jelas tertera di resit tersebut nominal angka sebesar 150.000 rupiah. 

Aku ingat, waktu itu dia memberikan uang itu untuk membeli makanan lewat gofood. 

Melihat wajahku yang memerah, Ningrum mendekat dan melihat apa yang aku lihat di dalam pesannya. 

"Benar-benar keterlaluan. Ngasih uang receh buat mentraktir calon istrinya pun dia ungkit dan sebarkan ke semua orang!"

Ningrum berkata setengah berteriak saking geramnya. 

Sementara aku, masih termangu. Seolah tak percaya dengan semua yang baru saja terjadi. 

Laki-laki seperti apa sebenarnya dirimu, Zen. 

Saat aku telah mengambil keputusan untuk meninggalkanmu, kamu justru mulai menerorku dengan pesan yang kamu kirim ke teman-temanku. Apa yang dia inginkan dariku? 

Ku buka telepon genggamku, bermaksud mengecek apa saja yang dia tulis tentangku di media sosial. 

Mataku terbelalak tak percaya, saat sebuah status lewat berandaku. 

Sebuah status yang di unggah beberapa menit yang lalu.

Shivaroy

"Wanita picik, setelah dapat pengganti, dia campakkan aku"

Status singkat Zen, yang membuat aku bertanya-tanya dan diliputi perasaan tidak nyaman. 

Untuk siapa status itu dia tujukan? 

Bukankah aku adalah wanita yang baru saja memutuskan hubungan dengannya?

***

Dua hari setelah kuputuskan hubungan dengan Zen, saat itu pula, kubulatkan tekadku untuk membuang semua kenangan tentangnya.

Kututup semua akses komunikasi dengan nya, termasuk memblokir akun-akun media sosial yang dia punya. 

Namun sepertinya aku harus menunda keinginanku tersebut. 

Walau aku sudah menutup semua komunikasi dengan Zen, ternyata hal tersebut tidak membuatnya sadar dan mengakui kesalahannya. 

Justru, hal tersebut dijadikan alat untuk melakukan teror terhadapku. 

Pernah suatu hari, Ningrum menunjukkan screen shot sebuah postingan yang dia unggah di salah satu akun media sosialnya. 

"Apa yang kamu banggakan? Dasar perempuan matre?"

Tulisnya.

Kucoba untuk tidak menghiraukan postingan ataupun sindiran Zen di media sosial, namun kesabaran sekali lagi diuji tatkala dia mulai meneror temanku satu persatu.

"Ranti, maaf, ya, aku sekarang jarang nimbrung di status kamu. Bukannya sombong, tapi aku hanya ingin menjaga persahabatan kita."

Sebuah pesan dari Rudi, salah satu temanku saat itu. 

"Hey ... apa maksudnya ini. Kamu tidak sedang menjaga jarak denganku, kan?" balasku. 

Beberapa saat kemudian, sebuah pesan dengan gambar pesan yang dia screenshot aku terima. 

Ternyata, Zen mengirim pesan kepada Rudi untuk menjauhiku. 

Bahkan, dalan pesan tersebut terdapat kata-kata kasar yang dia tujukan kepada Rudi, dan menuduhnya sebagai biang kerok atas keputusanku meninggalkannya. 

Sebuah tuduhan yang membabi buta dia tujukan pada Rudi, hanya karena kami sering bercanda di komen. 

"Maaf kan aku, ya Rud. Gara-gara aku, kamu jadi terseret dalam masalahku."

Kukirim pesan balasan pada Rudi, sekaligus meminta maaf atas ketidak nyamanan yang dia terima karena ulah Zen. 

****

Minggu pertama tanpa Zen, tak ada yang berubah dalam hidupku. 

Walau masih tersisa perih luka karena kebohongannya.

Drrttt....drrtt...

Sebuah pesan masuk.

Ternyata dari Ningrum, yang dia kirim kedalam chat grup. 

"Gimana nich, apakah ada dari kalian yang mendapat teror dari seseorang?"  tulis Ningrum. 

"Aku dapat, mau tau ga kalian?" Rudi membalas. 

"Aku juga dapat nich, banyak makiannya woii ...." Andika ikutan membalas. 

"Kalian bahas apa sih?" tanyaku polos.

"Mantan kamu yang gagal move on, meneror kami, Ranti." Andika menjelaskan.

Degh....

Walau aku sudah menduga ini akan terjadi, namun tetap saja aku tak bisa menyembunyikan rasa kaget yang bercampur kesal dan amarah. 

"Ranti, coba cek komen di postingan baru kamu, Zen berantem sama Andika tuh," perintah Ningrum. 

Tak sabar, ku klik akun media sosialku. 

Kulihat, ada beberapa komen di status yang belum lama aku posting. 

Kulihat, teman-temanku mengisi kolom komen dengan candaan mereka, menyemangatiku untuk melanjutkan hidup dan melupakan masa lalu, sesuai dengan tulisan yang aku unggah barusan. 

"Sepandai-pandai menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga" 

Tulisku dalam sebuah postingan. 

Namun, ada satu akun yang baru kali ini kulihat. 

Ternyata, itu adalah akun baru milik Zen. 

Lagi-lagi, dia menggunakan akun lain untuk mengikuti dan memantauku melalui media sosial. 

Dan yang lebih memalukan, Zen memaki semua teman-temanku dengan mengatakan bahwa mereka semua munafik. 

Bahkan dia tak segan menuduh Andika sebagai selingkuhanku.

"Kalau kamu mau jalan sama Miranti, pastikan kantong kamu tebal," sindir Zen dalam komen.

"Sebagai laki-laki, wajib mentraktir gadis yang diajak jalan atau keluar, Bang. Kalau perlu, belanjakan dia. Jangan disuruh bayar sendiri-sendiri," balas Andika. 

Karena perdebatan di komen makin panas, maka, aku mengunci postinganku. 

Sungguh, aku sangat malu dengan apa yang dilakukan Zen. 

Bahkan sekarang, dia mengungkit apa-apa yang pernah dia beri padaku. 

Bahkan sekedar membelikan makanan pun dia beberkan di publik

Maka, ku buka blokiran di aplikasi pesan. 

Aku ingin menuntaskan masalah yang sepertinya belum dianggap tuntas olehnya. 

"Mas Zen, tolong hentikan terormu pada teman-temanku. Ini adalah masalah kita berdua."

Ku tekan tombol kirim. 

Tak berapa lama, terlihat dua contreng biru disana. 

Ting.... 

"Akhirnya kamu membuka blokirannya."

Balasnya. 

"Apa maumu, Mas?" balasku lagi. 

"Aku ingin kita kembali seperti semula. Beri aku kesempatan sekali lagi." 

"Maaf, tidak bisa. Sudah bilang, bahwa aku tidak mau menjadi orang ketiga ataupun dimadu. Keluargaku tidak akan pernah setuju."

"Baiklah kalau begitu, kamu lihat saja."

"Kamu mengancamku?"

"Menurutmu?"

Kukepalkan tanganku, dengan gigi gemeletuk, mencoba menahan amarah yang terasa sampai ke ubun-ubun. 

Berani-beraninya dia mengancamku. 

Pesan terakhirnya tidak aku balas, namun aku kembali memencet tombol blokir di pengaturan. Karena aku tidak akan membuat kesepakatan apapun dengan Zen. 

Kusimpan semua bukti percakapanku dengan Zen, sebelum kuhubungi nomer pengacara keluarga kami.

***

Bab terkait

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Zen

    POV Zen*****Hampir satu minggu aku tidak bisa menghubungi Miranti.Gadis yang kukenal dua tahun terakhir, melalui sebuah chat grup.Seorang gadis dewasa, dan sangat matang.Dengan postur tubuh semampai dan wajah oriental yang sangat cantik.Ditambah lesung pipi, yang membuatku semakin tergila-gila padanya.Butuh perjuangan yang panjang untuk mendapatkan perhatiannya.

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Bukti Baru

    Setelah kurasa semua bukti lengkap, kutekan nomer telepon kakakku.Setelah beberapa saat tak ada respon, kuputuskan untuk mengirimkan pesan.Namun, belum lagi ku ketik pesan yang hendak aku kirim.Sebuah pesan dari kakakku masuk."Ranti ... pulanglah. Mama sakit."Tulis kakakku dalam pesannya.Sakit apa Mama? Kemarin aku baru saja ngobrol dengannya, dan beliau sehat-sehat saja, batinku.Kupacu mobil dengan kecepatan sedang, membelah jalanan panas kota Bandung.Walau pikiranku dipenuhi dengan kekhawatiran, namun aku berusaha tenang.Kutepis semua pikiran buruk tentang sakit yang di derita Mama.Mama memang mempunyai penyakit gula. Dan setahun terakhir ini, sudah tidak pernah kambuh lagi.Mengingat hal itu, dadaku terasa sakit.Setelah hampir satu jam, mobilku memasuki halaman rumah yang gerbangnya te

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Bukti Baru 2

    Andika menatapku penuh iba.Sementara aku, seperti orang linglung yang kehilangan akal.Yang bisa aku lakukan hanyalah bengong, sambil berkali-kali menarik nafas panjang.Seorang pelayan datang membawa pesanan makanan kami.Namun, selera makanku menjadi hilang.Andika yang semula duduk di depan kini berada di sebelahku, sambil menyodorkan secangkir mocha hangat.Ku genggam cangkir dengan kedua tanganku, merasakan hangatnya menyentuh jari jemariku."Aku akan berada di sampingmu, Ranti. Kita hadapi ini bersama-sama."Kini, selain hangat secangkir mocha, ada kehangatan lain yang kurasakan.Ketika Andika menggenggam tanganku."Terima makasih, Dika. Tapi, aku tak mau melibatkan orang lain dalam masalah ini. Apalagi ini ....""Ssssstttt ...."Kalimatku terhenti, saat Andika meletakkan dua jarinya di bibirku.

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Emosi

    Setelah mempertimbangkan masukan dari Andika untuk melaporkan Zen, dengan UU IT, karena tindakannya tersebut berhubungan dengan perbuatan tidak menyenangkan.Dan sudah bisa dipidanakan, karena sudah ada ancaman di dalamnya.Ancaman menyebarkan foto tanpa ijin.Kuhubungi Mas Yoga, dan mengatakan akan datang ke tempat kosku sepulang kerja.Sementara Mas Bayu tidak bisa datang, karena kebetulan sangat sibuk dengan pekerjaan di kantornya.Namun Mas Bayu memberi dukungan penuh dengan keputusan yang aku buat.Aku berharap, setelah ini, tak akan lagi ada permasalahan.Sebuah panggilan masuk ke dalam ponselku.Kucari-cari benda berbunyi nyaring tersebut, hingga kudapati ia ada di dalam laci.Buru-buru kutekan tombol warna hijau untuk menerimanya.Mungkin sebuah kabar penting, karena pagi-pagi sekali sudah meneleponku.Saat sambungan telepon

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Pertemuan Miranti dan April

    -Pekerjaan akan cepat selesai, jika dikerjakan bersama-sama-Sambil menunggu pesanan kami datang, kami mencoba membahas hal-hal yang ringan.Walau awal percakapan terasa kaku, namun lambat laun kami menjadi akrab dan percakapan diantara kami makin cair."Mbak April, aku benar-benar minta maaf dengan apa yang pernah terjadi antara aku dan Zen," ucapku meraih tangan April."Aku sungguh-sungguh tidak tau kalau saat itu dia masih berstatus suami Mbak. Karena yang aku tau, dia adalah duda dengan satu anak. Mbak ... mau, kan, memaafkan aku?"Kulihat April nenunduk, sambil menggenggam tanganku.Aku tau, bukan hal yang mudah untuk memaafkan seseorang yang telah menyebabkan rumah tangganya di ujung kehancuran. Bahkan sampai kehilangan anak yang ada dalam kandungannya.Dihelanya nafas dalam-dalam sebelum akhirnya April berkata."Aku sudah

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Setelah Pertemuan

    -POV Aprill-****Hari ini, ketika aku sibuk menyiapkan persiapan ulang tahun untuk Ibuku, sebuah panggilan masuk ke telepon genggamku.Kulihat tertulis nama Miranti di layar.Aku sengaja tidak segera mengangkatnya, karena aku selalu beranggapan bahwa, jika memang ada hal penting yang ingin dibicarakan, maka seseorang akan kembali menghubungi jika panggilan pertama tidak di jawab.Setelah dua panggilan tidak aku jawab, aku berpikir dia tak akan menelepon lagi.Ternyata aku salah.Maka, pada panggilan ke tiga, aku buru-buru menjawab panggilannya.Dari seberang, kudengar suara seorang wanita, yang aku yakini adalah suara Miranti.Suaranya terdengar sedikit gemetar.Walau kami sering berkomunikasi, tapi kami hanya berkomunikasi lewat pesan.Dan ini adalah kali pertama kami ngobrol melalui sambungan telepon.Ada rasa canggung saat kami memul

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Penguntit

    Andika yang tiba-tiba sudah ada dalam ruangan, mengagetkanku.Dia mengatakan bahwa aku ditabrak, bukan ditabrak.Mendengar apa yang dikatakan Andika, pikiranku diliputi berbagai pertanyaan.Siapa yang dengan sengaja menabrakku atau kenapa aku ditabrak dan apakah aku menegenal orang yang menabrakku?Belum lagi pertanyaan yang berputar-putar di kepalaku terjawab, Ningrum menimpali kalimat Andika, yang semakin membuat kepalaku bertambah pusing."Andika benar, Ranti. Karena aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, ketika pengendara motor tersebut sengaja menabrakmu."Ningrum mendekatkan mulutnya ke telingaku, seolah takut ada orang lain yang mendengar apa yang baru saja dia katakan."A-apa yang kalian bicarakan? Kepalaku sakit sekali."Aku berkata sambil memegang kepalaku yang tiba-tiba berdenyut dan terasa seperti dipukul benda tumpul, hingga membuatku meringis

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Penguntit (2)

    "Mas mau keluar sebentar mencari udara segar, sekaligus mau memberitahu Mama juga Mbakmu, Laras. Kalau belum bisa pulang hari ini."Mas Yoga berkata sebelum keluar ruangan."Dika, aku titip Ranti sebentar ya. Kalau ada apa-apa, cepat hubungi aku." Mas Yoga melanjutkan kalimatnya.Hingga kemudian berjalan kearah pintu dan menghilang dari pandangan.Ruangan dimana aku dirawat menjadi hening.Hanya ada aku dan Andika, yang sibuk dengan pikiran kami masing-masing.Sementara aku sendiri, masih dihantui rasa takut. Apalagi setiap mengingat peristiwa beberapa hari yang lalu, saat motor yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrakku.Dan tiap kali mengingatnya, kepalaku terasa begitu sakit."Ranti ... kamu tidak apa-apa?" tanya Andika yang sudah berdiri di dekat brankar."A-aku tidak apa-apa Dika, hanya kepalaku terasa sakit tiap

Bab terbaru

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   End Well

    Hari ini, rencananya mas Bayu akan datang ke rumah.Aku sudah bersiap-siap sejak pagi, karena semalam tidur awal, bahkan sejak sore, membuat tubuhku terasa lebih segar.Terlebih aku juga menadapat kabar bagus dari Ningrum ketika membuka ponselku."Ranti, Zen sudah dipindah ke kantor cabang, aku tidak bisa memecat dia karena urusan pribadi, terlebih, kita ada perjanjian kontrak dengannya. Jadi jalan terbaik adalah, memindahkan dia. Sementara Adele, aku merumahkannya untuk sementara waktu, sambil menunggu surat pemecatan dari HRD."Pesan yang di kirim Ningrum dan kubaca tadi pagi ketika bangun tidur.Ningrum benar, dan keputusan yang diambilnya juga sudah tepat.Lalu, dengan cepat aku menulis pesan balasan untuknya."Terima kasih, Ningrum. Kamu memang yang terbaik."Sambil kububuhi emo hati di pesan balasanku.Sekarang, aku tinggal bersiap-siap untuk menunggu kedatangan mas Bayu dan kejutan yang akan dibawanya hari ini.Kupilih

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   All Well

    Aku meninggalkan ruanganku dengan perasaan campur aduk, rasanya, sulit sekali untuk memaafkan orang yang sama dan telah berkali-kali melukai hati dan perasaan.Aku lelah sekali, tak sanggup jika harus berurusan lagi dengan Zen.Aku dan dia sudah lama berakhir, dan akhir dari hubungan kami sangat tragis dan begitu menyakitkan, baik buatku ataupun dia. Dan aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dua kali. Biarlah Ningrum yang akan mengurus semuanya, tentang keberadaannya di kantor, Ningrum lebih tahu apa yang harus dilakukan.Begitu juga dengan Adele, dia juga tidak bisa berlama-lama ataupun dipertahankan keberadaannya.Aku mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Ningrum, semakin cepat dia menyelesaikannya, semakin baik."Ningrum, tolong kamu urus semuanya, aku tak sanggup lagi jika harus berlama-lama berhadapan dengan mereka.""Kamu baik-baik saja, kan, Ranti?" Tanya Ningrum khawatir."Aku baik-baik saja, Ningrum. Aku hanya butuh sedikit waktu

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Siapa Kamu Sebenarnya?

    Kali ini, aku memastikan semua rencanaku berjalan dengan lancar.Aku tidak ingin menjadi pecundang dua kali dengan kasus yang sama, dan kupastikan, mereka yang terlibat tidak akan kuberi ampun.Hari ini, aku menunggu kabar dari orang yang kupercaya untuk mencari tahu tentang Adele, baru sehari bekerja, dia sudah mengirimiku beberapa laporan yang membuatku tersenyum. Kerjanya begitu cepat, hanya dalam hitungan jam, dia sudah memberiku beberapa informasi penting, termasuk siapa saja orang-orang yang dekat dengannya.Aku tertawa melihat salah satu foto yang kudapat darinya.Seperti yang kuduga dari awal, semua pasti berhubungan dengan Zen, dan itu juga menguatkan dugaan Andika yang pernah dikatakan padaku beberapa waktu lalu.Kupandangi layar laptopku sekali lagi, kemudian aku manggil Adele dan Ningrum ke ruanganku."Bu Ranti memanggil saya?" tanya Adele yang datang lebih dulu."Iya, aku membutuhkan bantuanmu untuk melakukan sesuatu untukku,

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   I Got You

    Aku masih tak percaya dengan pemaparan dari hasil investigasi Revan.Beberapa kali aku membaca huruf demi huruf yang tertera di atas kertas yang di serahkan Revan.Adele? Kenapa harus dia?Aku sama sekali tidak mengenalnya, bahkan sebelum ini.Kualihkan tatapanku pada Ningrum, berharap dia mempunyai jawaban untukku.Namun sia-sia, kulihat Ningrum malah mengangkat kedua bahunya."Baiklah, satu-satunya jalan untuk memastikan data itu milik Adele, kita harus kembali ke kantor.Dan ini tugasmu, Ningrum."Aku menatap Ningrum sambil tersenyum, karena semua data karyawan Ningrum yang pegang."Aha ... itu baru bener," ujar Revan sambil menjentikkan jarinya."Kenapa aku ga kepikiran sampai ke situ, ya?" gumam Ningrum."Minum ini dulu, biar jernih pikiran."Revan menyodorkan gelas berisi es teh pada Ningrum.Aku hanya tersenyum melihat tingkah dua orang temanku ini. Dari dulu, mereka memang tidak akur."Jadi bagaimana Nona-Nona? A

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Titik Terang

    "Aku tahu, kamu makin ketakutan."Berkali-kali aku mengeja kalimat itu, mencoba memahami maksud dari status yang diposting Adele.Namun tetap saja, aku tidak mengerti maksud di balik kalimat tersebut.Seperti tersengat belut listrik, mataku membulat dengan lebar begitu aku teringat sesuatu.Aha ....Kurasa, aku tahu maksud kalimat tersebut.Bukankah kalimat tersebut sering ditujukan pada orang-orang dengan tujuan mengintimidasi? Dan itu adalah perasaan yang beberapa hari terakhir ini menghantuiku.Aku ditakut-takuti dengan cara mengirim pesan, dan mengoyak masa laluku.Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa takut pada diriku.Apakah Adele?Drtt ... drrtt ....Ponsel yang ku simpan di dalam laci bergetar.Sebuah pesan masuk dalam aplikasi berwarna hijau."Aku sudah menemukan siapa pemilik nomer tersebut, Ranti."Wow ... cepat sekali kerja Revan.Dia hanya butuh waktu kurang dari setengah hari untuk menemukan pemilik n

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Adele

    Pagi ini, kepalaku sedikit berdenyut, karena hampir semalaman aku tidak tertidur.Pesan dari nomer tak di kenal begitu menyita waktu istirahatku.Dia seolah benar-benar ingin membuatku merasa tidak tenang dengan pesan-pesan yang dikirimkannya."Ningrum, hari ini aku datang ke kantor agak siang. Kepalaku sedikit pusing."Aku memutuskan untuk ke kantor sedikit terlambat, dan memberitahukan pada Ningrum. Hal itu kulakukan karena Ningrum bisa mengambil tugasku untuk sementara, selama aku belum datang. Ningrum adalah orang kepercayaanku.Lima menit kemudian, masuk pesan balasan dari Ningrum."Hayo ... ngapain aja kamu semalam?"Aiih ... Ningrum sepertinya sedang meledekku.Ada emo curiga di akhir pesannya. Dia pasti berpikir negatif tentangku."Kepalaku pusing bukan karena keluyuran, tapi karena teror pesan dari nomer tidak di kenal," balasku cepat.Drttt ... drtt....Ningrum menelponku.Rupanya pesan balasanku membuatnya tergerak

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Sisa Luka

    Double date malam ini, memberiku sebuah kejutan dan juga pelajaran.Kejutannya adalah, wanita yang di kencani oleh mas Bagus selama ini ternyata adalah Ningrum.Aku yakin, baik mas Bagus maupun Ningrum juga tidak menyangka jika pasangan kencannya adalah oranf yang sudah lama mereka kenal.Sementara pelajaran yang kupetik adalah, perjuangan tidak akan menghianati hasil.Hal itu sudah dibuktikan oleh Ningrum dan mas Bagus.Mereka berjuang untuk mendapatkan pasangan yang baik, dan keduanya di pertemukan walau dalam kesempatan yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.Kini, hanya aku yang masih tertinggal.Masih terbelenggu dan terkungkung oleh trauma kelam masa silam.Walau aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencoba menyembuhkan dan melawan rasa ketakutan yang muncul dari dalam diriku, namun tetap saja, selalu terbersit rasa ketakutan dari dalam diriku sendiri.Bukan karena aku tidak bisa atau belum mampu melepaskan Zen atau meneri

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Ningrum?

    "Miranti, Andika?" ucapnya pelan.Aku dan Andika berpandangan sesaat, lalu kami secara bersamaan berkata."Ningrum?"Setelah beberapa saat dibuat terkejut, spontan tawaku langsung meledak."Jadi, teman kencan Mas Bayu itu Ningrum?" tanyaku di sela-sela tawa.Mas Bagus ikut tertawa, sementara Ningrum menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Sejak kapan kalian kencan online dan saling kenal?" tanyaku lagi setelah tawaku reda."Sejak sebulan yang lalu, kami kencan online. Dan baru tahu hari ini kalau ternyata yang aku kencani adalah Ningrum."Mas Bagus menjawab pertanyaan, mendengar jawaban dari kakakku itu, kembali tawaku meledak. Aku tidak bisa membayangkan, reaksi pertama mereka pada saat tahu siapa yang mereka kencani selama ini."Kalian menggunakan akun palsu, ya?" tanyaku sambil mengedip-kedipkan mata ke arah Ningrum yang masih menyembunyikan wajah di balik kedua tangannya."Iya, iya ... kami

  • Pesan Dari Istri Calon Suamiku   Canggung

    Dengan pelan, Zen menarik salah satu kursi di depan kami, lalu dengan sedikit canggung, dia duduk berhadapan dengan kami.Aku sedikit menahan nafas ketika Zen menatapku.Rasa tidak enak hati dan ingin secepatnya menghabiskan sisa makanan dan pergi meninggalkan tempat ini.Zen sepertinya benar-benar mengikuti gerak gerikku.Karena, dia akan selalu muncul di hadapanku setiap kali aku bertemu dengan Andika, atau teman-temanku yang lain.Sepertinya, dia memang akan melakukan niatnya untuk bisa kembali bersamaku."Kalian sudah selesai, ya?" tanya Zen membuka percakapan, sambil melihat sekilas ke piring kami, yang memang hanya menyisakan sedikit makanan di sana.Sebenarnya bukan menyisakan, namun kami belum sempat menghabiskan dan Zen keburu datang."Begitulah, karena tiba-tiba saja nafsu makanku menghilang."Andika menjawab, sambil menyuput jus yang tinggal setengah di dalam gelasnya.Sekilas, aku menangkap raut kesal di wajah Zen saa

DMCA.com Protection Status