Home / Romansa / Driving Me Crazy / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Driving Me Crazy: Chapter 1 - Chapter 10

51 Chapters

Prolog

"Hi Darren, long time no see.""I'm very busy, Mr. Leo." Darren menjabat uluran tangan salah satu teman berbisnisnya itu."I know, ngomong-ngomong, selamat atas pertunanganmu dengan Caroline.""Thanks.""Dia sangat cantik.. dan sexy." bisik Leo sambil mengedipkan sebelah matanya genit."I agree with you. Aku sangat beruntung bukan?""Yes, you are. Dia adalah perempuan yang sangat dewasa dan pintar." puji Leo. "Oh, iya, silahkan duduk dulu. Kau mau minum apa?"Leo memanggil sekretarisnya untuk mendekat.
Read more

Part 1 : Flashback

Paris, 08:15 AMSeorang gadis mengikat rambutnya asal, memakai syal berwarna soft pink hasil rajutannya sendiri, lalu menyambar mantel bulu putih tebal yang ia gantung di lemari pakaiannya, dengan bot berwarna hitam, ia siap keluar dari apartemen mininya dan menyambut musim dingin yang sudah datang beberapa minggu lalu.Mikaela Cindy, gadis cantik itu akan menemui malaikat penolongnya hari  ini, tepat di hari ulangtahunnya yang ke-24. Dia sudah membuat janji setelah hampir setahun tidak bertemu dengan pria itu.Dengan menaiki taksi, Mikaela menuju ke salah satu cafe yang terkenal di jalanan kota Paris.Sudah tujuh tahun berlalu sejak ayahnya pergi untuk selama-lamanya dan meninggalkannya sendirian di dunia ini.
Read more

Part 2 : Birthday Gifts

Darren Revano Abrata. Pria yang sangat Mikaela cintai, tujuh tahun lalu, hingga sekarang. Mikaela tetap mencintai pria itu. Tapi sekarang dia tidak akan berharap lagi, sejak Rendy mengatakan bahwa Darren sudah menjalin hubungan dengan dokter yang merawat Daffa tiga tahun yang lalu. Kemudian sekarang, Rendy mengatakan bahwa mereka sudah bertunangan dan akan segera menikah.Mikaela tau semua kabar Darren dari Rendy, dan tentunya kedua sahabatnya yang ada di Indonesia, Tiwi dan Siska. Kalau Rendy tidak memberitahu apa yang Mikaela ingin tau tentang Darren, maka kedua sahabatnya yang akan mencari tau, karena Tiwi bekerja di kantor Darren. Sedangkan Siska adalah rekan bisnis Rendy yang juga tetangga dekat Rendy. Seperti informasi jika Tiwi pernah memergoki Darren berciuman di kantor dengan wanita yang sekarang sudah menjadi tunangannya. Dan itu hanya membuat Mikaela tersenyum miris. Darren mu
Read more

Part 3 : Start

Singapore, 08:19 PMDarren terbangun dalam keadaan shirtless di apertemennya, bukan karena dia tidur dengan wanita, Darren tidak pernah membawa wanita manapun ke ranjangnya, termasuk Caroline, kekasih sekaligus calon istrinya.Dulu memang Darren sering tidur dengan wanita yang dia temui di bar, itupun karena dia terbawa pergaulan dengan anak-anak rekan bisnis ayahnya. Pergaulan yang cukup liar, ke bar sudah jadi aktivitasnya sehari-hari, minum alkohol walau tidak sampai mabuk tapi cukup membuat Darren lepas kendali, one night stand, dia sering melakukan itu. Tetapi semua sudah dia tinggalkan semenjak menjalin hubungan dengan Caroline.Jika boleh jujur, Caroline sangat pandai dalam urusan ranjang. Dan Darren cukup puas akan hal itu, makanya dia tidak mencari k
Read more

Part 4 : Meet and See

Setelah belasan jam lamanya perjalanan, antara sadar dan jetlag Mikaela akhirnya tau dimana dia menginjakan kakinya sekarang. Ia berdiri di tempat yang paling ingin ia hindari.Bagai kutukan, seharusnya ia bertanya dahulu sebelumnya dimana ia akan bekerja. Karena terlanjur tergiur dengan fasilitas dan gaji yang dijanjikan oleh Leo, dengan gegabah Mikaela menandatangani kontrak kerja selama setahun.Dan disinilah dia sekarang. Berdiri di gedung megah D.E Corp. Mikaela tahu benar gedung ini adalah milik ayah Darren yang sekarang sudah diambil alih oleh putranya itu.Ingin rasanya Mikaela lari dari tempat itu, tetapi langkah kakinya memberat ketika ingat bahwa ia sudah terlambat untuk melarikan diri. Bi Salma sudah diantar ke apertemen barunya yang sudah disiapkan oleh Leo, sedan
Read more

Part 5 : Guardians

"Wow, belum ada 24 jam aku mempekerjakan gadis itu, kalian sudah berada disini. Kalian punya informan yang cukup baik." Ucap Darren begitu membuka pintu ruangan kerjanya usai meeting dengan salah satu rekan bisnisnya.Daffa dan Rendy yang sudah duduk di sofa ruangan Darren sejak tadi seketika berdiri melihat Darren memasuki ruangan dan dengan santai duduk di kursi kebesarannya."Kalian mau minum apa?" tawar Darren."Apa yang kau lakukan Darren?" protes Daffa."Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kalian berdua lakukan disini?"Rendy menghela napas mendekati Darren. "Apa maksudmu?""Apa?"
Read more

Part 6 : Worries

"Kau yakin tidak akan terjadi apapun?" Tanya Daffa pada Rendy setelah Mikaela dan Tiwi meninggalkan mereka."Aku tidak yakin, kau paling tau karakter Darren, dia pasti merencanakan sesuatu.""Hmm, kalau begitu apa yang harus kita lakukan?""Aku sudah memikirkan ini sejak tadi, sebaiknya kau pulang saja Daff, kau tau kan bagaimana istrimu?" Rendy menyilangkan tangan ke dadanya dan menatap Daffa serius. "Aku akan membeli apertemen disini, sekaligus untuk mengawasi proyek pembangunan gedung baru kita.""Apa kau yakin?""Tentu saja, serahkan padaku, sesekali datanglah kalau kau khawatir.""Aku pasti akan datang, kau tidak ingat kalau ak
Read more

Part 7 : Reflection

Mikaela berjalan dengan tumpukan kertas ditangannya, ia harus mengkopi semua kertas-kertas itu ditengah jam kerja, tumpukan kertas yang merupakan pekerjaannya dan pekerjaan karyawan lain yang sudah merasa senior dan dengan seenaknya menyuruh-nyuruh Mikaela. Tidak heran, Mikaela sudah tahu beberapa karyawan memandangnya dengan tatapan tidak suka.Ia menghela napas berkali-kali dalam lift untuk turun ke lobi, di bawah berjejer mesin potokopi pada pojok sebelah kiri dekat pintu masuk. Seharusnya kantor itu meletakkan satu atau dua mesin potokopi di setiap lantai dan tidak mengumpulkannya dalam satu lantai seperti ini, hal itu lebih efisien dan untuk menghemat waktu karyawan agar tidak naik turun ruangan. Nanti Mikaela akan memprotesnya pada Darren. Ya, jika ia berani.Mikaela tertawa miris dalam hati, untuk menyapa Darren saja ia tidak ber
Read more

Part 8 : Hatred

Darren membenarkan kancing lengan kemejanya dan segera memakai jas hitam yang ia sampirkan asal di sofa ruang kerjanya. Hari ini, ia ada janji untuk makan siang dengan rekan bisnis dan sekaligus membicarakan tentang kerja sama di antara mereka.Baru saja Darren akan melangkah pergi, ponselnya bergetar menandakan satu pesan masuk. Ia segera membacanya.Wajahnya mengeras melihat pesan yang ternyata adalah dari detektif yang ia bayar untuk menyelidiki Mikaela sewaktu ia berada di Paris beberapa hari yang lalu. Orang suruhannya itu mengatakan, bahwa ia sudah mendapat informasi penting dan sedang menuju kantor Darren.Selain untuk berbisnis dengan Leo, Darren juga penasaran kenapa Mikaela dapat pergi dan tinggal di Paris dengan kebangkrutannya tanpa Darren ketahui, padahal dulu Rendy sudah
Read more

Part 9 : Anger

"Kau tau apa yang terjadi kemarin kak? Pak Darren melempar ponselnya tepat di samping Mikaela hingga Ponsel itu hancur." seru Tiwi ketika ia dan Mikaela baru saja duduk di Dream cafe bersama Rendy."Benarkah?""Ya, Beruntung, ponsel itu tidak mengenai Mikaela, dia terlihat sangat marah."Wajah Rendy tampak mengeras."Aku sudah menduganya dia akan melakukan sesuatu padamu." Rendy beralih memandang Mikaela tajam setelah mendengar cerita Tiwi."Dia marah karena aku dan Tiwi bergosip sambil memakan coklat, itu wajar karena kami memang bersalah kak." aku Mikaela."Tapi kau akan terluka jika ponsel itu mengenaimu?" terli
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status