Share

Godaan Sang Presdir Setiap Malam
Godaan Sang Presdir Setiap Malam
Penulis: Natasha_11

Bab 1

Penulis: Natasha_11
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 14:26:01
Duar! Angin bertiup dengan kencang, sedangkan hujan juga turun dengan deras. Suasananya terasa sangat mencekam.

Dada Tiffany terasa sesak, keringat dingin juga membasahi tubuhnya. Kemudian, dia tiba-tiba membuka matanya.

“Tiffy, aku sudah pernah bilang kamu harus fokus waktu kita lagi di ranjang, ‘kan?”

Pria ini memiliki wajah tegas, alis lebat, mata yang mendalam, dan ekspresi tenang. Bibirnya yang dingin sedang bergerak perlahan di tubuh wanita yang berada di bawahnya. Dia seperti sedang menggoda wanita itu, tetapi terlihat lebih mirip dengan menikmati permainan pendahuluan.

Tubuh kedua orang itu sangat dekat. Meskipun tidak menyalakan lampu, Tiffany dapat merasakan otot perut si pria yang kuat dan juga panas.

Setelah melihat jelas siapa orang di hadapannya, Tiffany langsung menangis, lalu menggenggam tangannya dengan ketakutan.

“Paman, maaf, maaf. Aku nggak seharusnya paksa kamu menikah denganku atau ganggu hubunganmu dengan Meliana. Aku yang salah! Aku pantas mati!”

Gerakan Edric langsung terhenti. “Tiffy bodoh, apa yang kamu katakan? Kita sudah nikah begitu lama, kenapa kamu masih panggil aku Paman?”

Mendengar nada Edric yang begitu lembut, Tiffany pun tercengang.

Sejak Tiffany berinisiatif naik ke ranjang Edric pada umur 18 tahun, Edric pun bersikap sangat dingin terhadapnya. Demi membalaskan dendam Meliana yang kehilangan rahimnya dalam kecelakaan, Edric bahkan mengurungnya, menyiksanya, membiarkan Meliana merebut anaknya hingga dia tewas di ruang bawah tanah yang kotor itu.

Jadi, apakah ini mimpinya sebelum mati? Hanya di dalam mimpi, Edric baru bisa bersikap begitu lembut dan perhatian padanya. Namun, Tiffany sudah tidak berani menginginkan hal seperti ini.

“Nggak! Mas, pernikahan kita cuma sebuah kesalahan. Aku terlalu egois dan sudah hancurkan kebahagiaan yang seharusnya kamu miliki.”

Saat Tiffany berumur 5 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal. Berhubung pernah menolong ayahnya Edric, kakeknya Tiffany pun mau tak menebalkan muka untuk meminta ayahnya Edric mengadopsinya.

Tiffany akhirnya menjadi “putri asuh” kakak perempuan Edric. Pada saat itu, dia baru berumur 6 tahun, sedangkan Edric berumur 13 tahun. Berhubung telah mengalami perubahan besar dalam hidup, Tiffany menjadi penakut dan bahkan tidak berani menatap pemuda yang dingin itu.

Ayahnya Edric yang bernama Lukman Hanson menyuruh Edric untuk lebih memperhatikan dan menjaga Tiffany. Edric memang memenuhi permintaan itu. Jika tidak, Tiffany tidak mungkin menaruh perasaan yang begitu mendalam terhadapnya.

Setelah kejadian itu, Lukman menyuruh Edric untuk menikahi Tiffany. Pada saat itu, seberapa besar cinta Tiffany terhadap Edric, seberapa besar pula cinta Edric terhadap Meliana. Jika bukan demi mendapatkan hak ahli waris, Edric tidak mungkin menyetujui pernikahan ini.

Selain itu, Edric juga merasa yakin bahwa Tiffany yang menghasut Lukman ....

“Sayang, jangan ngomong begitu. Hubunganku dengan Meliana hanyalah masa lalu. Waktu buat akta nikah, bukannya kita sudah sepakat untuk nggak ungkit soal hal ini lagi?” Edric memeluk pinggang Tiffany dengan erat dan lanjut berkata, “Apa kamu masih marah karena aku nggak temani kamu ke pesta tadi? Jangan marah lagi, Sayang. Aku juga nggak nyangka akan ada rapat mendadak.”

Sentuhan ini terasa sangat nyata. Tiffany pun menyadari bahwa dia sepertinya bukan sedang bermimpi .... Jangan-jangan .... dia sudah terlahir kembali?

Kejadian dirinya dikurung dan anaknya dirampas darinya masih terukir jelas di benaknya. Tiffany pun membelalak, lalu berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Edric dengan putus asa.

Sementara itu, Edric mengira Tiffany hanya sedang bermain tarik-ulur dengannya. Dia pun menahan pergelangan kaki Tiffany dan menariknya mendekat. Kemudian, tubuhnya yang tinggi dan tegap langsung menindih Tiffany dengan penuh dominasi.

“Sret ....”

Edric merobek pakaian yang masih tersisa di tubuh Tiffany, lalu menggunakan tangannya yang kapalan untuk menyentuh dadanya.

Tiffany yang merasa tubuhnya seperti tersetrum langsung panik dan menampar Edric. Gerakan Edric seketika terhenti.

Dengan tangan gemetar, Tiffany menutupi tubuhnya dengan pakaian yang sudah koyak itu. Wajahnya sudah pucat pasi. Dia berkata dengan tidak berdaya, “Jangan sentuh ... aku. Aku lagi nggak nyaman.”

Setelah terlahir kembali, Tiffany tidak ingin terlibat dengan Edric, juga tidak ingin kehilangan nyawanya lagi.

Jika yang menerima tamparan ini adalah Edric yang dulu, dia pasti akan langsung bersikap dingin terhadap Tiffany. Dia juga akan mengatakan Tiffany sok suci, padahal Tiffany yang melemparkan diri padanya dulu.

Kali ini, Edric hanya menggunakan ujung lidahnya untuk menyentuh pipinya yang ditampar itu. Tatapannya penuh dengan emosi yang sulit ditebak. Tiba-tiba, dia menarik pergelangan tangan Tiffany secara paksa.

Tiffany berusaha untuk menarik kembali tangannya, tetapi perbedaan tenaga mereka terlalu jauh. Dia hanya bisa memejamkan mata dengan takut. Seluruh tubuhnya juga gemetar hebat. Entah itu karena dia takut Edric balas menamparnya atau takut dirinya akan mati tragis lagi seperti di kehidupan selanjutnya.

Edric memandang Tiffany lekat-lekat untuk sesaat, lalu berujar, “Sudah hebat kamu sekarang? Bukan cuma nyalimu yang tambah besar, kamu juga bertambah kuat.”

Sebelum Tiffany sempat merespons, Edric menatap telapak tangan Tiffany yang bengkak dan merah, lalu meniupnya sambil berkata, “Waktu mau pukul orang lain kali, ingat jangan pakai tangan sendiri. Memangnya nggak sakit?”

Tubuh Tiffany pun menegang. Kenapa Edric bersikap begitu lembut terhadapnya? Dia bertanya dengan hati-hati, “Kamu nggak marah aku tampar kamu?”

“Kenapa harus marah? Aku yang salah dan sudah buat kamu marah.”

Tiffany pun tercengang. Tunggu! Edric tidak seharusnya bersikap seperti ini terhadapnya.

“Mas, tanganku sakit. Aku juga ... haus,” ujar Tiffany dengan berlinang air mata.

Edric bangkit dari tempat tidur dan menjawab, “Aku akan ambilkan air untukmu. Kamu istirahat saja yang baik.”

Begitu Edric keluar, Tiffany langsung merasa lega. Kemudian, dia buru-buru mengambil ponsel yang berada di atas meja samping tempat tidur.

Tanggal 21 Mei 2023. Ini adalah tahun kedua Tiffany dan Edric menikah, juga merupakan hari peringatan pernikahan mereka. Dalam ingatannya, Edric seharusnya sedang bersama Meliana pada malam ini. Kenapa Edric malah berada di tempat tidurnya, juga bersikap begitu sabar dan lembut terhadapnya?

Tiffany lanjut mencari informasi lainnya. Dia menyadari bahwa semua hal yang terjadi di kehidupan ini hampir sama seperti hal yang terjadi di kehidupan sebelumnya, kecuali hal yang berkaitan dengan Edric.

Di kehidupan sebelumnya, sebelum Meliana kembali dari luar negeri, Edric tidak berhenti terlibat skandal dengan berbagai macam wanita. Sementara itu, Tiffany hanyalah istrinya yang tidak bermakna.

Namun, di kehidupan ini ....

Tiffany hanya bisa menemukan berita mengenai betapa Edric memanjakan istrinya. Contohnya, demi membuatnya tersenyum, Edric membelikan hak menamai sebuah bintang sebagai hadiah untuknya. Di hari ulang tahunnya, Edric menghadiahkannya sebuah pulau. Edric juga mendesainkan gaun pengantin dan cincin nikah untuknya.

Tiffany pun membelalak dan mengepalkan kedua tangannya erat-erat hingga buku-buku jarinya memutih. Benaknya sangat kacau dan dia sama sekali tidak dapat berpikir.

Kenapa Edric di kehidupan ini begitu berbeda dengan Edric di kehidupan sebelumnya? Apa Edric juga sudah terlahir kembali? Jika begitu, apa tujuan Edric mengubah sikapnya? Apa Edric masih ingin balas dendam padanya?

Begitu memikirkan hal ini, hati Tiffany berdebar tidak karuan. Dia merasakan ketakutan yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya.

Tepat pada saat ini, Edric berjalan masuk dengan memegang sebuah kompres dingin dan segelas air.

Tiffany langsung meringkuk dan menggigit bibirnya. Dia menatap Edric dan mencoba untuk menemukan sesuatu dari ekspresinya. “Mas, apa luka Meliana dari kecelakaannya sudah baikan?”

Di kehidupan sebelumnya, begitu Tiffany mengungkit tentang Meliana, Edric akan langsung murka, menyalahkannya, dan juga memakinya.

Edric mengompres telapak tangan Tiffany sambil menjawab dengan nada yang sulit ditebak, “Kenapa kamu tiba-tiba ungkit soal dia? Jangan-jangan ....”

Edric menyentuh wajah Tiffany dengan lembut dan bertanya dengan suara berat, “Kamu cemburu?”

Semakin Edric bersikap lembut, semakin takut pula Tiffany. Dia khawatir Edric tiba-tiba berhenti bersandiwara, lalu langsung mencekiknya dan menyuruhnya mati.

Tiffany menghindari sentuhan Edric dengan tubuh yang tegang. “Aku nggak cemburu. Aku cuma merasa aku sudah berbuat banyak kesalahan, tapi Mas masih bisa memaafkanku. Mas benar-benar jauh lebih mencintaiku dari yang aku bayangkan.”

Tiffany merasa Edric tidak mungkin mencintainya. Dia hanya mencintai Meliana yang lembut dan anggun.

Edric pun tersenyum tipis. Senyumannya terlihat sangat memikat di bawah cahaya remang. “Benar. Jadi, kamu harus ingat. Aku ini orang yang paling mencintaimu di dunia ini. Apa pun yang aku lakukan adalah demi kebaikanmu.”

Bab terkait

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 2

    Seusai berbicara, Edric pun menunduk. Bulu matanya yang tebal dan panjang menyembunyikan emosi di dalam matanya. Bibir tipisnya sedikit terkatup, hidungnya yang mancung memantulkan bayangan samar di bawah lampu.Edric sangat tampan, terutama saat melakukan sesuatu dengan serius. Meskipun Tiffany membencinya, ini adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Bagaimanapun juga, dia adalah presdir Grup Hanson yang memiliki latar belakang keluarga terkaya di ibu kota dan memiliki pemuja yang tak terhitung jumlahnya.Edric memijat telapak tangan Tiffany dengan lembut, lalu bertanya, “Masih sakit?”Tiffany sangat ingin menarik kembali tangannya, tetapi berusaha menahan keinginan itu. Sebelum menyelidiki dengan jelas kenapa Edric bisa berubah, dia tidak boleh mengungkapkan fakta bahwa dirinya telah terlahir kembali.“Nggak sakit lagi.”Edric sepertinya merasa sangat puas. Dia melempar kompres itu ke tong sampah dan berkata, “Sudah malam, ayo tidur.”Tiffany berusaha untuk tidak gemetar dan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 3

    Tiffany mengepalkan tangannya erat-erat. Setelah sesaat, dia baru tenang kembali dan berjalan melewati Ana sambil berkata, “Kasih tahu dia aku sudah keluar. Coba lihat dia setuju atau nggak.”Di kantor presdir Grup Hanson.Edric berdiri di depan dinding kaca sambil menerima telepon. Entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon, keningnya terlihat berkerut dan tatapannya yang melihat ke luar jendela sangat mendalam. Dia hanya mengucapkan sepatah kata “emm” dan tidak berbicara lagi sampai telepon itu berakhir.“Bos Ed?” panggil Lewis Alberto.Edric memiliki 2 orang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan, tetapi mereka semua hanyalah saudara seayahnya. Dia juga memiliki seorang adik perempuan yang dilahirkan oleh ibu yang sama. Berdasarkan urutan ahli waris laki-laki, orang yang akrab dengannya akan memanggilnya “Bos Ed”.Tidak lama kemudian, Edric berjalan ke arah sofa dan duduk. “Sudah ngomong sampai mana? Lanjutkanlah.”Lewis pun lanjut berbicara, “Menurut info internal, Daerah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 4

    Terdengar suara Lukman yang berwibawa dari ujung telepon yang berkata, “Bawa Tiffy pulang ke rumah malam ini supaya kita bisa makan malam bersama.”Rumah yang dimaksud ini adalah kediaman lama Keluarga Hanson.“Aku lagi nggak enak badan, nggak bisa pulang.”Sejak menikah, Edric pun pindah keluar dan sangat jarang kembali ke kediaman lama yang selalu dipenuhi dengan intrik. Meskipun itu hanyalah undangan untuk makan bersama, mungkin saja sudah ada banyak jebakan yang dipasang.Lukman mendengus, lalu berkata dengan tegas, “Kamu boleh nggak datang, tapi Tiffy harus datang. Bilang saja aku sudah rindu sama dia.”Edric tidak ingin lanjut mendengar omelan Lukman dan langsung memutuskan sambungan telepon. Kemudian, dia langsung menyalakan mesin mobil lagi tanpa melirik Tiffany.Tiffany mendengar jelas percakapan ayah dan anak itu. Dia tidak dapat menebak apa maksud Edric, tetapi dia tahu bahwa Edric sedang marah saat ini. Dia pun mencoba yang terbaik untuk tidak menarik perhatian Edric dan ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 5

    Krystal menatap Tiffany lekat-lekat, lalu langsung berjalan keluar dari kantor presdir. Tiffany tidak peduli apakah Krystal percaya pada ucapannya atau tidak. Dia hanya lanjut duduk meringkuk di sofa.Tiffany mau tak mau harus mengakui bahwa Edric memang tampan, juga memiliki latar belakang yang unggul. Tidak peduli di mana pun dia berada, dia akan selalu menjadi putra ketiga Keluarga Hanson yang dikejar para wanita. Wanita yang memiliki pemikiran sama dengan Krystal sangatlah banyak.Tiffany tidak ingin memonopoli posisi sebagai istri Edric dan menjadi sasaran kritik publik lagi seperti di kehidupan lalu. Dia ingin meninggalkan Edric secepat mungkin.Seiring dengan berlalunya waktu, Tiffany pun tertidur di sofa. Saat membuka kembali matanya, dia langsung bertemu pandang dengan tatapan Edric yang mendalam, penuh kemuraman, dan mengintimidasi.Tiffany pun ketakutan dan buru-buru bergeser ke sisi lain sofa. “Mas, ka ... kamu sudah selesai rapat?”“Emm.” Edric kembali berdiri tegak, lalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 6

    Selama makan, Tiffany merasa sangat gelisah. Dia hanya menunduk dan makan dengan susah payah. Setelah ada yang berhenti makan, dia juga berhenti makan.Lukman mengelap mulutnya, lalu menatap Tiffany dan Edric. “Malam ini, kalian nginap saja di sini.”Tiffany ingin pulang, tetapi juga tidak dapat membantah. Jika tinggal di tempat ini, dia pasti harus tidur sekamar dengan Edric. Begitu memikirkan harus tidur sekamar dengan Edric, dia langsung teringat pada keadaan mayatnya yang tragis di kehidupan sebelumnya. Dia benar-benar merasa takut.Namun, Lukman pada dasarnya sangat tegas. Dia tidak akan menerima keputusannya dibantah orang lain. Ditambah dengan tidak ingin membuat Lukman sedih, Tiffany akhirnya mengurungkan niatnya untuk menolak.Lukman berdiri, lalu memberi perintah dengan penuh wibawa, “Edric, ikut aku ke ruang baca dulu. Yang lainnya, bubar saja.”Begitu semua orang bubar, yang tersisa di ruang tamu hanyalah Tiffany dan Lucy. Tiffany benar-benar tidak tahu harus bagaimana meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 7

    Tiffany langsung menggigit bibirnya dan menatap Edric dengan tatapan memohon. “Mas, bisa nggak jangan begini. Aku nggak suka.”Edric pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya. Dia seperti sedang berpikir kenapa Tiffany tidak menyukainya. Dulu, mereka berdua sering melakukan hal seperti ini. Dia pun melangkah maju untuk mendekati Tiffany.Tiffany tahu apa yang diinginkan Edric dan secara refleks menghindar. Dia takut Edric akan melakukan hal lainnya lagi dan mau tak mau bersabar, lalu berkata dengan sok tenang, “Jangan mendekat. Aku ... akan buka bajuku sendiri.”Pakaian musim panas pada dasarnya sangat tipis. Terlebih lagi, Tiffany mengenakan gaun. Selambat apa pun gerakannya, kulitnya yang putih dan mulus pun terpampang di hadapan Edric sedikit demi sedikit. Suasana yang tegang ini membuat gerakannya terlihat sangat kaku.Tiffany bisa merasakan bahwa tatapan Edric tidak teralihkan dari tubuhnya sedetik pun. Hal ini pun membuatnya bertambah gugup hingga berkeringat.Melihat Tiffany yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 8

    Saat ini, tampang dingin Edric berangsur-angsur terlihat seperti tampangnya dari kehidupan lalu. Apakah ini barulah kedok aslinya? Apa tadi Edric berpura-pura lembut hanya untuk menipu Tiffany?Hati Tiffany sontak bergejolak hebat. Dia secara naluriah ingin melarikan diri, juga berusaha untuk melepaskan diri dari kendali Edric. Dia berkata dengan suara gemetar, “Le ... lepaskan aku.”Melihat tampang ketakutan Tiffany, hati Edric langsung tenggelam. Dia baru menyadari bahwa dirinya sudah kehilangan kendali dan buru-buru melepaskan Tiffany. Kehangatan kulit Tiffany sepertinya masih tertinggal di telapak tangannya dan membuat hatinya bergetar.Edric mengerutkan keningnya, lalu menatap Tiffany dengan tatapan selembut sebelumnya sambil bertanya, “Sayang, ada apa denganmu sebenarnya?”Berhubung Tiffany masih tidak bersuara, Edric pun melembutkan lagi nadanya dan bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba mau cerai?”Tiffany menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Kemudian, dia menatap Edric

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 9

    Tiffany diam-diam menertawakan Edric dalam hati, tetapi tidak menunjukkannya. Dia malah tersenyum dan berkata, “Suamiku benar-benar baik.”Mata Edric menjadi gelap lagi. Sebab, 4 patah kata itu sudah membangkitkan kembali gairahnya. Dia menggengam erat pinggang ramping Tiffany, lalu menggigit bekas yang ditimbulkannya itu dengan pelan.Tiffany membuka matanya yang indah. Di bawah cahaya lampu yang redup, dia terlihat sangat memukau. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kakinya menjulur lurus saking tegangnya.“Sayang, boleh nggak kita nggak lakukan hal itu?” bisik Tiffany dengan nada ketakutan. Namun, Edric tetap mendengarnya. Dia pun menghentikan gerakannya dan menatap Tiffany lekat-lekat, lalu bertanya dengan nada yang mendominasi, “Kamu nggak mau?”Tiffany takut membuat Edric marah. Dia pun menggigit bibirnya dan berusaha menjawab dengan nada yang tenang, “Aku ... aku lagi di masa subur. Aku juga nggak bawa kondom.”Tadi, Edric sudah setuju untuk tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 50

    Tiffany memalingkan wajah dengan tenang. “Bu Krystal, kalau kamu memang nggak punya kemampuan, aku juga nggak bisa membantumu lagi.”Orang yang tidak bisa diandalkan seperti Krystal tidak perlu dipaksa untuk terus bertahan.Mendengar itu, wajah Krystal langsung menjadi lebih pucat. Dalam beberapa hari ini, dia akhirnya menyadari bahwa dia sama sekali tidak memiliki tempat dalam hati Edric. Dulu, dia masih mengira dirinya lebih unggul daripada Tiffany yang hanya mengandalkan pria.Sekarang, Krystal sudah melihat semuanya dengan sangat jelas. Dia tidak sebanding dengan Tiffany. Bagi Edric, dia hanyalah bawahan yang lumayan cakap. Jika dia kehilangan kemampuannya dalam pekerjaan, Edric pasti tidak akan membiarkannya tetap bekerja sebagai sekretarisnya.“Bu Tiffany, kamu yang duluan ajak aku untuk kerja sama. Kamu nggak bisa campakkan aku begitu saja tanpa menyelesaikan apa pun,” ucap Krystal dengan suara bergetar.Hanya saja, Tiffany tidak merasa Krystal adalah kartu utamanya. Kartu utama

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 49

    Tiffany membalas sambil tersenyum, “Oke.”Angie menjalankan mobilnya, lalu meninggalkan tempat itu. Sebelum mobilnya berjalan jauh, sebuah mobil berhenti di dekat Tiffany dan menyalakan lampu beberapa kali, seolah-olah sedang memberi isyarat.Dari kejauhan, Angie melihat melalui kaca spion bahwa Tiffany naik ke dalam mobil mewah itu. Alisnya langsung mengerut dan tatapannya terlihat suram. Angie mengenali mobil itu. Itu adalah mobil yang digunakan oleh Edric saat keluar dari rumah Keluarga Wibowo bersama mereka.Setibanya di Vila Taringa, Tiffany langsung ditarik masuk ke kamar mandi oleh Edric. Tiffany masih berada dalam periode menstruasi sehingga ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan. Namun, Edric tidak memaksanya. Dia hanya meminta Tiffany untuk membantunya mandi.Pria itu bersandar di tepi bak mandi. Tubuhnya telanjang bulat. Pinggangnya yang kokoh dan otot perutnya yang sempurna juga terpampang di hadapan Tiffany.Tidak bisa dipungkiri, Edric memang memiliki penampilan yang sa

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 48

    Tiffany merasa linglung akibat ciuman itu. Tubuhnya mulai melemah hingga kaki dan tangannya terasa lemas. Matanya yang berkaca-kaca menatap pria di depannya.Edric paling tidak tahan melihat tatapan Tiffany yang seperti itu. Dia terkesan seperti telah menindas Tiffany. Dia pun menunduk dan mencengkeram pinggang rampingnya, lalu menekan kedua tangan Tiffany ke atas kepala. Dia berucap, “Ayo jawab.”Tiffany menggigit bibirnya erat-erat. Dia merasa malu dengan cara Edric yang memperlakukannya tanpa ampun. Dia pun membalas, “Aku cuma nggak mau orang berpikir aku dapatkan kerja sama ini karena koneksi.”Edric mencengkeram dagunya dengan tatapan tajam, seolah ingin melihat apakah dia sedang berbohong. Setelah beberapa saat, dia kembali mencium Tiffany dengan ganas dan mengisap setiap napasnya. Tangannya juga tidak diam dan lanjut menjelajahi kulitnya yang lembut.Tiffany yang hanya bisa menggerakkan tangannya pun mendorong dada Edric yang terus mendekat. Apa pria ini sudah gila? Apa Edric ti

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 47

    Tiffany menjelaskan, “Bu Regina, kulitmu yang putih nan bersih dan tubuhmu yang tinggi sangat cocok dengan rubi. Di sisi lain, mutiara akan mempercantik gaun ungu yang kamu pilih untuk malam itu. Nggak mencolok, tapi tetap menunjukkan kelas dan statusmu.”Setelah mendengar penjelasan itu, Regina baru menatap Tiffany dengan tatapan penuh kekaguman. Di atas meja pendek di hadapannya, ada gambar gaun malam yang akan dia kenakan. Hanya Tiffany yang memperhatikannya selama setengah jam terakhir.Mata Regina tiba-tiba menunjukkan sedikit kejutan. Dia bertanya, “Bukannya kamu ...?”Tiffany yang tidak ingin Angie mengetahui hubungannya dengan Keluarga Hanson menanggapi dengan tenang, “Bu Regina, aku desainer dari Eternal, Tiffany. Aku datang bersama Bu Angie.”Regina yang cerdas segera memahami situasinya. Hubungan antara Keluarga Hanson dan Keluarga Wibowo di dunia bisnis sudah sangat erat. Jika Tiffany ingin menyembunyikan identitasnya, Regina merasa tidak masalah untuk membantunya.Regina p

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 46

    “Tiffany, kenapa bengong di situ? Ayo naik,” panggil Angie dari sisi lain.Tiffany tersadar dari lamunannya, lalu mengalihkan pandangannya dan mengikuti Angie. Kemudian, atasannya itu menjelaskan, “Lift di sana cuma untuk tamu VIP. Lift kita ada di sisi ini.”Penjelasan ini jelas bertujuan agar Tiffany tidak salah langkah dan menyinggung tuan rumah.Setelah naik, mereka tiba di lantai yang penuh cahaya terang. Saat ini, Tiffany baru menyadari bahwa ternyata banyak perusahaan-perusahaan desain lain yang hadir. Semua tamu dikumpulkan di sebuah ruang tamu.Pada saat ini, Angie membawa Tiffany mencari tempat duduk yang tidak mencolok, tetapi juga tidak terlalu di sudut. Angie memberi tahu, “Bu Regina akan berulang tahun ke-40 bulan depan. Dia mau tampil memukau di acara ulang tahunnya. Makanya, perhiasan ini sangat penting baginya. Kalau kita bisa dapatkan proyek ini, komisinya paling nggak akan capai 9 digit.”Angie melanjutkan dengan suara serius, “Semua orang di sini mutar otak untuk b

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 45

    “Bu Angie pasti sudah punya keputusan sendiri. Aku baru bergabung dengan perusahaan dan belum sepenuhnya paham sama sistem desain di Eternal. Dalam waktu sesingkat ini, aku belum bisa lihat perbedaannya,” jawab Tiffany dengan tenang.Mata Angie agak memicing dan sorot tajam di matanya perlahan mereda. Dia tahu Tiffany tidak ingin menyinggung siapa pun. Jadi, dia memutuskan untuk tidak mengungkap hal itu lebih lanjut.Angie memberi tahu, “Rancangan desain perhiasan ini adalah permintaan istri Pak Arnold dari Grup Seresa. Tapi, hingga kini kami belum berhasil ciptakan desain yang sesuai dengan keinginannya. Makanya, proyek ini terus tertunda.”“Karena kamu sudah mampu menunjukkan beberapa poin yang bikin rancangan ini terlihat unik, aku serahkan desain ini padamu. Apa kamu sanggup?” tanya Angie.Tiffany yang baru masuk ke perusahaan sudah diberi tugas nyata, apalagi tugas yang berhubungan dengan Grup Seresa. Apabila istri Arnold puas, reputasi Tiffany di dunia desain pasti akan memelesat

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 44

    Tiffany menyadari bahwa rekan-rekannya hanya menunjukkan ekspresi iba terhadap Sanny, lalu kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.Ketika Sanny menyebut Angie sebagai “nenek sihir”, tidak ada reaksi besar dari orang yang lain. Mereka bahkan terlihat setuju. Kesan ini mirip seperti memberi guru sebuah julukan di masa sekolah.Sanny meregangkan lehernya, lalu berucap, “Perkenalkan diri dulu, aku Sanny.”Tiffany kembali duduk di kursinya. Dia membuka dokumen dan menjawab singkat, “Tiffany.”Sanny meliriknya dengan pandangan sinis, lalu mengejek, “Aku tahu siapa kamu. Kamu yang masuk ke sini lewat jalur orang dalam tanpa wawancara, 'kan?”“Biar kuingatkan, nggak peduli seberapa kuat koneksimu, di departemen desain Eternal terutama di bawah kendali Angie, cuma kemampuan yang dianggap penting. Kalau kamu nggak punya bakat, lebih baik minta pindah sendiri daripada mempermalukan diri di sini,” tambah Sanny.Tangan Tiffany yang sedang membolak-balik dokumen berhenti sejenak, tetapi dia tida

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 43

    Setelah setengah jam berlalu, Edric kembali ke kamar tidur dengan rambut yang sudah kering. Kali ini, dia tidak langsung memeluk Tiffany, melainkan hanya menunduk.Edric berucap dengan nada yang sulit ditebak, “Oke, Sayang. Aku bisa kasih kamu ruang pribadi, tapi kamu juga harus ingat siapa dirimu. Jaga jarak dengan pria lain selain aku.”Tiffany yang belum terlelap mendengar kalimat itu dengan sangat jelas. Di sisi lain, Edric menepuk ranjang di sampingnya. Suaranya mengandung perintah yang tak bisa dibantah ketika menambahkan, “Sini, mendekatlah.”Setelah bertahun-tahun berada di sisinya, Tiffany tahu tindakan ini disengaja. Edric hanya ingin melihat dia menurut dan tunduk di bawah kuasanya. Kebiasaan buruk ini tak pernah berubah dari kehidupan sebelumnya hingga sekarang.Tiffany sangat memahami sifatnya. Dia tahu Edric telah memberikan kelonggaran. Apabila dia masih keras kepala, dia tidak akan bisa menanggung konsekuensinya.Setelah berpikir begitu, Tiffany akhirnya bergerak mendek

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 42

    Edric tiba-tiba mendekat. Napasnya membawa aroma samar alkohol. Dia membalas, “Gimana kalau aku bilang itu bukan karena nggak sengaja?”Tiffany memandangnya, lalu menyadari bahwa jarak mereka terlalu dekat. Sorot mata pria itu begitu tajam. Garis tegas rahangnya menambah kesan dingin dan penuh tekanan. Seolah-olah pada saat itu, yang terlihat di matanya hanyalah hasrat untuk menguasai.Jantung Tiffany berdebar keras. Dia membuka mulut, tetapi suaranya terdengar sangat lemah dan rapuh ketika berucap, “Nggak mungkin.”Mendengar itu, Edric pun mengernyit. Dia meraih dan mendudukkan Tiffany di pangkuannya, lalu bertanya, “Kamu begitu percaya padaku?”Tiffany membeku di tempat. Piama tipis yang dikenakannya terasa seperti selembar kertas transparan yang sama sekali tidak memberikan perlindungan baginya.Baru bergerak sedikit, panas dari tubuh Edric terasa makin mendesak dan membuatnya tidak berani bergerak. Tiffany pun menunduk dan berusaha menghindari tatapan mengintimidasi itu.“Ya,” jawa

DMCA.com Protection Status