Paris, 08:15 AM
Seorang gadis mengikat rambutnya asal, memakai syal berwarna soft pink hasil rajutannya sendiri, lalu menyambar mantel bulu putih tebal yang ia gantung di lemari pakaiannya, dengan bot berwarna hitam, ia siap keluar dari apartemen mininya dan menyambut musim dingin yang sudah datang beberapa minggu lalu.
Mikaela Cindy, gadis cantik itu akan menemui malaikat penolongnya hari ini, tepat di hari ulangtahunnya yang ke-24. Dia sudah membuat janji setelah hampir setahun tidak bertemu dengan pria itu.
Dengan menaiki taksi, Mikaela menuju ke salah satu cafe yang terkenal di jalanan kota Paris.
Sudah tujuh tahun berlalu sejak ayahnya pergi untuk selama-lamanya dan meninggalkannya sendirian di dunia ini.
Dulu, dia adalah gadis yang berkecukupan sebelum ayahnya bangkrut dan terkena serangan jantung.
Dulu, dia adalah seorang Princess bagi ayahnya. Seorang gadis yang beruntung, diberikan kekayaan, kepintaran dan wajah yang membuat banyak pria mengejarnya.
Tapi sekarang, dia bukan siapa-siapa, melainkan hanya seorang gadis biasa yang mencoba menjalani hari-harinya dengan sangat biasa. Ternyata bermodal wajah cantik saja tidak akan cukup di dunia ini, dia harus berjuang menghadapi kerasnya hidup.
Kini Mikaela hanya tinggal berdua saja dengan Salma, seorang wanita yang sudah Mikaela anggap seperti ibunya sendiri, karena sejak kecil wanita paruh baya itulah yang mengasuh Mikaela, sejak ibunya meninggal mereka menjadi sangat dekat, seseorang yang selalu memanjakan Mikaela, yang tidak pernah meninggalkannya di masa-masa sulit sekalipun.
Dalam hitungan menit saja Mikaela sudah sampai di cafe itu, jalanan tidak macet, tidak seperti kota asalnya, Jakarta. Banyak orang yang memilih berjalan kaki atau naik bis daripada membawa kendaraan sendiri.
Seorang waiters menyambutnya, seperti sudah mengetahui kalau Mikaela akan datang. Waiters itu membawa Mikaela ke lantai paling atas. Lantai yang tak beratap, dengan hiasan bunga-bunga dan tanaman hijau di sekelilingnya.
"Kak! Aku merindukanmu!" Pekik Mikaela girang memeluk seorang pria yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu.
"Selamat ulangtahun princess." ucapnya membalas pelukan Mikaela.
"Jadi mana hadiah untukku? Kau tidak lupa kan kak?" Mikaela melepas pelukannya.
"Mana mungkin aku melupakan ulang tahunmu, hadiahmu akan sampai ke apartemenmu besok."
"Terimakasih kak." Mikaela tersenyum kegirangan.
"Dan juga, Selamat atas kelulusanmu, maaf aku tidak bisa menghadiri acara wisudamu bulan lalu."
"Tidak masalah, asal...."
"Besok kau akan menerimanya, hadiah kelulusanmu."
Mikaela terkekeh.
Pria itu adalah Rendy. Rendy Leonard Sandjaya. Siapa yang tak kenal pria itu sekarang? CEO tampan, pewaris satu-satunya perusahaan ayahnya, pak Sandjaya.
Mikaela sudah mengenal Rendy sejak di sekolah menengah atas, Rendy adalah kakak kelas yang sangat baik padanya. Ayahnya memang salah satu orang paling kaya dan paling berpengaruh di Indonesia, tidak heran sekarang Rendy menjadi sukses seperti ini, dia mewarisi kepandaian ayahnya. Dan Rendy adalah malaikat penolong Mikaela.
.
Flasback on
7 years ago....
"Pak Danu bilang, kita hanya diberi waktu satu Minggu untuk mengosongkan rumah ini nona."
Setelah ayah Mikaela meninggal dan perusahaannya bangkrut, Mikaela tidak mempunyai apapun lagi, kecuali uang asuransi dari ayahnya. Rumahnya dan hartanya sudah habis disita oleh bank.
Sambil memejamkan matanya, Mikaela berusaha kuat menghadapi semua hal buruk yang menimpanya. "Bi, aku akan memberikan separuh asuransiku untukmu dan untuk pak Tarjo. Kau bisa membuka toko kue di kampung nantinya."
Salma mendekat ke arah Mikaela dan duduk disamping gadis itu. "Bibi ingin ikut dengan non saja, non tau kan bibi tidak punya siapa-siapa lagi?"
Mikaela tau, Salma dulunya adalah janda satu anak. Anaknya sudah meninggal karena sakit demam berdarah sebelum Salma bekerja dirumahnya. Seharusnya anak Salma lebih tua daripada Mikaela.
"Tapi aku sudah tidak bisa memberikan gaji lagi padamu bi."
"Bibi tidak butuh gaji non, bibi sudah anggap non sebagai anak bibi sendiri. Non akan bibi rawat seperti anak sendiri. Tolong, biarkan bibi ikut kemanapun non pergi ya."
Mikaela menangis lagi. Entah sudah berapa kali Mikaela menangis minggu ini, tapi air matanya tidak kunjung mengering juga, membuat Mikaela lelah. Dia memeluk Salma erat. "Kemanapun?"
"Iya non kemanapun," Salma mulai ikut menangis.
"Baiklah bi, Ayo kita pergi dari sini, dari rumah ini."
.
Setelah Mikaela memutuskan untuk pergi saat itu juga, dengan taksi ia pergi ke rumah Danu, seseorang yang akan menolong Mikaela mencairkan dana asuransinya, sekaligus pengacara Marta, ayah Mikaela.
Bukan hanya meminta tolong, Mikaela juga akan menolak bantuan yang akan diberikan Danu padanya, yaitu sebuah rumah kontrakan kecil yang bisa Mikaela tinggali bersama Salma. Menurut Mikaela Danu sudah banyak membantunya dan Mikaela tidak ingin merepotkan pria yang merupakan teman baik ayahnya itu.
Ntah apa hubungan Danu dengan Rendy, tetapi Mikaela melihat Rendy ketika ia sampai di rumah Danu.
"Apa yang kakak lakukan disini?"
"Aku hanya sedang main." jawabnya santai.
Mikaela tidak ingin menanggapi, orang sekelas Rendy, apalagi mengingat bagaimana hebatnya ayah Rendy, tentu akan selalu berhubungan dengan pengacara. Mungkin saja Rendy menawarkan pekerjaan pada Danu yang baru saja kehilangan pekerjaannya setelah perusahaan ayah Mikaela bangkrut.
"Baiklah, aku permisi dulu kalau begitu. Jangan lupa beritahu aku." Rendy berpamitan dan meninggalkan pesan untuk Danu.
Setelah kepergian Rendy, tanpa basa basi Mikaela mengutarakan apa maksudnya pada Danu.
"Kemana kau akan pergi Mikaela sayang?"
"Aku tidak tau, tapi aku pasti aman, karena aku bersama bi Salma."
"Kau masih bersekolah, setidaknya tinggalah dulu di kontrakanku, dan selesaikan sekolahmu. Aku yang akan bertanggungjawab, lagipula istriku pasti akan sangat senang dengan keberadaaamu."
"Terimakasih paman, tapi kota ini terlalu menyakitkan bagiku, aku tidak bisa tinggal disini dengan kenangan yang buruk."
Danu hanya menghela napas, dia tau itu sangat berat untuk Mikaela.
"Paman tenang saja, aku pasti akan melanjutkan sekolahku dengan baik, aku sudah punya uang asuransi bukan? Bahkan aku nanti akan masuk Perguruan Tinggi impianku."
"Kau harus berjanji padaku akan terus melanjutkan pendidikanmu, karena ayahmu sudah berpesan untuk menjamin kehidupanmu dan kau harus berjanji untuk mengabariku ketika kau sudah bisa menenangkan diri."
"Aku janji paman. Bisakah aku meminta satu bantuan lagi?"
"Apapun akan aku lakukan untuk membantumu."
"Bisakah kau mengurus sekolahku? Maksudku pengunduran diriku dari sekolah, sekarang juga. Dan jangan beri tau siapapun alasanku, bilang saja aku pindah sekolah."
"Apa ini yang terbaik untukmu nak?"
"Aku rasa untuk saat ini iya. Aku mohon paman."
"Baiklah, aku akan membantumu."
.
"Apa yang kakak lakukan disini?"
Begitu keluar dari gerbang rumah Danu, Mikaela melihat Rendy yang berdiri bersandar pada mobilnya.
"Menunggumu, apa lagi?"
"Kakak perlu sesuatu?"
"Ikutlah denganku sebentar saja." Rendy menarik tangan Mikaela masuk ke dalam mobilnya, Rendy juga menyuruh Salma untuk ikut masuk ke dalam mobil dengan duduk di kursi belakang.
"Ada apa kak?" Mikaela merasa bingung, tidak tau Rendy akan membawanya kemana.
"Nanti kau akan tau."
"Jika kakak ingin membawaku ke tempat mereka, aku tidak mau kak."
"Maksudmu Darren dan Daffa? Mana mungkin aku membawamu ke Singapura sekarang?"
"Aku tidak ingin bertemu mereka."
"Tolong temui mereka."
"Bahkan kakak juga? Kak Darren menyuruhku pergi menemui kak Daffa dan menerima cintanya, kak Rendy juga menyuruhku untuk melakukan hal itu sekarang?"
"Aku tidak bilang kau harus menerima cinta Daffa."
"Aku akan pergi kak, aku tidak mau menemui mereka, aku tidak tau apa yang akan aku lakukan jika bertemu dengan mereka. Aku mencintai kak Darren, tapi kak Darren tidak menginginkanku, dia hanya ingin aku berada disisi kak Daffa yang sedang terbaring koma."
"Aku tau." Rendy sibuk mengemudikan mobilnya.
"Aku akan pergi meninggalkan kota ini kak."
Ciiiittttt.
Mendengar kalimat itu Rendy refleks menginjak remnya. "Kau ingin pergi kemana Mikaela?"
"Aku tidak bisa tinggal disini lagi kak, terlalu banyak kenangan yang menyakitkan untukku."
"Kau ingin pergi kemana?" Rendy mengulang pertanyaannya lagi.
"Kemanapun, asal aku bersama bi Salma."
"Pergilah ke Paris."
Mikaela mengerutkan keningnya.
"Pergilah ke tempat dimana Darren dan Daffa tidak bisa menjangkaumu."
"Maksud kakak?"
"Pergilah ke paris, lanjutkan studymu disana, aku akan mengurus semuanya."
"Tidak kak, terimakasih, tapi aku tidak mau merepotkanmu. Uang asuransiku hanya cukup untuk melanjutkan sekolahku hingga Perguruan Tinggi, aku harus mencari tempat tinggal yang layak untuk kami dan untuk makan."
"Aku akan mengurusnya, semuanya. Aku akan mengurusnya."
"Tidak kak. "
"Lalu, kemana kau akan pergi?"
"Turunkan kami disini."
"Kalau begitu, Darren akan menyeretmu ke hadapan Daffa. Lihat, dan buktikan itu."
"Dia akan tetap menemukanku kemanapun aku pergi kak."
"Tidak, aku yang akan menjamin itu."
"Tapi.."
"Demi kebaikanmu, pergilah, dan pulanglah jika kau sudah siap."
"Aku akan membayarnya kak." ucap Mikaela akhirnya, ada keraguan dalam nada bicaranya.
"Ya, baiklah, bayar itu jika kau sudah sukses."
Mikaela tersenyum, mungkin ini keputusan yang berat baginya, tapi kemana lagi ia harus pergi? Dia janji akan membayar semuanya pada Rendy suatu saat nanti. Pasti.
Hari itu juga Rendy mengurus segala sesuatu yang Mikaela butuhkan dengan bantuan orang terdekat ayahnya. Bahkan Rendy mengutus salah satu dari mereka untuk menemani Mikaela sampai ke Paris.
Di Paris sudah disediakan tempat tinggal untuk Mikaela, dan keesokan harinya dia sudah terdaftar di salah satu sekolah yang cukup baik di Paris.
Rendy benar-benar menepati janjinya. Setelah beberapa bulan di Paris, dia sama sekali tidak mendengar kabar dari Darren. Rendy pun tidak memberi kabar tentang keadaan si kembar, Darren dan Daffa.
Mikaela akan terus menjalani kehidupannya seperti gadis biasa lainnya. Tanpa siapapun, tanpa sahabatnya. Walau ada rasa kosong dihatinya meninggalkan seseorang yang ia cintai. Darren.
Flashback off
.
"Lalu, apa rencanamu setelah ini?"
"Aku akan bekerja kak, aku tidak mungkin akan terus menerus menyusahkanmu."
"Dimana kau akan bekerja?"
"Kakak tidak perlu khawatir, aku sudah memasukkan beberapa lamaran di perusahaan ternama disini, jadi kakak tenang saja."
"Kau sangat mandiri sekarang."
"Tentu saja kak, aku sangat berterima kasih padamu, jika tanpa bantuanmu, aku pasti--"
"Bagaimana kabar bi Salma?" Pria itu memotong ucapan Mikaela.
"Beratnya naik lima kilo kak." bisik Mikaela sambil terkekeh.
"Aku akan mengirimkan hadiah juga untuk bi Salma."
Pesanan mereka sampai diwaktu yang tepat, Mikaela sangat lapar karena tadi pagi tidak sempat sarapan. Ia memesan cheesecake dengan ukuran besar dan satu cangkir hot chocolate.
"Kau tidak berubah."
"Benarkah?"
"Ya, masih seperti anak kecil, apa pacarmu tidak protes padamu?"
"Kak, kau hanya ingin tau apakah aku punya pacar atau tidak kan? Jawabannya tidak."
"Benarkah? Padahal kau cukup cantik."
"Aku tidak pernah memikirkan hal itu selama tujuh tahun ini, aku sibuk dengan kuliahku kak."
"Tapi ada beberapa pria yang mendekatimu."
Mikaela mengerutkan keningnya. "Darimana kakak tau?"
Pria itu berdeham. "Aku hanya menebak saja. Habiskan cake-mu"
"Kak..?
"Ya?"
Mikaela sebenarnya ingin menanyakan sesuatu, tapi ia ragu, apakah harus menanyakannya atau tidak.
"Ya, Darren sudah bertunangan." tanpa mendengar apa yang akan ditanyakan Mikaela, Rendy sudah bisa menebak pertanyaan itu.
"Oh, ternyata begitu."
"Darimana kau tau kabar itu?"
"Kak Daffa menghubungiku sebulan yang lalu, dia mengabarkan pernikahannya."
"Apa kau baik-baik saja?"
"Tentu."
"Aku lupa mengucapkan terimakasih padamu kak."
"Untuk?"
"Mempertemukanku dengan kak Daffa setahun yang lalu. Sejak itu kami sering berkomunikasi, hubungan kami sudah membaik, itu semua karenamu kak, karenamu juga aku bisa meminta maaf padanya atas kejadian masa lalu kami. Dan sekarang kami bisa berteman baik."
"Apa kau senang?"
"Tentu saja."
"Lalu kapan kau akan kembali ke Indonesia?"
"Belum tau."
"Bukankan mereka sudah menjalani hidup mereka masing-masing? Daffa sudah menikah, Darren sudah bertunangan, dan sebentar lagi dia akan menikah."
Dan aku masih terjebak pada masa lalu. Batin Mikaela. Ya, perasaan Mikaela masih sama dengan tujuh tahun lalu. Tapi dia bisa apa? Dialah yang meninggalkan cintanya dulu. Waktu itu Mikaela masih sangat muda, masih berumur 17 tahun dan harus menanggung beban yang sangat berat. Apalagi yang bisa ia lakukan selain pergi meninggalkan semua bebannya?
"Aku ingin bekerja dulu, aku ingin mengembalikan hutangku padamu."
"Bekerjalah diperusahaanku."
"Tidak. Aku tidak mau bekerja karena bantuan seseorang, aku ingin menghasilkan uang dengan kerja keras ku sendiri, lalu mengganti uangmu."
Rendy terkekeh. "Baiklah, jika kau lelah, datanglah padaku."
"Omong-omong, bagaimana denganmu kak? Kenapa kau tidak menikah?"
"Aku masih muda Mikaela, 26 tahun."
"Dan kau sudah sangat hebat di usiamu kak. Kadang aku merasa iri."
"Aku hanya menjalankan bisnis ayahku."
"Sama saja. Kau punya segalanya."
"Habiskan makanmu, waktuku tak banyak, aku harus kembali lagi ke Singapura siang ini, ada hal yang penting disana."
"Wow, kak, kau baru sampai tadi pagi dan akan kembali ke Singapura siang ini?"
"Why not?"
"Apa yang kau lakukan disini kak?"
"Tentu saja menemui adikku ini." Rendy mengusap kepala Mikaela sayang. Ia memandang wajah gadis itu setelah setahun lamanya tidak bertemu karena satu dan dua hal yang tidak memungkinkan untuknya menemui Mikaela. Dia merindukan gadis itu. Sangat.
Darren Revano Abrata. Pria yang sangat Mikaela cintai, tujuh tahun lalu, hingga sekarang. Mikaela tetap mencintai pria itu. Tapi sekarang dia tidak akan berharap lagi, sejak Rendy mengatakan bahwa Darren sudah menjalin hubungan dengan dokter yang merawat Daffa tiga tahun yang lalu. Kemudian sekarang, Rendy mengatakan bahwa mereka sudah bertunangan dan akan segera menikah.Mikaela tau semua kabar Darren dari Rendy, dan tentunya kedua sahabatnya yang ada di Indonesia, Tiwi dan Siska. Kalau Rendy tidak memberitahu apa yang Mikaela ingin tau tentang Darren, maka kedua sahabatnya yang akan mencari tau, karena Tiwi bekerja di kantor Darren. Sedangkan Siska adalah rekan bisnis Rendy yang juga tetangga dekat Rendy. Seperti informasi jika Tiwi pernah memergoki Darren berciuman di kantor dengan wanita yang sekarang sudah menjadi tunangannya. Dan itu hanya membuat Mikaela tersenyum miris. Darren mu
Singapore, 08:19 PMDarren terbangun dalam keadaan shirtless di apertemennya, bukan karena dia tidur dengan wanita, Darren tidak pernah membawa wanita manapun ke ranjangnya, termasuk Caroline, kekasih sekaligus calon istrinya.Dulu memang Darren sering tidur dengan wanita yang dia temui di bar, itupun karena dia terbawa pergaulan dengan anak-anak rekan bisnis ayahnya. Pergaulan yang cukup liar, ke bar sudah jadi aktivitasnya sehari-hari, minum alkohol walau tidak sampai mabuk tapi cukup membuat Darren lepas kendali, one night stand, dia sering melakukan itu. Tetapi semua sudah dia tinggalkan semenjak menjalin hubungan dengan Caroline.Jika boleh jujur, Caroline sangat pandai dalam urusan ranjang. Dan Darren cukup puas akan hal itu, makanya dia tidak mencari k
Setelah belasan jam lamanya perjalanan, antara sadar dan jetlag Mikaela akhirnya tau dimana dia menginjakan kakinya sekarang. Ia berdiri di tempat yang paling ingin ia hindari.Bagai kutukan, seharusnya ia bertanya dahulu sebelumnya dimana ia akan bekerja. Karena terlanjur tergiur dengan fasilitas dan gaji yang dijanjikan oleh Leo, dengan gegabah Mikaela menandatangani kontrak kerja selama setahun.Dan disinilah dia sekarang. Berdiri di gedung megah D.E Corp. Mikaela tahu benar gedung ini adalah milik ayah Darren yang sekarang sudah diambil alih oleh putranya itu.Ingin rasanya Mikaela lari dari tempat itu, tetapi langkah kakinya memberat ketika ingat bahwa ia sudah terlambat untuk melarikan diri. Bi Salma sudah diantar ke apertemen barunya yang sudah disiapkan oleh Leo, sedan
"Wow, belum ada 24 jam aku mempekerjakan gadis itu, kalian sudah berada disini. Kalian punya informan yang cukup baik." Ucap Darren begitu membuka pintu ruangan kerjanya usai meeting dengan salah satu rekan bisnisnya.Daffa dan Rendy yang sudah duduk di sofa ruangan Darren sejak tadi seketika berdiri melihat Darren memasuki ruangan dan dengan santai duduk di kursi kebesarannya."Kalian mau minum apa?" tawar Darren."Apa yang kau lakukan Darren?" protes Daffa."Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kalian berdua lakukan disini?"Rendy menghela napas mendekati Darren. "Apa maksudmu?""Apa?"
"Kau yakin tidak akan terjadi apapun?" Tanya Daffa pada Rendy setelah Mikaela dan Tiwi meninggalkan mereka."Aku tidak yakin, kau paling tau karakter Darren, dia pasti merencanakan sesuatu.""Hmm, kalau begitu apa yang harus kita lakukan?""Aku sudah memikirkan ini sejak tadi, sebaiknya kau pulang saja Daff, kau tau kan bagaimana istrimu?" Rendy menyilangkan tangan ke dadanya dan menatap Daffa serius. "Aku akan membeli apertemen disini, sekaligus untuk mengawasi proyek pembangunan gedung baru kita.""Apa kau yakin?""Tentu saja, serahkan padaku, sesekali datanglah kalau kau khawatir.""Aku pasti akan datang, kau tidak ingat kalau ak
Mikaela berjalan dengan tumpukan kertas ditangannya, ia harus mengkopi semua kertas-kertas itu ditengah jam kerja, tumpukan kertas yang merupakan pekerjaannya dan pekerjaan karyawan lain yang sudah merasa senior dan dengan seenaknya menyuruh-nyuruh Mikaela. Tidak heran, Mikaela sudah tahu beberapa karyawan memandangnya dengan tatapan tidak suka.Ia menghela napas berkali-kali dalam lift untuk turun ke lobi, di bawah berjejer mesin potokopi pada pojok sebelah kiri dekat pintu masuk. Seharusnya kantor itu meletakkan satu atau dua mesin potokopi di setiap lantai dan tidak mengumpulkannya dalam satu lantai seperti ini, hal itu lebih efisien dan untuk menghemat waktu karyawan agar tidak naik turun ruangan. Nanti Mikaela akan memprotesnya pada Darren. Ya, jika ia berani.Mikaela tertawa miris dalam hati, untuk menyapa Darren saja ia tidak ber
Darren membenarkan kancing lengan kemejanya dan segera memakai jas hitam yang ia sampirkan asal di sofa ruang kerjanya. Hari ini, ia ada janji untuk makan siang dengan rekan bisnis dan sekaligus membicarakan tentang kerja sama di antara mereka.Baru saja Darren akan melangkah pergi, ponselnya bergetar menandakan satu pesan masuk. Ia segera membacanya.Wajahnya mengeras melihat pesan yang ternyata adalah dari detektif yang ia bayar untuk menyelidiki Mikaela sewaktu ia berada di Paris beberapa hari yang lalu. Orang suruhannya itu mengatakan, bahwa ia sudah mendapat informasi penting dan sedang menuju kantor Darren.Selain untuk berbisnis dengan Leo, Darren juga penasaran kenapa Mikaela dapat pergi dan tinggal di Paris dengan kebangkrutannya tanpa Darren ketahui, padahal dulu Rendy sudah
"Kau tau apa yang terjadi kemarin kak? Pak Darren melempar ponselnya tepat di samping Mikaela hingga Ponsel itu hancur." seru Tiwi ketika ia dan Mikaela baru saja duduk di Dream cafe bersama Rendy."Benarkah?""Ya, Beruntung, ponsel itu tidak mengenai Mikaela, dia terlihat sangat marah."Wajah Rendy tampak mengeras."Aku sudah menduganya dia akan melakukan sesuatu padamu." Rendy beralih memandang Mikaela tajam setelah mendengar cerita Tiwi."Dia marah karena aku dan Tiwi bergosip sambil memakan coklat, itu wajar karena kami memang bersalah kak." aku Mikaela."Tapi kau akan terluka jika ponsel itu mengenaimu?" terli
"Yang mana yang akan kau kenalkan padaku kak?"Dia bertanya padaku dengan wajah berbinarnya, membuat hatiku terasa sakit.Huh. Aku benar-benar merasa kasihan pada diriku sendiri. Aku tertawa padanya dan juga tertawa pada diriku sendiri.Menertawakan kebodohanku.Bagaimana bisa aku masih mencintainya hingga saat ini?
"Selamat atas pernikahanmu kak."Itu ucapan darinya saat mendengar kabar pernikahanku. Ucapan dari cinta pertamaku Mikaela.Aku termenung menatap hamparan pemandangan kota disepinya malam.Baru saja pesta pernikahanku usai dan menyisakan perasaan yang bercampur aduk didalam hatiku.Aku memutuskan untuk minum-minum dengan mengajak sahabatku, Rendy. Tapi ia justru meninggalkanku sendiri.
"Jangan menemuinya, atau kau akan aku seret meninggalkan negara ini, dan aku akan mengasingkanmu di kutub utara."Aku menutup ponselku begitu mengatakan hal yang akan benar-benar aku lakukan pada tunanganku itu jika ia tidak mendengarkan ucapanku.Mikaela Cindy. Gadis yang ntah sejak kapan membuatku gila.She driving me crazy.
Jangan menemuinya, atau kau akan aku seret meninggalkan negara ini, dan aku akan mengasingkanmu di kutub utara."Begitulah kira-kira ucapannya sebelum mematikan ponsel, menutup panggilan secara sepihak.Tunanganku yang sangat posesif dan egois. Dia Darren Revano Abrata.Sebulan yang lalu kami resmi bertunangan. Tentu saja kisahku tidak mudah seperti yang kalian bayangkan. Penuh air mata dan pengorbanan. Aku
"Aku tidak bisa menjemputnya, aku sedang membantu bi Salma menyiapkan pesanan, kau tahu ini project besar pertamanya dan supir ada bersama kami untuk membantu keperluan lain-lain, jadi hari ini kau yang menjemputnya ya?""Aku ada meeting siang ini.""Darrenku sayang, uangmu sudah sangat banyak, bisa kau batalkan saja meetingmu itu demi anakmu?"
Dering jam waker berbunyi nyaring memecah keheningan gelap suatu ruangan yang didominasi warna hitam dan putih.Mikaela menyingkirkan tangan besar yang menindih tubuhnya secara perlahan, dia bangkit dari ranjangnya sambil merentangkan satu tangan dan menguap, punggung tangan yang lain menutup mulutnya yang terbuka.Mikaela mematikan alarm jam tersebut, kemudian menengok buah hatinya yang sedang terlelap sambil tersenyum.
Ema menata perabot-perabot rumah tangga yang terkumpul acak dan menumpuk di salah satu ruangan yang lebar, itu adalah ruang tengah rumah baru Darren. Ia baru saja membeli rumah mewah tak jauh dari apertemennya yang dulu.Berkat usaha, dan kerjasamanya dengan Sandjaya, seseorang yang sudah tidak diragukan lagi dalam dunia bisnis. Kini bisnis Darren menjadi berkembang pesat dan perusahaan Sandjaya terselamatkan dari kebangkrutan juga berkat dirinya.Sungguh kerjasama yang menguntungkan.Dibantu be
"Apa?" Caroline terkejut setelah mendengar berita yang baru saja Daffa sampaikan.Mikaela dan Rendy kecelakaan? Bagaimana mungkin? Baru saja rencana mereka akan terwujud. Tapi....Caroline mengumpat dalam hati. Ia berpikir keras, memutar otaknya."Cepat tolong mereka."gusar Daffa tidak sabar di seberang.
Darren ingat ketika pertama kalinya ia mengatakan dengan jelas jika ia merindukan Mikaela...Setelahnya ia akan kembali ketus kepada gadis itu, bukan karena apa, tetapi karena Darren malu ia harus mengakui jika ia merindukan Mikaela.Ia ingat ketika pertama kali Daffa mengatakan apa yang membuatnya mencintai Mikaela...Dan secara terang-terangan Darren menantangnya, ia juga ingin memiliki Mikaela sama seperti Daffa.