Home / Romansa / Angkasa Merah di Kota Kertas / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Angkasa Merah di Kota Kertas: Chapter 41 - Chapter 50

95 Chapters

39. HARI KETIGA BELAS, PERGI #3

Ketika Laura pergi, akhirnya aku bisa bertanya pada Kakek.“Jadi, apa yang harus kulakukan, Kek?”Cukup aneh melihat Kakek tidak lagi terbahak-bahak atau melawak, tetapi kupikirkan kalau yang memancing dia melakukan itu biasanya aku. Dan aku—tidak sedang ingin bercanda. Jelas kalau kami bicara lebih serius. Bahkan rasanya obrolan ini paling serius setelah Laura terlibat dalam pembunuhan Louist satu tahun lalu.“Aku tidak yakin harus memberimu saran, Nak.”“Kurasa aku bukan hanya terkena skak. Ini jebakan berlapis.”Aku berpikir kalau Laura mungkin bisa mengamankan Rena. Setidaknya itu bisa membuat mereka menjauh dari lingkungan mengerikan ini. Aku bisa meminta mereka pergi ke tempat paling jauh yang tidak bisa digapai siapa pun, dan mereka tidak boleh kembali—sekali pun—ke Sandover.Hanya saja, tidak mungkin. Mereka sama-sama dibayangi trauma.“Bagaimana dengannya?” tan
last updateLast Updated : 2021-04-04
Read more

40. HARI KETIGA BELAS, PERGI #4

Aku janji pada Rena akan pulang sebelum pukul delapan, jadi ketika jarum jam hampir menyentuh pukul tujuh, aku membuka pintu Rumah Pohon, berjalan ke tempatnya—yang aku tahu sedang di ruang kerja—dan bersedekap tepat di ambang pintu. Dia sedang membaca buku menutupi wajahnya.“Mulai tertarik lagi dengan filsafat, Ratu Filsuf?” tanyaku.“Selamat datang,” sambutnya, tanpa melihat. “Benar-benar menepati janji.”“Kangen denganku?”“Sepertinya ada yang salah dengan kepalamu.”Sejujurnya melihat Rena membaca membuatku termotivasi. Maksudku, aku tetap murid sekolah. Meski sebagian besar waktuku dihabiskan menangani orang-orang gila yang suka adu tonjok, aku tetap murid sekolah yang mendapatkan indeks prestasi di akhir semester. Kuharap aku bisa bilang aman karena—Rena bilang—aku cukup jenius kalau benar-benar serius mengejar akademik. Namun, karena itu mustahil, mengingat
last updateLast Updated : 2021-04-07
Read more

41. HARI KETIGA BELAS, PERGI #5

“Kau bisa mengendarai mobil?” tanyaku.“Bukannya seperti di zona permainan?” Dia memasukkan persneling, dan kami langsung tersendat. Mesinnya mati. Dia menyalakannya, berulang kali, tetapi mesin tetap tidak bergeming. Mobil Kakek memang istimewa. Camaro antik warna biru yang tidak bisa menyala sekali coba. Kau perlu menendang bannya, memukul setir, mengumpat dalam bahasa mobil, baru menyala. Rena tidak melakukan semua itu. Lucu sekali melihatnya panik dengan wajah kaku.Jadi, setelah dia berkeringat, dia baru menoleh. “Aku tidak punya SIM, jadi ini wajar, kan?”“Menyalakan mobil tidak butuh SIM.”“Jangan menyalahkanku begitu.” Dia sungguhan panik. “Tapi iya. Salahku. Tapi bagaimana ini? Charlie. Jangan menjailiku.”“Nyalakan saja pakai perasaan.”“Tidak pakai kunci?”“Itu pertanyaan terbodoh hari ini. Gantian.”Kami berpi
last updateLast Updated : 2021-04-10
Read more

42. SEPTEMBER 2021, FESTIVAL LOCKWOOD #1

Pukul 21.43.Dosa terbesarku pada Rena yang barangkali akan kututup rapat sampai mati, adalah aku memberinya obat tidur dengan dosis wajar agar dia bisa tidur dan tidak tahu apa yang akan kulakukan setelah ini. Aku yakin dia tidak pernah ketinggalan Festival Lockwood, jadi mungkin ini pertama kali untuknya.Aku membuatnya berbaring di ruang kerja, lalu memberinya selimut.Dan aku memutuskan duduk di sisinya, menemani kesunyian yang mungkin akan terasa berbeda pada esok hari. Itu pertama kalinya aku membayangkan diriku sebagai Louist yang bersiap pada rencana pembunuhannya. Dia pasti merasa kacau, dan kupikirkan perkataan Laura yang mengatakan kalau Louist sebenarnya ingin berhenti. Kubayangkan itu benar. Detik-detik saat kau tahu akan melakukan sesuatu yang sangat jahat bisa membuatmu bergetar dan menangis.Maka dalam momen nostalgia itu, aku mendengar napas Rena yang beradu dengan suara malam. Kali ini tidak akan ada permainan pura-pura tidur yang biasa
last updateLast Updated : 2021-04-13
Read more

43. SEPTEMBER 2021, FESTIVAL LOCKWOOD #2

Pukul 23.09. Kediaman Lee Hudson. Kembang api pertama diluncurkan.Seharusnya di area kediaman Lee Hudson terdapat satu bangunan bergaya kolonial yang berdiri paling megah dan bersinar. Bangunan itu tampak seolah selalu memantulkan cahaya. Dan—benar, itu yang terjadi saat ini.Hanya saja, bukan karena cahaya bulan.Namun, api.Dan juga asap tebal. Kediaman Lee Hudson hangus terbakar. Api membara sangat hebat. Kupikirkan itu karena Louist, tetapi dia mengeras, sama sepertiku, terkejut dengan fakta tidak terbantahkan ini.“Kita harus menjauh,” kataku.Dan akhirnya kami menjauh. Kediaman Lee Hudson dikelilingi hutan kecil, tempat pepohonan tumbuh tinggi. Jadi, kami memutuskan pergi ke area belakang.“Periksa sekitar!” seru Louist. “Kalau sejauh lima ratus meter tidak ada orang—” Dan dia menghentikan suaranya. Sorot matanya tertuju tepat ke satu titik. Bahunya tiba-tiba merosot. “Breng
last updateLast Updated : 2021-04-16
Read more

44. SEPTEMBER 2021, OBOR #1

Malam itu Rumah Pohon terasa lebih tenang dari biasanya. Untuk pertama kalinya aku kembali merasakan gejolak aneh antara trans dengan disorientasi yang  memecah belah. Barangkali mataku terbuka, tetapi aku tidak benar-benar melihat. Hanya kosong dan tidak merasakan apa pun.Dan aku muntah. Berulang kali sampai tenagaku hilang.Aku berusaha membuat semua tampak normal: berbaring di ruang tengah, membayangkan hal yang baik-baik. Aku yakin Rena akan mengomel saat melihatku tergeletak begitu saja, tetapi aku ingin segera tertidur. Maka aku mulai menghitung metode 4-7-8 yang selalu kulakukan saat ingin cepat tertidur.Dan benar. Perlahan, kesadaranku hilang. Aku terlelap.Dan waktu tidak lagi terkesan familier. Kurasa aku terlelap, tetapi suasana di sekitar terasa semakin lembut. Begitu hangat dan nyaman. Aku tidak merasa tidur di Rumah Pohon. Sesuatu mengusik kesadaranku untuk segera terbangun. Maka itu membuatku membuka mata. Perlahan. Dan seberkas baya
last updateLast Updated : 2021-04-17
Read more

45. SEPTEMBER 2021, OBOR #2

Aku terbangun dengan begitu alami sampai kebingungan karena tidak merasa panik. Mataku terbuka, aku terbangun layaknya terbangun. Tidak ada kesan seperti baru mengalami serangan panik atau mimpi buruk.Dan aku bersin. Tubuhku menggigil.“Nah, lihat?” kata suara Rena. Aku menoleh, mendapatinya masak. “Itulah yang terjadi kalau tergeletak begitu saja. Kedinginan?”Aku bersin lagi. “Rasanya buruk sekali.” Dia tertawa seolah sedang melihat idiot, tetapi kubilang, “Mungkin karena tahu kau di sini aku jadi tidak takut.”Dia langsung berhenti tertawa. “Mimpi buruk?”Aku mengedikkan bahu.Dan dia mendekat. Aku terkejut sampai tiba-tiba penglihatanku berkunang-kunang. Begitu aku bisa bereaksi, dia sudah memegang keningku dengan mata tidak percaya. “Charlie, apa yang kau lakukan semalam?”“Aku tidak terkalahkan.”“Aku juga tidak percaya kau bisa dem
last updateLast Updated : 2021-04-19
Read more

46. SEPTEMBER 2021, OBOR #3

Malam itu terasa tidak memiliki akhir. Malam yang semakin malam. Langit terasa lebih dekat. Namun, tanpa bintang, tanpa cahaya, hanya kegelapan sunyi dan hampa yang menekan. Rasanya berat, seperti mencekam. Namun, alunan nada dari radio, melantunkan suara saksofon, berhasil membuat segalanya terkesan hangat.Pintu Rumah Pohon terbuka, dan aku melihat langit malam di balik ranting-ranting daun. Ketinggian ini membuat embusan angin terasa jauh lebih membeku. Berlapiskan selimut tebal, aku duduk di ambang pintu, mendengarkan alunan musik yang meresap ke dalam diriku. Rena bersandar di pundakku. Dan aku memejamkan mata, merasakan bahwa aku sedang berada dalam kondisi paling menenangkan.“Tidak tidur?” tanyanya.“Mau buat bulatan hitam di mataku.”“Tidak cocok.”“Aku bukan Rena Lockwood yang cocok dengan apapun.”“Mm... oke. Jadi, aku tidak boleh tidur karena kau bisa pergi tengah malam begini
last updateLast Updated : 2021-04-22
Read more

47. SEPTEMBER 2021, OBOR #4

Aku harus lari.Segalanya terasa kosong dan cepat. Tiba-tiba saja semua menjadi masuk akal. Dari semua pikiran yang menghantuiku, aku hanya perlu memusatkan satu hal: aku harus lari sejauh-jauhnya dari Rumah Pohon. Aku tak peduli napasku berat.Terakhir kali aku melewati danau Kawasan Normal, aku melempar ponsel, membuangnya jauh-jauh, berharap itu tidak ditemukan siapa pun.Semua pertanda itu benar. Semua yang kurasakan tentang cemas, hampa, dan sunyi—itu bukan sekadar firasat. Semestinya aku tahu Kawasan Normal sepi. Semestinya aku melekatkan ini: Lockwood membunuh ketika area sekitar steril!Begitu aku menyadarinya, pemakaman sudah dipenuhi orang berjas dengan topeng tanpa wajah—persis seperti empat tahun lalu. Mereka berniat menangkapku.Maka aku berlari menembus hutan di sebelah pemakaman, sebisa mungkin menjauhkan diri dari Rumah Pohon. Aku harus bersembunyi di suatu tempat yang tidak diketahui siapa pun. Aku melewati semak beluka
last updateLast Updated : 2021-04-23
Read more

48. OKTOBER 2021, BOCKS #1

Aku tidak tahu sudah berapa lama terdiam dalam kegelapan.Terakhir kali aku kehilangan kesadaran, mereka mulai menghancurkanku dengan sarung tinju. Seseorang menghajarku habis-habisan—di perut, lengan, kaki, sampai semua hal yang bisa dihancurkan dari tubuhku tidak lagi terasa. Aku disiksa habis-habisan. Tanpa ampun, hanya untuk melampiaskan kekesalan.Agaknya ingatanku kacau. Beberapa hal yang kulupakan dan yang kuingat mulai bercampur aduk. Badanku tengkurap sangat lama, menahan rasa sakit yang semakin brutal. Leherku tidak bisa bergerak. Penglihatanku gelap. Telingaku hanya mendengar suara samar karena penutup matanya mengikat kuat. Lidahku mengecap rasa darah yang rasanya seperti besi cair. Tangan dan kakiku dirantai, seakan-akan aku monster laut yang siap menerkam.Aku tidak tahu disekap di mana. Auranya menusuk, seperti di ruang hampa. Lantainya dingin, seperti terbuat dari keramik bawah laut. Dindingnya sangat kasar, seperti ukiran-ukiran yang dibua
last updateLast Updated : 2021-04-26
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status