Krystal menatap Tiffany lekat-lekat, lalu langsung berjalan keluar dari kantor presdir. Tiffany tidak peduli apakah Krystal percaya pada ucapannya atau tidak. Dia hanya lanjut duduk meringkuk di sofa.Tiffany mau tak mau harus mengakui bahwa Edric memang tampan, juga memiliki latar belakang yang unggul. Tidak peduli di mana pun dia berada, dia akan selalu menjadi putra ketiga Keluarga Hanson yang dikejar para wanita. Wanita yang memiliki pemikiran sama dengan Krystal sangatlah banyak.Tiffany tidak ingin memonopoli posisi sebagai istri Edric dan menjadi sasaran kritik publik lagi seperti di kehidupan lalu. Dia ingin meninggalkan Edric secepat mungkin.Seiring dengan berlalunya waktu, Tiffany pun tertidur di sofa. Saat membuka kembali matanya, dia langsung bertemu pandang dengan tatapan Edric yang mendalam, penuh kemuraman, dan mengintimidasi.Tiffany pun ketakutan dan buru-buru bergeser ke sisi lain sofa. “Mas, ka ... kamu sudah selesai rapat?”“Emm.” Edric kembali berdiri tegak, lalu
Selama makan, Tiffany merasa sangat gelisah. Dia hanya menunduk dan makan dengan susah payah. Setelah ada yang berhenti makan, dia juga berhenti makan.Lukman mengelap mulutnya, lalu menatap Tiffany dan Edric. “Malam ini, kalian nginap saja di sini.”Tiffany ingin pulang, tetapi juga tidak dapat membantah. Jika tinggal di tempat ini, dia pasti harus tidur sekamar dengan Edric. Begitu memikirkan harus tidur sekamar dengan Edric, dia langsung teringat pada keadaan mayatnya yang tragis di kehidupan sebelumnya. Dia benar-benar merasa takut.Namun, Lukman pada dasarnya sangat tegas. Dia tidak akan menerima keputusannya dibantah orang lain. Ditambah dengan tidak ingin membuat Lukman sedih, Tiffany akhirnya mengurungkan niatnya untuk menolak.Lukman berdiri, lalu memberi perintah dengan penuh wibawa, “Edric, ikut aku ke ruang baca dulu. Yang lainnya, bubar saja.”Begitu semua orang bubar, yang tersisa di ruang tamu hanyalah Tiffany dan Lucy. Tiffany benar-benar tidak tahu harus bagaimana meng
Tiffany langsung menggigit bibirnya dan menatap Edric dengan tatapan memohon. “Mas, bisa nggak jangan begini. Aku nggak suka.”Edric pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya. Dia seperti sedang berpikir kenapa Tiffany tidak menyukainya. Dulu, mereka berdua sering melakukan hal seperti ini. Dia pun melangkah maju untuk mendekati Tiffany.Tiffany tahu apa yang diinginkan Edric dan secara refleks menghindar. Dia takut Edric akan melakukan hal lainnya lagi dan mau tak mau bersabar, lalu berkata dengan sok tenang, “Jangan mendekat. Aku ... akan buka bajuku sendiri.”Pakaian musim panas pada dasarnya sangat tipis. Terlebih lagi, Tiffany mengenakan gaun. Selambat apa pun gerakannya, kulitnya yang putih dan mulus pun terpampang di hadapan Edric sedikit demi sedikit. Suasana yang tegang ini membuat gerakannya terlihat sangat kaku.Tiffany bisa merasakan bahwa tatapan Edric tidak teralihkan dari tubuhnya sedetik pun. Hal ini pun membuatnya bertambah gugup hingga berkeringat.Melihat Tiffany yang
Saat ini, tampang dingin Edric berangsur-angsur terlihat seperti tampangnya dari kehidupan lalu. Apakah ini barulah kedok aslinya? Apa tadi Edric berpura-pura lembut hanya untuk menipu Tiffany?Hati Tiffany sontak bergejolak hebat. Dia secara naluriah ingin melarikan diri, juga berusaha untuk melepaskan diri dari kendali Edric. Dia berkata dengan suara gemetar, “Le ... lepaskan aku.”Melihat tampang ketakutan Tiffany, hati Edric langsung tenggelam. Dia baru menyadari bahwa dirinya sudah kehilangan kendali dan buru-buru melepaskan Tiffany. Kehangatan kulit Tiffany sepertinya masih tertinggal di telapak tangannya dan membuat hatinya bergetar.Edric mengerutkan keningnya, lalu menatap Tiffany dengan tatapan selembut sebelumnya sambil bertanya, “Sayang, ada apa denganmu sebenarnya?”Berhubung Tiffany masih tidak bersuara, Edric pun melembutkan lagi nadanya dan bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba mau cerai?”Tiffany menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Kemudian, dia menatap Edric
Tiffany diam-diam menertawakan Edric dalam hati, tetapi tidak menunjukkannya. Dia malah tersenyum dan berkata, “Suamiku benar-benar baik.”Mata Edric menjadi gelap lagi. Sebab, 4 patah kata itu sudah membangkitkan kembali gairahnya. Dia menggengam erat pinggang ramping Tiffany, lalu menggigit bekas yang ditimbulkannya itu dengan pelan.Tiffany membuka matanya yang indah. Di bawah cahaya lampu yang redup, dia terlihat sangat memukau. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kakinya menjulur lurus saking tegangnya.“Sayang, boleh nggak kita nggak lakukan hal itu?” bisik Tiffany dengan nada ketakutan. Namun, Edric tetap mendengarnya. Dia pun menghentikan gerakannya dan menatap Tiffany lekat-lekat, lalu bertanya dengan nada yang mendominasi, “Kamu nggak mau?”Tiffany takut membuat Edric marah. Dia pun menggigit bibirnya dan berusaha menjawab dengan nada yang tenang, “Aku ... aku lagi di masa subur. Aku juga nggak bawa kondom.”Tadi, Edric sudah setuju untuk tidak m
Orang di rumah ini makan sarapan masing-masing. Setelah itu, semua orang pun pergi ke perusahaan. Lucy dan Lukman juga tidak terlihat batang hidungnya. Pagi ini, Tiffany dan Edric yang bangun paling siang.Setelah meninggalkan kediaman lama, Tiffany langsung pergi menemui Layla. Meskipun reuninya diadakan di malam hari, Layla mengajaknya untuk terlebih dahulu melakukan spa. Selain itu, mereka juga harus mempersiapkan gaun dan perhiasan yang bagus. Saat ini, Tiffany adalah istri presdir Grup Hanson. Meskipun Tiffany tidak peduli, dia juga harus memperhatikan penampilannya.Pada jam 7 malam, Tiffany dan Layla tiba di depan gerbang “Trendy”. Lampu di depan klub sangat indah dan terang, tetapi keadaan di dalam malah sangat remang. Untuk melihat jelas wajah orang, mereka harus berjarak sangat dekat. Ada orang yang sudah tiba di ruang privat. Begitu masuk, Layla langsung menyapa mereka dengan santai.“Tak disangka, malam ini bukan cuma Layla saja yang datang, bahkan Tiffany juga datang!” uj
Di kehidupan sebelumnya, Lucas mencintai Meliana, tetapi tidak bisa mendapatkannya. Kadang-kadang, dia pun menjadi agak gila dan menceritakan tentang pertemuannya dengan Meliana.Tiffany tidak begitu memahami latar belakang Lucas, hanya tahu bahwa Meliana pernah menolong Lucas ketika Lucas ditindas orang semasa kecil. Lucas sangat memiliki sisi yang sangat gelap, pengecut, dan juga licik. Saat berinteraksi dengannya, Tiffany harus lebih waspada.Tiffany ingin memanfaatkan Lucas. Ekspresinya sangat sempurna dan sama sekali tidak menunjukkan keanehan apa pun. Dia menjawab, “Aku lihat ada begitu banyak alumni perempuan yang mau dekati kamu, tapi kamu sama sekali nggak peduli sama mereka. Jadi, aku agak terkejut.”“Apa aku boleh bersulang denganmu?” Tiffany menyodorkan segelas alkohol kepada Lucas. Namun, Lucas tidak menerimanya. Lucas hanya mengerutkan kening sambil menatap Tiffany. Pada akhirnya, tatapannya tertuju pada cincin nikah di jari Tiffany. Dia pun mengejek, “Kalau aku nggak sa
Ruang privat sangat berisik, tetapi Tiffany malah mendengar ucapan itu dengan jelas. Dia pun secara refleks menoleh ke arah datangnya suara. Cahaya di koridor sangat remang, tetapi dia bisa melihat jelas ada seorang pria yang sedang berdiri di depan pintu dengan ekspresi dingin. Itu adalah Edric.Hati Tiffany langsung berdebar kencang. Senyuman di wajahnya juga langsung membeku. Sementara itu, kening Edric pun berkerut.Charles kebetulan sedang bernyanyi. Dia menoleh ke arah pintu dan bertanya dengan memegang mikrofon, “Maaf, kamu cari siapa?”Charles mengenal semua teman sekelas mereka, tetapi tidak pernah bertemu dengan Edric. Dia pun mengira Edric salah ruangan.Edric tidak memedulikan Charles. Dia langsung berjalan ke arah Tiffany tanpa ragu. Melihat dia yang berjalan makin dekat, Tiffany pun secara refleks menjauhkan diri dari Lucas.“Sayang, gimana reuninya?”Tiffany menjawab dengan agak gugup, “Kok kamu datang kemari?”“Aku nggak boleh datang?” Ekspresi Edric menjadi agak masam.
Tiffany memalingkan wajah dengan tenang. “Bu Krystal, kalau kamu memang nggak punya kemampuan, aku juga nggak bisa membantumu lagi.”Orang yang tidak bisa diandalkan seperti Krystal tidak perlu dipaksa untuk terus bertahan.Mendengar itu, wajah Krystal langsung menjadi lebih pucat. Dalam beberapa hari ini, dia akhirnya menyadari bahwa dia sama sekali tidak memiliki tempat dalam hati Edric. Dulu, dia masih mengira dirinya lebih unggul daripada Tiffany yang hanya mengandalkan pria.Sekarang, Krystal sudah melihat semuanya dengan sangat jelas. Dia tidak sebanding dengan Tiffany. Bagi Edric, dia hanyalah bawahan yang lumayan cakap. Jika dia kehilangan kemampuannya dalam pekerjaan, Edric pasti tidak akan membiarkannya tetap bekerja sebagai sekretarisnya.“Bu Tiffany, kamu yang duluan ajak aku untuk kerja sama. Kamu nggak bisa campakkan aku begitu saja tanpa menyelesaikan apa pun,” ucap Krystal dengan suara bergetar.Hanya saja, Tiffany tidak merasa Krystal adalah kartu utamanya. Kartu utama
Tiffany membalas sambil tersenyum, “Oke.”Angie menjalankan mobilnya, lalu meninggalkan tempat itu. Sebelum mobilnya berjalan jauh, sebuah mobil berhenti di dekat Tiffany dan menyalakan lampu beberapa kali, seolah-olah sedang memberi isyarat.Dari kejauhan, Angie melihat melalui kaca spion bahwa Tiffany naik ke dalam mobil mewah itu. Alisnya langsung mengerut dan tatapannya terlihat suram. Angie mengenali mobil itu. Itu adalah mobil yang digunakan oleh Edric saat keluar dari rumah Keluarga Wibowo bersama mereka.Setibanya di Vila Taringa, Tiffany langsung ditarik masuk ke kamar mandi oleh Edric. Tiffany masih berada dalam periode menstruasi sehingga ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan. Namun, Edric tidak memaksanya. Dia hanya meminta Tiffany untuk membantunya mandi.Pria itu bersandar di tepi bak mandi. Tubuhnya telanjang bulat. Pinggangnya yang kokoh dan otot perutnya yang sempurna juga terpampang di hadapan Tiffany.Tidak bisa dipungkiri, Edric memang memiliki penampilan yang sa
Tiffany merasa linglung akibat ciuman itu. Tubuhnya mulai melemah hingga kaki dan tangannya terasa lemas. Matanya yang berkaca-kaca menatap pria di depannya.Edric paling tidak tahan melihat tatapan Tiffany yang seperti itu. Dia terkesan seperti telah menindas Tiffany. Dia pun menunduk dan mencengkeram pinggang rampingnya, lalu menekan kedua tangan Tiffany ke atas kepala. Dia berucap, “Ayo jawab.”Tiffany menggigit bibirnya erat-erat. Dia merasa malu dengan cara Edric yang memperlakukannya tanpa ampun. Dia pun membalas, “Aku cuma nggak mau orang berpikir aku dapatkan kerja sama ini karena koneksi.”Edric mencengkeram dagunya dengan tatapan tajam, seolah ingin melihat apakah dia sedang berbohong. Setelah beberapa saat, dia kembali mencium Tiffany dengan ganas dan mengisap setiap napasnya. Tangannya juga tidak diam dan lanjut menjelajahi kulitnya yang lembut.Tiffany yang hanya bisa menggerakkan tangannya pun mendorong dada Edric yang terus mendekat. Apa pria ini sudah gila? Apa Edric ti
Tiffany menjelaskan, “Bu Regina, kulitmu yang putih nan bersih dan tubuhmu yang tinggi sangat cocok dengan rubi. Di sisi lain, mutiara akan mempercantik gaun ungu yang kamu pilih untuk malam itu. Nggak mencolok, tapi tetap menunjukkan kelas dan statusmu.”Setelah mendengar penjelasan itu, Regina baru menatap Tiffany dengan tatapan penuh kekaguman. Di atas meja pendek di hadapannya, ada gambar gaun malam yang akan dia kenakan. Hanya Tiffany yang memperhatikannya selama setengah jam terakhir.Mata Regina tiba-tiba menunjukkan sedikit kejutan. Dia bertanya, “Bukannya kamu ...?”Tiffany yang tidak ingin Angie mengetahui hubungannya dengan Keluarga Hanson menanggapi dengan tenang, “Bu Regina, aku desainer dari Eternal, Tiffany. Aku datang bersama Bu Angie.”Regina yang cerdas segera memahami situasinya. Hubungan antara Keluarga Hanson dan Keluarga Wibowo di dunia bisnis sudah sangat erat. Jika Tiffany ingin menyembunyikan identitasnya, Regina merasa tidak masalah untuk membantunya.Regina p
“Tiffany, kenapa bengong di situ? Ayo naik,” panggil Angie dari sisi lain.Tiffany tersadar dari lamunannya, lalu mengalihkan pandangannya dan mengikuti Angie. Kemudian, atasannya itu menjelaskan, “Lift di sana cuma untuk tamu VIP. Lift kita ada di sisi ini.”Penjelasan ini jelas bertujuan agar Tiffany tidak salah langkah dan menyinggung tuan rumah.Setelah naik, mereka tiba di lantai yang penuh cahaya terang. Saat ini, Tiffany baru menyadari bahwa ternyata banyak perusahaan-perusahaan desain lain yang hadir. Semua tamu dikumpulkan di sebuah ruang tamu.Pada saat ini, Angie membawa Tiffany mencari tempat duduk yang tidak mencolok, tetapi juga tidak terlalu di sudut. Angie memberi tahu, “Bu Regina akan berulang tahun ke-40 bulan depan. Dia mau tampil memukau di acara ulang tahunnya. Makanya, perhiasan ini sangat penting baginya. Kalau kita bisa dapatkan proyek ini, komisinya paling nggak akan capai 9 digit.”Angie melanjutkan dengan suara serius, “Semua orang di sini mutar otak untuk b
“Bu Angie pasti sudah punya keputusan sendiri. Aku baru bergabung dengan perusahaan dan belum sepenuhnya paham sama sistem desain di Eternal. Dalam waktu sesingkat ini, aku belum bisa lihat perbedaannya,” jawab Tiffany dengan tenang.Mata Angie agak memicing dan sorot tajam di matanya perlahan mereda. Dia tahu Tiffany tidak ingin menyinggung siapa pun. Jadi, dia memutuskan untuk tidak mengungkap hal itu lebih lanjut.Angie memberi tahu, “Rancangan desain perhiasan ini adalah permintaan istri Pak Arnold dari Grup Seresa. Tapi, hingga kini kami belum berhasil ciptakan desain yang sesuai dengan keinginannya. Makanya, proyek ini terus tertunda.”“Karena kamu sudah mampu menunjukkan beberapa poin yang bikin rancangan ini terlihat unik, aku serahkan desain ini padamu. Apa kamu sanggup?” tanya Angie.Tiffany yang baru masuk ke perusahaan sudah diberi tugas nyata, apalagi tugas yang berhubungan dengan Grup Seresa. Apabila istri Arnold puas, reputasi Tiffany di dunia desain pasti akan memelesat
Tiffany menyadari bahwa rekan-rekannya hanya menunjukkan ekspresi iba terhadap Sanny, lalu kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.Ketika Sanny menyebut Angie sebagai “nenek sihir”, tidak ada reaksi besar dari orang yang lain. Mereka bahkan terlihat setuju. Kesan ini mirip seperti memberi guru sebuah julukan di masa sekolah.Sanny meregangkan lehernya, lalu berucap, “Perkenalkan diri dulu, aku Sanny.”Tiffany kembali duduk di kursinya. Dia membuka dokumen dan menjawab singkat, “Tiffany.”Sanny meliriknya dengan pandangan sinis, lalu mengejek, “Aku tahu siapa kamu. Kamu yang masuk ke sini lewat jalur orang dalam tanpa wawancara, 'kan?”“Biar kuingatkan, nggak peduli seberapa kuat koneksimu, di departemen desain Eternal terutama di bawah kendali Angie, cuma kemampuan yang dianggap penting. Kalau kamu nggak punya bakat, lebih baik minta pindah sendiri daripada mempermalukan diri di sini,” tambah Sanny.Tangan Tiffany yang sedang membolak-balik dokumen berhenti sejenak, tetapi dia tida
Setelah setengah jam berlalu, Edric kembali ke kamar tidur dengan rambut yang sudah kering. Kali ini, dia tidak langsung memeluk Tiffany, melainkan hanya menunduk.Edric berucap dengan nada yang sulit ditebak, “Oke, Sayang. Aku bisa kasih kamu ruang pribadi, tapi kamu juga harus ingat siapa dirimu. Jaga jarak dengan pria lain selain aku.”Tiffany yang belum terlelap mendengar kalimat itu dengan sangat jelas. Di sisi lain, Edric menepuk ranjang di sampingnya. Suaranya mengandung perintah yang tak bisa dibantah ketika menambahkan, “Sini, mendekatlah.”Setelah bertahun-tahun berada di sisinya, Tiffany tahu tindakan ini disengaja. Edric hanya ingin melihat dia menurut dan tunduk di bawah kuasanya. Kebiasaan buruk ini tak pernah berubah dari kehidupan sebelumnya hingga sekarang.Tiffany sangat memahami sifatnya. Dia tahu Edric telah memberikan kelonggaran. Apabila dia masih keras kepala, dia tidak akan bisa menanggung konsekuensinya.Setelah berpikir begitu, Tiffany akhirnya bergerak mendek
Edric tiba-tiba mendekat. Napasnya membawa aroma samar alkohol. Dia membalas, “Gimana kalau aku bilang itu bukan karena nggak sengaja?”Tiffany memandangnya, lalu menyadari bahwa jarak mereka terlalu dekat. Sorot mata pria itu begitu tajam. Garis tegas rahangnya menambah kesan dingin dan penuh tekanan. Seolah-olah pada saat itu, yang terlihat di matanya hanyalah hasrat untuk menguasai.Jantung Tiffany berdebar keras. Dia membuka mulut, tetapi suaranya terdengar sangat lemah dan rapuh ketika berucap, “Nggak mungkin.”Mendengar itu, Edric pun mengernyit. Dia meraih dan mendudukkan Tiffany di pangkuannya, lalu bertanya, “Kamu begitu percaya padaku?”Tiffany membeku di tempat. Piama tipis yang dikenakannya terasa seperti selembar kertas transparan yang sama sekali tidak memberikan perlindungan baginya.Baru bergerak sedikit, panas dari tubuh Edric terasa makin mendesak dan membuatnya tidak berani bergerak. Tiffany pun menunduk dan berusaha menghindari tatapan mengintimidasi itu.“Ya,” jawa