Aku ingat itu hari paling mencekam sepanjang hidupku.Kakakku, dikelilingi banyak orang seperti penjahat di film bandit. Kekar, raksasa, penuh otot dengan topeng tanpa wajah. Lengan dan kepalanya ditahan kuat. Dia memberontak, kelihatan penuh tenaga, tetapi tidak berdaya.Kakakku tampaknya tahu apa yang akan terjadi. Dalam jarak yang jauh untuk saling menggapai, dia menemukanku—berdiri kaku tidak mampu bergerak. Sensasi air mata seperti mulai mendesak mataku. Aku tahu dia menatapku dalam jarak ini.Dan dia berteriak, dengan suara yang begitu parau.“PERGI! BUAT APINYA MEMBARA DI KOTA KERTAS INI!”Dia menangis. Air mata membuatnya terlihat begitu jauh. Itu bukan lagi sorot sengsara. Itu sorot penuh harap, seperti percaya padaku.Dan yang kuingat, aku berontak. Aku memang pergi, tetapi aku kembali ke arahnya. Aku berpikir bisa membawanya pergi seolah aku yang terkuat. Namun, itu naif. Belum sempat aku berlari, seorang wanita
Last Updated : 2020-12-22 Read more