Share

Bab 7

Author: Natasha_11
last update Last Updated: 2024-12-24 14:26:01
Tiffany langsung menggigit bibirnya dan menatap Edric dengan tatapan memohon. “Mas, bisa nggak jangan begini. Aku nggak suka.”

Edric pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya. Dia seperti sedang berpikir kenapa Tiffany tidak menyukainya. Dulu, mereka berdua sering melakukan hal seperti ini. Dia pun melangkah maju untuk mendekati Tiffany.

Tiffany tahu apa yang diinginkan Edric dan secara refleks menghindar. Dia takut Edric akan melakukan hal lainnya lagi dan mau tak mau bersabar, lalu berkata dengan sok tenang, “Jangan mendekat. Aku ... akan buka bajuku sendiri.”

Pakaian musim panas pada dasarnya sangat tipis. Terlebih lagi, Tiffany mengenakan gaun. Selambat apa pun gerakannya, kulitnya yang putih dan mulus pun terpampang di hadapan Edric sedikit demi sedikit. Suasana yang tegang ini membuat gerakannya terlihat sangat kaku.

Tiffany bisa merasakan bahwa tatapan Edric tidak teralihkan dari tubuhnya sedetik pun. Hal ini pun membuatnya bertambah gugup hingga berkeringat.

Melihat Tiffany yang tidak kunjung selesai melepas pakaiannya, Edric berkata dengan sangat lembut, “Sini kubantu.”

“Nggak usah!” jawab Tiffany dengan terburu-buru. Lagi pula, Edric bukannya tidak pernah melihat tubuhnya. Dia akhirnya langsung melepas semua pakaiannya dan masuk ke bak mandi.

Di bawah cahaya lampu, kulit Tiffany yang putih dan mulus dihiasi dengan sedikit sentuhan merah muda. Dia menggigit bibirnya secara refleks dan ada beberapa tetes air yang tertinggal di sekitar bibirnya. Air itu menetes menyusuri tulang selangkanya yang indah, lalu diam-diam turun ke bagian perutnya. Hal ini membuatnya terlihat lebih seksi dan memikat.

Setelah mendengar napas Tiffany yang agak memburu, tatapan Edric terlihat makin mendalam. Hatinya juga mulai berdegup kencang. Sebuah gejolak yang sulit ditekannya mulai merambat ke tubuhnya. Dia menelan air ludah, lalu berjalan ke arah Tiffany dengan tenang.

“Sayang, aku pengen.” Suara Edric jelas penuh nafsu. Sementara itu, Tiffany langsung terkejut dan menjawab, “Nggak ....”

Namun, sebelum Tiffany sempat menolak, Edric sudah menciumnya. Napas Edric yang panas dan membara menyeruak dari sela-sela ciumannya. Energi dari tubuh Tiffany juga seolah-olah sudah tersedot habis dan membuatnya terengah-engah

Gerakan Edric sangat mendominasi dan sama sekali tidak memberi Tiffany celah untuk menolak. Pakaian Edric bahkan sudah terbuka setengah dan sebelah lututnya sudah masuk ke bak mandi. Di sisi lain, jantung Tiffany berdebar kencang. Dia juga merasa agak takut karena dia tidak menginginkan hal ini.

Bzzt .... Telepon yang masuk membuat gerakan Edric terhenti sejenak. Namun, dia segera melanjutkan aksinya dan mencium telinga Tiffany.

Baru saja ponselnya berhenti bergetar, orang di ujung telepon menelepon lagi. Nada dering itu sangat istimewa. Edric akhirnya bangkit dan meninggalkan kamar mandi dengan tampang kesal.

Tiffany merasa sangat lega dan buru-buru memeluk dirinya.

Edric mengangkat telepon itu. “Halo?”

“Edric, kapan kamu datang menjengukku?” tanya wanita di ujung telepon. Suaranya terdengar lembut, tetapi juga menyedihkan.

Edric menjawab dengan nada datar, “Pulihkan diri yang baik. Kalau senggang, aku akan pergi menjengukmu.”

Wanita itu merasa terpukul dan langsung menangis. “Kamu nggak akan datang, ‘kan? Kamu sudah jatuh cinta sama Tiffany? Apa baiknya dia? Kenapa kamu bisa melupakan aku secepat itu?”

“Jangan berpikir kejauhan. Kalau nggak ada hal penting, jangan meneleponku,” ucap Edric.

Pintu kamar mandi tidak tertutup rapat. Jadi, Tiffany bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Edric. Meskipun suara orang di ujung telepon terdengar samar, dia yakin bahwa orang yang bisa menarik perhatian Edric hanyalah Meliana.

Di kehidupan lalu, Edric juga begitu. Tidak peduli apa pun yang sedang dilakukannya, meskipun mereka sedang berhubungan intim, selama Meliana menelepon, Edric akan langsung menjawabnya. Setelah itu, dia juga akan menghibur Meliana dengan lembut dan sabar karena takut Meliana patah hati atau salah paham.

Tiffany pernah merasa cemburu dan sengaja memanggil Edric dengan panggilan sayang sekali. Meliana yang mendengarnya pun merasa sangat sedih. Setelahnya, Edric langsung murka dan memaki Tiffany habis-habisan. Kemudian, Edric juga segera terbang ke sisi Meliana supaya bisa menghiburnya.

Tiffany tiba-tiba mendengar suara pintu ditutup. Selanjutnya, tidak terdengar lagi suara Edric. Tiffany pun tersenyum getir. Sepertinya, ada banyak hal yang terlihat sudah berubah di permukaan, tetapi sebenarnya masih tetap sama. Dia harus bercerai!

Ketika Tiffany keluar dari kamar mandi, Edric ternyata sudah berbaring di atas tempat tidur dengan mengenakan piama. Dia jelas sudah mandi di kamar mandi lain. Tiffany pun terpaku di tempat. Dia mengira Edric akan langsung pergi dan tidak kembali lagi seperti di kehidupan selanjutnya.

Edric membuka selimut dengan sebelah tangan, lalu berkata dengan tegas, “Kemari.”

Tiffany pun melangkah mundur dan menjawab, “Aku akan tidur di kamar sebelah.”

Edric mengerutkan keningnya, lalu menatap Tiffany dengan tatapan seolah-olah Tiffany adalah burung dalam sangkarnya. “Kamu mau datang sendiri atau mau kugendong?”

Tiffany merasa tatapan Edric membuatnya sulit bernapas. Dia hanya bisa menunduk dan tidak menjawab.

“Kemari. Jangan buat aku ulangi lagi ucapan yang sama,” ujar Edric dengan nada yang jauh lebih dingin.

Tiffany berpura-pura tenang, lalu berbalik dan mencoba untuk kabur. Namun, gerakan Edric jauh lebih cepat darinya. Hanya dalam sekejap, Edric sudah menggendongnya dan melemparnya ke atas tempat tidur. Selanjutnya, Edric langsung menindihnya.

Tiffany berusaha meronta supaya bisa membuat Edric menjauhinya. Namun, tidak peduli sekuat apa pun dia meronta, tubuh Edric sama sekali tidak bergeming.

Entah sejak kapan, piama Tiffany sudah dilepas. Kulitnya yang halus pun terpampang di hadapan Edric. Edric tidak berhenti mencium leher dan telinganya. Tangan Edric juga perlahan-lahan menelusuri tubuhnya sehingga seluruh tubuhnya langsung menegang.

Gerakan Edric sama sekali tidak berhenti. Tiffany merasa jantungnya berdebar sangat cepat, sedangkan tubuhnya mulai menjadi makin sensitif akibat sentuhan Edric. Dia tidak tahu harus bagaimana menghadapi hal ini dan hanya bisa menerima keagresifan Edric dengan tidak berdaya.

Di sisi lain, Edric bagaikan seorang raja yang dapat mengendalikan semuanya. Setiap gerakannya dapat membuat hati Tiffany bergetar.

Tepat pada saat Tiffany nyaris tenggelam dalam sensasi ini, dia tiba-tiba tersadar kembali. Tidak bisa! Jika dia lanjut terbuai, dia akan berakhir tragis seperti saat di kehidupan sebelumnya.

Tiffany tiba-tiba mendorong Edric dan berusaha membuat suaranya tetap terdengar tenang. Dia menatap Edric dengan tegas dan berkata, “Edric, sebaiknya kita cerai saja ....”

Tiffany tahu bahwa dia harus bercerai dengan Edric. Tidak peduli apa pun tujuan Edric, mereka pada akhirnya juga harus berpisah. Jadi, lebih baik dia yang mengajukan perceraian. Dengan begitu, dia tidak perlu mewaspadai Edric ataupun dijebak oleh Edric lagi.

Tiffany menarik napas-napas, lalu lanjut berkata dengan tenang, “Kamu punya permintaan apa? Katakan saja apa yang kamu mau dariku. Aku akan jelaskan semuanya pada Ayah. Kamu nggak usah khawatirkan hal lainnya dan hanya perlu temani aku pergi buat akta cerai ....”

Sebelum selesai berbicara, Tiffany menyadari bahwa ekspresi Edric yang penuh nafsu tadi sudah berubah menjadi sangat mengerikan. Dia pun menahan napasnya dan menelan kembali kata-kata yang hendak diucapkannya.

“Tarik kembali kata-katamu.” Nada bicara Edric terdengar suram. Dia mencengkeram dagu Tiffany, lalu menatapnya dengan tatapan yang sangat dingin dan mengerikan.

Tiffany membuka mulut, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Edric mengendurkan cengkeramannya, lalu berkata lagi dengan nada yang tajam dan berbahaya, “Sayang, aku suruh kamu tarik kembali kata-katamu. Kamu sudah ngerti? Hmm?”

Related chapters

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 8

    Saat ini, tampang dingin Edric berangsur-angsur terlihat seperti tampangnya dari kehidupan lalu. Apakah ini barulah kedok aslinya? Apa tadi Edric berpura-pura lembut hanya untuk menipu Tiffany?Hati Tiffany sontak bergejolak hebat. Dia secara naluriah ingin melarikan diri, juga berusaha untuk melepaskan diri dari kendali Edric. Dia berkata dengan suara gemetar, “Le ... lepaskan aku.”Melihat tampang ketakutan Tiffany, hati Edric langsung tenggelam. Dia baru menyadari bahwa dirinya sudah kehilangan kendali dan buru-buru melepaskan Tiffany. Kehangatan kulit Tiffany sepertinya masih tertinggal di telapak tangannya dan membuat hatinya bergetar.Edric mengerutkan keningnya, lalu menatap Tiffany dengan tatapan selembut sebelumnya sambil bertanya, “Sayang, ada apa denganmu sebenarnya?”Berhubung Tiffany masih tidak bersuara, Edric pun melembutkan lagi nadanya dan bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba mau cerai?”Tiffany menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Kemudian, dia menatap Edric

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 9

    Tiffany diam-diam menertawakan Edric dalam hati, tetapi tidak menunjukkannya. Dia malah tersenyum dan berkata, “Suamiku benar-benar baik.”Mata Edric menjadi gelap lagi. Sebab, 4 patah kata itu sudah membangkitkan kembali gairahnya. Dia menggengam erat pinggang ramping Tiffany, lalu menggigit bekas yang ditimbulkannya itu dengan pelan.Tiffany membuka matanya yang indah. Di bawah cahaya lampu yang redup, dia terlihat sangat memukau. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kakinya menjulur lurus saking tegangnya.“Sayang, boleh nggak kita nggak lakukan hal itu?” bisik Tiffany dengan nada ketakutan. Namun, Edric tetap mendengarnya. Dia pun menghentikan gerakannya dan menatap Tiffany lekat-lekat, lalu bertanya dengan nada yang mendominasi, “Kamu nggak mau?”Tiffany takut membuat Edric marah. Dia pun menggigit bibirnya dan berusaha menjawab dengan nada yang tenang, “Aku ... aku lagi di masa subur. Aku juga nggak bawa kondom.”Tadi, Edric sudah setuju untuk tidak m

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 10

    Orang di rumah ini makan sarapan masing-masing. Setelah itu, semua orang pun pergi ke perusahaan. Lucy dan Lukman juga tidak terlihat batang hidungnya. Pagi ini, Tiffany dan Edric yang bangun paling siang.Setelah meninggalkan kediaman lama, Tiffany langsung pergi menemui Layla. Meskipun reuninya diadakan di malam hari, Layla mengajaknya untuk terlebih dahulu melakukan spa. Selain itu, mereka juga harus mempersiapkan gaun dan perhiasan yang bagus. Saat ini, Tiffany adalah istri presdir Grup Hanson. Meskipun Tiffany tidak peduli, dia juga harus memperhatikan penampilannya.Pada jam 7 malam, Tiffany dan Layla tiba di depan gerbang “Trendy”. Lampu di depan klub sangat indah dan terang, tetapi keadaan di dalam malah sangat remang. Untuk melihat jelas wajah orang, mereka harus berjarak sangat dekat. Ada orang yang sudah tiba di ruang privat. Begitu masuk, Layla langsung menyapa mereka dengan santai.“Tak disangka, malam ini bukan cuma Layla saja yang datang, bahkan Tiffany juga datang!” uj

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 11

    Di kehidupan sebelumnya, Lucas mencintai Meliana, tetapi tidak bisa mendapatkannya. Kadang-kadang, dia pun menjadi agak gila dan menceritakan tentang pertemuannya dengan Meliana.Tiffany tidak begitu memahami latar belakang Lucas, hanya tahu bahwa Meliana pernah menolong Lucas ketika Lucas ditindas orang semasa kecil. Lucas sangat memiliki sisi yang sangat gelap, pengecut, dan juga licik. Saat berinteraksi dengannya, Tiffany harus lebih waspada.Tiffany ingin memanfaatkan Lucas. Ekspresinya sangat sempurna dan sama sekali tidak menunjukkan keanehan apa pun. Dia menjawab, “Aku lihat ada begitu banyak alumni perempuan yang mau dekati kamu, tapi kamu sama sekali nggak peduli sama mereka. Jadi, aku agak terkejut.”“Apa aku boleh bersulang denganmu?” Tiffany menyodorkan segelas alkohol kepada Lucas. Namun, Lucas tidak menerimanya. Lucas hanya mengerutkan kening sambil menatap Tiffany. Pada akhirnya, tatapannya tertuju pada cincin nikah di jari Tiffany. Dia pun mengejek, “Kalau aku nggak sa

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 12

    Ruang privat sangat berisik, tetapi Tiffany malah mendengar ucapan itu dengan jelas. Dia pun secara refleks menoleh ke arah datangnya suara. Cahaya di koridor sangat remang, tetapi dia bisa melihat jelas ada seorang pria yang sedang berdiri di depan pintu dengan ekspresi dingin. Itu adalah Edric.Hati Tiffany langsung berdebar kencang. Senyuman di wajahnya juga langsung membeku. Sementara itu, kening Edric pun berkerut.Charles kebetulan sedang bernyanyi. Dia menoleh ke arah pintu dan bertanya dengan memegang mikrofon, “Maaf, kamu cari siapa?”Charles mengenal semua teman sekelas mereka, tetapi tidak pernah bertemu dengan Edric. Dia pun mengira Edric salah ruangan.Edric tidak memedulikan Charles. Dia langsung berjalan ke arah Tiffany tanpa ragu. Melihat dia yang berjalan makin dekat, Tiffany pun secara refleks menjauhkan diri dari Lucas.“Sayang, gimana reuninya?”Tiffany menjawab dengan agak gugup, “Kok kamu datang kemari?”“Aku nggak boleh datang?” Ekspresi Edric menjadi agak masam.

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 13

    Kenapa Tiffany begitu mudah tenggelam dalam perasaan ini ....“Bukan!”Tampang Tiffany yang menahan tangis langsung membangkitkan rasa posesif Edric. Dia pun menggigit bibir Tiffany dan menggunakan pahanya untuk membuka kaki Tiffany yang terjulur lurus.“Bukan apa?” Edric menahan Tiffany dalam pelukannya sambil berbisik di telinganya.Tiffany mengangkat kepalanya dan menatap Edric lekat-lekat, lalu menjawab, “Tadi, kami ada main permainan. Karena cincinnya mengganggu, aku baru melepasnya. Kamu nggak percaya sama aku?”Edric menatap Tiffany lekat-lekat, seolah-olah ingin melihat menembus hatinya. Sementara itu, Tiffany berusaha menstabilkan napasnya dan mulai mengeluh, “Kamu sudah bilang akan berhenti awasi aku. Tapi, aku baru sampai di sini dan kamu sudah muncul. Mas, kamu mau ingkar janji?”Edric pun tertegun sejenak. Hari ini, dia memang tidak menyuruh orang untuk mengawasi Tiffany. Dia datang ke Trendy karena masalah pekerjaan. Mereka bisa bertemu murni karena kebetulan.Namun, saat

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 14

    Lucas mengamati keadaan di sekeliling dengan ekspresi dingin. Setelah memastikan tidak ada orang lain, dia baru berjalan masuk.Tiffany duduk di atas sofa dan terlihat tenang. Namun, hatinya malah dipenuhi dengan kewaspadaan dan kebencian. Pembunuh dari kehidupan sebelumnya ini tentu saja sangat berbahaya. Sekarang, Lucas berinisiatif datang mencarinya seharusnya karena sudah jatuh dalam perangkapnya. Lucas ingin mengetahui lokasi Meliana. Tiffany mengetahui jelas mengenai hal ini, tetapi tidak menunjukkannya. Jika tidak, Lucas yang licik pasti tidak akan bekerja sama dengannya.“Sepertinya, suamimu bersikap kurang baik terhadapmu.” Lucas mengira dia sudah menyembunyikan ambisinya dengan baik. Dia duduk di seberang Tiffany dan bertanya, “Apa kamu butuh bantuanku?”Tiffany tersenyum getir dan bertanya balik, “Apa yang bisa kamu bantu?”Tiffany ingin Lucas yang membuka suara. Dengan begitu, dia dapat sepenuhnya menghilangkan rasa curiga Lucas. Berhubung Lucas masih ragu untuk berbicara,

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 15

    Sebuah limosin Bentley berhenti di hadapan Tiffany dan Edric. Edric membuka pintu mobil dan menaruh tangannya di kusen pintu. Dia membiarkan Tiffany untuk masuk terlebih dahulu, lalu dia sendiri baru masuk. Mobil mereka pun melaju ke Vila Taringa.Sepanjang perjalanan, Edric tidak berbicara. Tiffany awalnya merasa gembira karena tidak perlu berbicara dengannya. Namun, dia tanpa sengaja menemukan kedinginan dalam tatapan Edric. Edric sepertinya sedang menahan amarahnya.Sebelum mobil mereka sepenuhnya berhenti di depan rumah, Edric sudah langsung mencengkeram pergelangan tangan Tiffany, lalu menariknya turun dari mobil. Berhubung Tiffany mengenakan sepatu hak tinggi, dia pun hampir keseleo karena masih belum sempat berdiri tegak.Edric pun menghentikan langkahnya, lalu langsung menggendong Tiffany masuk ke lift menuju vila. Ana sudah menunggu di depan pintu lift dari tadi. Begitu melihat mereka, dia buru-buru menyapa, “Pak Edric, Nyonya, kalian sudah pulang.”Ekspresi dingin Edric langs

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 50

    Tiffany memalingkan wajah dengan tenang. “Bu Krystal, kalau kamu memang nggak punya kemampuan, aku juga nggak bisa membantumu lagi.”Orang yang tidak bisa diandalkan seperti Krystal tidak perlu dipaksa untuk terus bertahan.Mendengar itu, wajah Krystal langsung menjadi lebih pucat. Dalam beberapa hari ini, dia akhirnya menyadari bahwa dia sama sekali tidak memiliki tempat dalam hati Edric. Dulu, dia masih mengira dirinya lebih unggul daripada Tiffany yang hanya mengandalkan pria.Sekarang, Krystal sudah melihat semuanya dengan sangat jelas. Dia tidak sebanding dengan Tiffany. Bagi Edric, dia hanyalah bawahan yang lumayan cakap. Jika dia kehilangan kemampuannya dalam pekerjaan, Edric pasti tidak akan membiarkannya tetap bekerja sebagai sekretarisnya.“Bu Tiffany, kamu yang duluan ajak aku untuk kerja sama. Kamu nggak bisa campakkan aku begitu saja tanpa menyelesaikan apa pun,” ucap Krystal dengan suara bergetar.Hanya saja, Tiffany tidak merasa Krystal adalah kartu utamanya. Kartu utama

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 49

    Tiffany membalas sambil tersenyum, “Oke.”Angie menjalankan mobilnya, lalu meninggalkan tempat itu. Sebelum mobilnya berjalan jauh, sebuah mobil berhenti di dekat Tiffany dan menyalakan lampu beberapa kali, seolah-olah sedang memberi isyarat.Dari kejauhan, Angie melihat melalui kaca spion bahwa Tiffany naik ke dalam mobil mewah itu. Alisnya langsung mengerut dan tatapannya terlihat suram. Angie mengenali mobil itu. Itu adalah mobil yang digunakan oleh Edric saat keluar dari rumah Keluarga Wibowo bersama mereka.Setibanya di Vila Taringa, Tiffany langsung ditarik masuk ke kamar mandi oleh Edric. Tiffany masih berada dalam periode menstruasi sehingga ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan. Namun, Edric tidak memaksanya. Dia hanya meminta Tiffany untuk membantunya mandi.Pria itu bersandar di tepi bak mandi. Tubuhnya telanjang bulat. Pinggangnya yang kokoh dan otot perutnya yang sempurna juga terpampang di hadapan Tiffany.Tidak bisa dipungkiri, Edric memang memiliki penampilan yang sa

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 48

    Tiffany merasa linglung akibat ciuman itu. Tubuhnya mulai melemah hingga kaki dan tangannya terasa lemas. Matanya yang berkaca-kaca menatap pria di depannya.Edric paling tidak tahan melihat tatapan Tiffany yang seperti itu. Dia terkesan seperti telah menindas Tiffany. Dia pun menunduk dan mencengkeram pinggang rampingnya, lalu menekan kedua tangan Tiffany ke atas kepala. Dia berucap, “Ayo jawab.”Tiffany menggigit bibirnya erat-erat. Dia merasa malu dengan cara Edric yang memperlakukannya tanpa ampun. Dia pun membalas, “Aku cuma nggak mau orang berpikir aku dapatkan kerja sama ini karena koneksi.”Edric mencengkeram dagunya dengan tatapan tajam, seolah ingin melihat apakah dia sedang berbohong. Setelah beberapa saat, dia kembali mencium Tiffany dengan ganas dan mengisap setiap napasnya. Tangannya juga tidak diam dan lanjut menjelajahi kulitnya yang lembut.Tiffany yang hanya bisa menggerakkan tangannya pun mendorong dada Edric yang terus mendekat. Apa pria ini sudah gila? Apa Edric ti

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 47

    Tiffany menjelaskan, “Bu Regina, kulitmu yang putih nan bersih dan tubuhmu yang tinggi sangat cocok dengan rubi. Di sisi lain, mutiara akan mempercantik gaun ungu yang kamu pilih untuk malam itu. Nggak mencolok, tapi tetap menunjukkan kelas dan statusmu.”Setelah mendengar penjelasan itu, Regina baru menatap Tiffany dengan tatapan penuh kekaguman. Di atas meja pendek di hadapannya, ada gambar gaun malam yang akan dia kenakan. Hanya Tiffany yang memperhatikannya selama setengah jam terakhir.Mata Regina tiba-tiba menunjukkan sedikit kejutan. Dia bertanya, “Bukannya kamu ...?”Tiffany yang tidak ingin Angie mengetahui hubungannya dengan Keluarga Hanson menanggapi dengan tenang, “Bu Regina, aku desainer dari Eternal, Tiffany. Aku datang bersama Bu Angie.”Regina yang cerdas segera memahami situasinya. Hubungan antara Keluarga Hanson dan Keluarga Wibowo di dunia bisnis sudah sangat erat. Jika Tiffany ingin menyembunyikan identitasnya, Regina merasa tidak masalah untuk membantunya.Regina p

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 46

    “Tiffany, kenapa bengong di situ? Ayo naik,” panggil Angie dari sisi lain.Tiffany tersadar dari lamunannya, lalu mengalihkan pandangannya dan mengikuti Angie. Kemudian, atasannya itu menjelaskan, “Lift di sana cuma untuk tamu VIP. Lift kita ada di sisi ini.”Penjelasan ini jelas bertujuan agar Tiffany tidak salah langkah dan menyinggung tuan rumah.Setelah naik, mereka tiba di lantai yang penuh cahaya terang. Saat ini, Tiffany baru menyadari bahwa ternyata banyak perusahaan-perusahaan desain lain yang hadir. Semua tamu dikumpulkan di sebuah ruang tamu.Pada saat ini, Angie membawa Tiffany mencari tempat duduk yang tidak mencolok, tetapi juga tidak terlalu di sudut. Angie memberi tahu, “Bu Regina akan berulang tahun ke-40 bulan depan. Dia mau tampil memukau di acara ulang tahunnya. Makanya, perhiasan ini sangat penting baginya. Kalau kita bisa dapatkan proyek ini, komisinya paling nggak akan capai 9 digit.”Angie melanjutkan dengan suara serius, “Semua orang di sini mutar otak untuk b

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 45

    “Bu Angie pasti sudah punya keputusan sendiri. Aku baru bergabung dengan perusahaan dan belum sepenuhnya paham sama sistem desain di Eternal. Dalam waktu sesingkat ini, aku belum bisa lihat perbedaannya,” jawab Tiffany dengan tenang.Mata Angie agak memicing dan sorot tajam di matanya perlahan mereda. Dia tahu Tiffany tidak ingin menyinggung siapa pun. Jadi, dia memutuskan untuk tidak mengungkap hal itu lebih lanjut.Angie memberi tahu, “Rancangan desain perhiasan ini adalah permintaan istri Pak Arnold dari Grup Seresa. Tapi, hingga kini kami belum berhasil ciptakan desain yang sesuai dengan keinginannya. Makanya, proyek ini terus tertunda.”“Karena kamu sudah mampu menunjukkan beberapa poin yang bikin rancangan ini terlihat unik, aku serahkan desain ini padamu. Apa kamu sanggup?” tanya Angie.Tiffany yang baru masuk ke perusahaan sudah diberi tugas nyata, apalagi tugas yang berhubungan dengan Grup Seresa. Apabila istri Arnold puas, reputasi Tiffany di dunia desain pasti akan memelesat

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 44

    Tiffany menyadari bahwa rekan-rekannya hanya menunjukkan ekspresi iba terhadap Sanny, lalu kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.Ketika Sanny menyebut Angie sebagai “nenek sihir”, tidak ada reaksi besar dari orang yang lain. Mereka bahkan terlihat setuju. Kesan ini mirip seperti memberi guru sebuah julukan di masa sekolah.Sanny meregangkan lehernya, lalu berucap, “Perkenalkan diri dulu, aku Sanny.”Tiffany kembali duduk di kursinya. Dia membuka dokumen dan menjawab singkat, “Tiffany.”Sanny meliriknya dengan pandangan sinis, lalu mengejek, “Aku tahu siapa kamu. Kamu yang masuk ke sini lewat jalur orang dalam tanpa wawancara, 'kan?”“Biar kuingatkan, nggak peduli seberapa kuat koneksimu, di departemen desain Eternal terutama di bawah kendali Angie, cuma kemampuan yang dianggap penting. Kalau kamu nggak punya bakat, lebih baik minta pindah sendiri daripada mempermalukan diri di sini,” tambah Sanny.Tangan Tiffany yang sedang membolak-balik dokumen berhenti sejenak, tetapi dia tida

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 43

    Setelah setengah jam berlalu, Edric kembali ke kamar tidur dengan rambut yang sudah kering. Kali ini, dia tidak langsung memeluk Tiffany, melainkan hanya menunduk.Edric berucap dengan nada yang sulit ditebak, “Oke, Sayang. Aku bisa kasih kamu ruang pribadi, tapi kamu juga harus ingat siapa dirimu. Jaga jarak dengan pria lain selain aku.”Tiffany yang belum terlelap mendengar kalimat itu dengan sangat jelas. Di sisi lain, Edric menepuk ranjang di sampingnya. Suaranya mengandung perintah yang tak bisa dibantah ketika menambahkan, “Sini, mendekatlah.”Setelah bertahun-tahun berada di sisinya, Tiffany tahu tindakan ini disengaja. Edric hanya ingin melihat dia menurut dan tunduk di bawah kuasanya. Kebiasaan buruk ini tak pernah berubah dari kehidupan sebelumnya hingga sekarang.Tiffany sangat memahami sifatnya. Dia tahu Edric telah memberikan kelonggaran. Apabila dia masih keras kepala, dia tidak akan bisa menanggung konsekuensinya.Setelah berpikir begitu, Tiffany akhirnya bergerak mendek

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 42

    Edric tiba-tiba mendekat. Napasnya membawa aroma samar alkohol. Dia membalas, “Gimana kalau aku bilang itu bukan karena nggak sengaja?”Tiffany memandangnya, lalu menyadari bahwa jarak mereka terlalu dekat. Sorot mata pria itu begitu tajam. Garis tegas rahangnya menambah kesan dingin dan penuh tekanan. Seolah-olah pada saat itu, yang terlihat di matanya hanyalah hasrat untuk menguasai.Jantung Tiffany berdebar keras. Dia membuka mulut, tetapi suaranya terdengar sangat lemah dan rapuh ketika berucap, “Nggak mungkin.”Mendengar itu, Edric pun mengernyit. Dia meraih dan mendudukkan Tiffany di pangkuannya, lalu bertanya, “Kamu begitu percaya padaku?”Tiffany membeku di tempat. Piama tipis yang dikenakannya terasa seperti selembar kertas transparan yang sama sekali tidak memberikan perlindungan baginya.Baru bergerak sedikit, panas dari tubuh Edric terasa makin mendesak dan membuatnya tidak berani bergerak. Tiffany pun menunduk dan berusaha menghindari tatapan mengintimidasi itu.“Ya,” jawa

DMCA.com Protection Status