Share

Bab 5

Penulis: Natasha_11
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 14:26:01
Krystal menatap Tiffany lekat-lekat, lalu langsung berjalan keluar dari kantor presdir. Tiffany tidak peduli apakah Krystal percaya pada ucapannya atau tidak. Dia hanya lanjut duduk meringkuk di sofa.

Tiffany mau tak mau harus mengakui bahwa Edric memang tampan, juga memiliki latar belakang yang unggul. Tidak peduli di mana pun dia berada, dia akan selalu menjadi putra ketiga Keluarga Hanson yang dikejar para wanita. Wanita yang memiliki pemikiran sama dengan Krystal sangatlah banyak.

Tiffany tidak ingin memonopoli posisi sebagai istri Edric dan menjadi sasaran kritik publik lagi seperti di kehidupan lalu. Dia ingin meninggalkan Edric secepat mungkin.

Seiring dengan berlalunya waktu, Tiffany pun tertidur di sofa. Saat membuka kembali matanya, dia langsung bertemu pandang dengan tatapan Edric yang mendalam, penuh kemuraman, dan mengintimidasi.

Tiffany pun ketakutan dan buru-buru bergeser ke sisi lain sofa. “Mas, ka ... kamu sudah selesai rapat?”

“Emm.” Edric kembali berdiri tegak, lalu melangkah mundur 2 langkah. Dia melirik makanan yang tak tersentuh itu dan bertanya, “Nggak sesuai seleramu?”

Tiffany menggeleng, lalu menunduk tanpa menjawab. Berhubung Edric tidak merespons setelah sesaat, dia mengira Edric tidak melihat gerakannya tadi dan berbisik, “Aku nggak begitu lapar.”

Edric menatap Tiffany dalam diam. Ekspresi Edric jelas-jelas tidak berubah, tetapi dia malah merasa Edric seperti akan meledak.

“Benar-benar nggak lapar atau nggak mau makan makanan yang dibelikan wanita lain?”

Tiffany langsung merasa gelisah dan menjawab dengan hati-hati, “Aku benar-benar nggak lapar dan nggak punya nafsu makan.”

Edric tiba-tiba melangkah maju, lalu menyisipkan kedua lengannya yang panjang di antara kaki Tiffany. Tangan kanannya menahan kepala bagian kanan Tiffany, sedangkan tangan kirinya mengangkat dagu Tiffany. Tiffany pun tidak bisa bergerak dan hanya bisa menatapnya dengan takut.

“Sayang, aku merasa kamu sudah makin nggak patuh. Sekarang, kamu sudah mulai bohong padaku.”

Tiffany tanpa sadar menggigit bibirnya dan menjawab dengan suara yang kecil, “Aku nggak begitu.”

Edric meliriknya tanpa berbicara, tatapannya seperti mengandung bayangan kesuraman. Kemudian, dia mengelus bibir Tiffany dan bertanya dengan nada santai, “Nggak?”

Tiba-tiba, Edric menunduk dan mendekatkan wajahnya ke wajah Tiffany. Tatapannya terlihat dingin dan suram. “Kalau begitu, kenapa kamu nggak berani menatapku? Apa yang kamu takutkan?”

Tiffany sontak merasa sangat gugup. Telapak tangannya sudah dibasahi keringat dingin. Dia menatap Edric dan berharap Edric bisa mengampuninya.

“Mas, aku nggak takut. Aku cuma merasa kurang enak badan.”

Edric menatapnya lekat-lekat, lalu berkata dengan lembut, “Kalau begitu, aku bawa kamu ke rumah sakit.”

Tiffany menggeleng. Dia tidak sakit, hanya tidak ingin berinteraksi dengan Edric. Meskipun pergi ke rumah sakit, dokter juga tidak akan menemukan penyakit apa pun.

“Kita masih harus kembali ke kediaman lama. Waktunya sudah lumayan malam, sebaiknya kita jangan buat mereka tunggu kelamaan.”

Edric menggenggam tangan Tiffany dan menjawab, “Mereka nggak sepenting kamu.”

Kemudian, Edric menyeret Tiffany keluar dari perusahaan. Setelah naik ke mobil, dia pun melajukan mobilnya ke arah yang berlawanan dengan kediaman lama. Tiffany buru-buru menarik tangan Edric.

“Kita benar-benar nggak perlu pergi ke rumah sakit. Aku nggak apa-apa.”

Edric menoleh ke arah Tiffany. Ada perasaan campur aduk yang tersembunyi dalam tatapannya. Dia berkata dengan lembut, “Oke, aku akan turuti kata-katamu.”

Tiffany merasa sangat gelisah setelah melihat tatapan Edric. Dia hanya mengiakannya dengan suara sekecil nyamuk. Dia tidak ingin berbicara dengan Edric lagi. Jadi, dia memalingkan wajah dan berpura-pura tidur.

Pada detik selanjutnya, Tiffany menyadari bahwa Edric bergeser ke posisi yang lebih dekat dengannya. Kemudian, Edric menarik Tiffany ke dalam pelukannya supaya kepala Tiffany bisa bersandar ke pundaknya.

Ruang di dalam mobil pada dasarnya memang kecil. Indera penciuman Tiffany pun dipenuhi dengan aroma Edric. Tubuhnya tanpa sadar menegang, tetapi dia juga tidak berani membuka mata.

Setengah jam kemudian, mereka tiba di kediaman lama. Tiffany membuka mata seperti baru bangun dan hendak turun dari mobil. Dia awalnya ingin menghindari Edric. Siapa sangka, Edric bergerak lebih cepat dan sudah tiba di sisinya.

Edric mengulurkan tangannya tanpa melirik Tiffany. Dia hanya berdiri di sana dengan keras kepala. Tiffany ragu sejenak, lalu akhirnya berjalan ke arahnya secara perlahan dan menggenggam tangan itu. Kedua orang itu pun masuk ke rumah bersama.

Di ruang makan yang besar, semua orang sudah duduk di meja makan. Namun, makanan di meja masih belum tersentuh. Suasananya juga terasa sangat aneh. Begitu Tiffany dan Edric muncul, semua orang langsung menoleh ke arah mereka.

Menantu sulung Keluarga Hanson yang bernama Sadie langsung menyindir, “Edric, sejak jadi presdir, kamu kayaknya jadi makin nggak hormat sama Ayah. Bahkan untuk makan saja, harus Ayah yang menunggumu!”

Sadie sebenarnya ingin menyiratkan bahwa Edric memiliki ambisi yang tinggi dan tidak layak mengambil alih Grup hanson.

Lucy, ibunya Edric langsung menyunggingkan seulas senyum palsu dan membantah, “Kamu sendiri sudah bilang Edric itu presdir Grup Hanson. Dia tentu saja lebih sibuk dari kita. Tapi, dia sibuk demi kebaikan perusahaan. Lagian, menunggunya sebentar juga bukan masalah besar.”

Lucy lebih muda 18 tahun dari Lukman. Tanpa kecerdikan dan pengalaman, dia tidak mungkin bisa menempati posisi ini, apalagi melahirkan seorang putra dan putri. Di antara semua anggota Keluarga Hanson, Tiffany paling takut dan kagum padanya.

Sadie tidak ingin berselisih dengan Lucy. Dia pun menatap Tiffany dengan dingin dan berkata, “Oke. Edric memang sibuk, tapi gimana dengannya? Dia nggak kerja, juga dihidupi Keluarga Hanson. Atas dasar apa dia buat kami menunggunya?”

Tiffany langsung menggigit bibir. Dia ingin menjelaskan, tetapi juga merasa tidak berdaya.

Edric menggandeng tangan Tiffany dan membawanya ke tempat duduk mereka. Kemudian, dia berujar dengan dingin, “Kak Sadie, Tiffy itu istriku. Memangnya salah Keluarga Hanson menghidupinya? Apa Kak Sadie merasa aku bahkan nggak mampu menghidupinya?”

Sadie memaksakan seulas senyum dan buru-buru menjawab, “Bukan begitu maksudku. Tapi, kamu terlalu memanjakannya. Aku cuma ....”

Edric langsung menyela, “Kak Sadie, jangan lupa. Kamu sendiri juga dihidupi Keluarga Hanson.”

Wajah Sadie langsung memucat. Dia sangat ingin mengumpat, tetapi tidak berani. Pada akhirnya, dia hanya memelototi Tiffany tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Saat merasakan tatapan marah Sadie, Tiffany pun menunduk. Di Keluarga Hanson, dia merupakan rantai makanan tingkat paling bawah. Siapa pun bisa menindasnya.

Lukman yang duduk di kursi utama mengamati Edric dan Tiffany sejenak, lalu berkata dengan tampang serius, “Memangnya kamu nggak bisa bawa Tiffy pulang lebih cepat? Makanannya sudah hampir dingin!”

Lukman merupakan senior dan juga orang yang paling dihormati di rumah ini. Bahkan Edric juga tidak bisa mengabaikannya. Edric hanya menjawab dengan ekspresi datar, “Hari ini, urusan perusahaan sangat banyak. Jadinya, kami terlambat.”

Lukman tidak menerima alasan itu dan memberi peringatan, “Jangan diulangi lagi! Ya sudah, ayo makan dulu! Habis makan, aku baru omeli kamu lagi!”

Seusai berbicara, Lukman terlebih dahulu mengambil makanan. Kemudian, dia menatap Tiffany dan berkata dengan sangat lembut, “Tiffy, sudah lapar, ‘kan? Makan yang banyak, ya.”

Hati Tiffany terasa bagaikan ditusuk jarum. Di Keluarga Hanson, hanya Lukman seorang yang benar-benar tulus baik terhadapnya.  Orang lainnya hanya ingin memanfaatkannya atau membencinya. Mereka merasa dia hanyalah orang luar dan tidak layak disukai oleh Lukman. Sebenarnya, dia tidak menyalahkan mereka. Dia memang hanyalah orang luar.

Mata Tiffany langsung berkaca-kaca. Dia mengulurkan tangan untuk merangkul lengan Lukman. Dia tidak tahu harus memanggil Lukman dengan sebutan apa. Setelah ragu sejenak, dia akhirnya berkata dengan susah payah, “Ayah ... kamu juga makan yang banyak, ya. Kamu harus jaga kesehatan.”

Lukman tertegun sejenak, lalu menepuk-nepuk punggung Tiffany sambil tersenyum gembira.

“Oke. Demi Tiffy, aku pasti akan jaga kesehatan dengan baik. Kalau nggak, harta keluarga ini akan dihabiskan para pemboros itu!”

Begitu mendengar ucapan Lukman itu, Lucy merasa agak tidak senang. Dia tidak mengerti kenapa Lukman begitu menyukai Tiffany yang hanyalah orang luar. Lukman bahkan tidak peduli pada putra yang dilahirkannya.

Lucy menatap Tiffany, tetapi ejekannya malah tertuju pada Edric. “Ayah, ucapanmu kurang tepat. Sekarang, Grup Hanson ada di tangan Edric. Kalau ada yang boros, itu pasti dia!”

Ekspresi Lukman langsung menjadi muram. Dia melirik Lucy dan bertanya, “Sepertinya, kamu keberatan aku serahkan Grup Hanson ke Edric?”

Lucy masih ingin menjelaskan, “Bukan begitu maksudku. Aku ....”

“Aku memang sudah tua, tapi aku belum mati. Grup Hanson itu perusahaan yang kudirikan sendiri. Mau aku kasih ke siapa perusahaan itu, kalian nggak layak ikut campur! Jangan bicara lagi waktu makan! Kalau mau makan, duduk. Kalau nggak, pergi!”

“Tutup mulutmu! Makan sana!”

Berhubung Lukman sudah marah, Thomas, putra sulung Keluarga Hanson dan suami Sadie yang dari tadi diam baru bersuara. Dia memelototi Lucy untuk memberinya peringatan.

Bab terkait

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 6

    Selama makan, Tiffany merasa sangat gelisah. Dia hanya menunduk dan makan dengan susah payah. Setelah ada yang berhenti makan, dia juga berhenti makan.Lukman mengelap mulutnya, lalu menatap Tiffany dan Edric. “Malam ini, kalian nginap saja di sini.”Tiffany ingin pulang, tetapi juga tidak dapat membantah. Jika tinggal di tempat ini, dia pasti harus tidur sekamar dengan Edric. Begitu memikirkan harus tidur sekamar dengan Edric, dia langsung teringat pada keadaan mayatnya yang tragis di kehidupan sebelumnya. Dia benar-benar merasa takut.Namun, Lukman pada dasarnya sangat tegas. Dia tidak akan menerima keputusannya dibantah orang lain. Ditambah dengan tidak ingin membuat Lukman sedih, Tiffany akhirnya mengurungkan niatnya untuk menolak.Lukman berdiri, lalu memberi perintah dengan penuh wibawa, “Edric, ikut aku ke ruang baca dulu. Yang lainnya, bubar saja.”Begitu semua orang bubar, yang tersisa di ruang tamu hanyalah Tiffany dan Lucy. Tiffany benar-benar tidak tahu harus bagaimana meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 7

    Tiffany langsung menggigit bibirnya dan menatap Edric dengan tatapan memohon. “Mas, bisa nggak jangan begini. Aku nggak suka.”Edric pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya. Dia seperti sedang berpikir kenapa Tiffany tidak menyukainya. Dulu, mereka berdua sering melakukan hal seperti ini. Dia pun melangkah maju untuk mendekati Tiffany.Tiffany tahu apa yang diinginkan Edric dan secara refleks menghindar. Dia takut Edric akan melakukan hal lainnya lagi dan mau tak mau bersabar, lalu berkata dengan sok tenang, “Jangan mendekat. Aku ... akan buka bajuku sendiri.”Pakaian musim panas pada dasarnya sangat tipis. Terlebih lagi, Tiffany mengenakan gaun. Selambat apa pun gerakannya, kulitnya yang putih dan mulus pun terpampang di hadapan Edric sedikit demi sedikit. Suasana yang tegang ini membuat gerakannya terlihat sangat kaku.Tiffany bisa merasakan bahwa tatapan Edric tidak teralihkan dari tubuhnya sedetik pun. Hal ini pun membuatnya bertambah gugup hingga berkeringat.Melihat Tiffany yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 8

    Saat ini, tampang dingin Edric berangsur-angsur terlihat seperti tampangnya dari kehidupan lalu. Apakah ini barulah kedok aslinya? Apa tadi Edric berpura-pura lembut hanya untuk menipu Tiffany?Hati Tiffany sontak bergejolak hebat. Dia secara naluriah ingin melarikan diri, juga berusaha untuk melepaskan diri dari kendali Edric. Dia berkata dengan suara gemetar, “Le ... lepaskan aku.”Melihat tampang ketakutan Tiffany, hati Edric langsung tenggelam. Dia baru menyadari bahwa dirinya sudah kehilangan kendali dan buru-buru melepaskan Tiffany. Kehangatan kulit Tiffany sepertinya masih tertinggal di telapak tangannya dan membuat hatinya bergetar.Edric mengerutkan keningnya, lalu menatap Tiffany dengan tatapan selembut sebelumnya sambil bertanya, “Sayang, ada apa denganmu sebenarnya?”Berhubung Tiffany masih tidak bersuara, Edric pun melembutkan lagi nadanya dan bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba mau cerai?”Tiffany menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Kemudian, dia menatap Edric

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 9

    Tiffany diam-diam menertawakan Edric dalam hati, tetapi tidak menunjukkannya. Dia malah tersenyum dan berkata, “Suamiku benar-benar baik.”Mata Edric menjadi gelap lagi. Sebab, 4 patah kata itu sudah membangkitkan kembali gairahnya. Dia menggengam erat pinggang ramping Tiffany, lalu menggigit bekas yang ditimbulkannya itu dengan pelan.Tiffany membuka matanya yang indah. Di bawah cahaya lampu yang redup, dia terlihat sangat memukau. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kakinya menjulur lurus saking tegangnya.“Sayang, boleh nggak kita nggak lakukan hal itu?” bisik Tiffany dengan nada ketakutan. Namun, Edric tetap mendengarnya. Dia pun menghentikan gerakannya dan menatap Tiffany lekat-lekat, lalu bertanya dengan nada yang mendominasi, “Kamu nggak mau?”Tiffany takut membuat Edric marah. Dia pun menggigit bibirnya dan berusaha menjawab dengan nada yang tenang, “Aku ... aku lagi di masa subur. Aku juga nggak bawa kondom.”Tadi, Edric sudah setuju untuk tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 10

    Orang di rumah ini makan sarapan masing-masing. Setelah itu, semua orang pun pergi ke perusahaan. Lucy dan Lukman juga tidak terlihat batang hidungnya. Pagi ini, Tiffany dan Edric yang bangun paling siang.Setelah meninggalkan kediaman lama, Tiffany langsung pergi menemui Layla. Meskipun reuninya diadakan di malam hari, Layla mengajaknya untuk terlebih dahulu melakukan spa. Selain itu, mereka juga harus mempersiapkan gaun dan perhiasan yang bagus. Saat ini, Tiffany adalah istri presdir Grup Hanson. Meskipun Tiffany tidak peduli, dia juga harus memperhatikan penampilannya.Pada jam 7 malam, Tiffany dan Layla tiba di depan gerbang “Trendy”. Lampu di depan klub sangat indah dan terang, tetapi keadaan di dalam malah sangat remang. Untuk melihat jelas wajah orang, mereka harus berjarak sangat dekat. Ada orang yang sudah tiba di ruang privat. Begitu masuk, Layla langsung menyapa mereka dengan santai.“Tak disangka, malam ini bukan cuma Layla saja yang datang, bahkan Tiffany juga datang!” uj

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 11

    Di kehidupan sebelumnya, Lucas mencintai Meliana, tetapi tidak bisa mendapatkannya. Kadang-kadang, dia pun menjadi agak gila dan menceritakan tentang pertemuannya dengan Meliana.Tiffany tidak begitu memahami latar belakang Lucas, hanya tahu bahwa Meliana pernah menolong Lucas ketika Lucas ditindas orang semasa kecil. Lucas sangat memiliki sisi yang sangat gelap, pengecut, dan juga licik. Saat berinteraksi dengannya, Tiffany harus lebih waspada.Tiffany ingin memanfaatkan Lucas. Ekspresinya sangat sempurna dan sama sekali tidak menunjukkan keanehan apa pun. Dia menjawab, “Aku lihat ada begitu banyak alumni perempuan yang mau dekati kamu, tapi kamu sama sekali nggak peduli sama mereka. Jadi, aku agak terkejut.”“Apa aku boleh bersulang denganmu?” Tiffany menyodorkan segelas alkohol kepada Lucas. Namun, Lucas tidak menerimanya. Lucas hanya mengerutkan kening sambil menatap Tiffany. Pada akhirnya, tatapannya tertuju pada cincin nikah di jari Tiffany. Dia pun mengejek, “Kalau aku nggak sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 12

    Ruang privat sangat berisik, tetapi Tiffany malah mendengar ucapan itu dengan jelas. Dia pun secara refleks menoleh ke arah datangnya suara. Cahaya di koridor sangat remang, tetapi dia bisa melihat jelas ada seorang pria yang sedang berdiri di depan pintu dengan ekspresi dingin. Itu adalah Edric.Hati Tiffany langsung berdebar kencang. Senyuman di wajahnya juga langsung membeku. Sementara itu, kening Edric pun berkerut.Charles kebetulan sedang bernyanyi. Dia menoleh ke arah pintu dan bertanya dengan memegang mikrofon, “Maaf, kamu cari siapa?”Charles mengenal semua teman sekelas mereka, tetapi tidak pernah bertemu dengan Edric. Dia pun mengira Edric salah ruangan.Edric tidak memedulikan Charles. Dia langsung berjalan ke arah Tiffany tanpa ragu. Melihat dia yang berjalan makin dekat, Tiffany pun secara refleks menjauhkan diri dari Lucas.“Sayang, gimana reuninya?”Tiffany menjawab dengan agak gugup, “Kok kamu datang kemari?”“Aku nggak boleh datang?” Ekspresi Edric menjadi agak masam.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 13

    Kenapa Tiffany begitu mudah tenggelam dalam perasaan ini ....“Bukan!”Tampang Tiffany yang menahan tangis langsung membangkitkan rasa posesif Edric. Dia pun menggigit bibir Tiffany dan menggunakan pahanya untuk membuka kaki Tiffany yang terjulur lurus.“Bukan apa?” Edric menahan Tiffany dalam pelukannya sambil berbisik di telinganya.Tiffany mengangkat kepalanya dan menatap Edric lekat-lekat, lalu menjawab, “Tadi, kami ada main permainan. Karena cincinnya mengganggu, aku baru melepasnya. Kamu nggak percaya sama aku?”Edric menatap Tiffany lekat-lekat, seolah-olah ingin melihat menembus hatinya. Sementara itu, Tiffany berusaha menstabilkan napasnya dan mulai mengeluh, “Kamu sudah bilang akan berhenti awasi aku. Tapi, aku baru sampai di sini dan kamu sudah muncul. Mas, kamu mau ingkar janji?”Edric pun tertegun sejenak. Hari ini, dia memang tidak menyuruh orang untuk mengawasi Tiffany. Dia datang ke Trendy karena masalah pekerjaan. Mereka bisa bertemu murni karena kebetulan.Namun, saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 50

    Tiffany memalingkan wajah dengan tenang. “Bu Krystal, kalau kamu memang nggak punya kemampuan, aku juga nggak bisa membantumu lagi.”Orang yang tidak bisa diandalkan seperti Krystal tidak perlu dipaksa untuk terus bertahan.Mendengar itu, wajah Krystal langsung menjadi lebih pucat. Dalam beberapa hari ini, dia akhirnya menyadari bahwa dia sama sekali tidak memiliki tempat dalam hati Edric. Dulu, dia masih mengira dirinya lebih unggul daripada Tiffany yang hanya mengandalkan pria.Sekarang, Krystal sudah melihat semuanya dengan sangat jelas. Dia tidak sebanding dengan Tiffany. Bagi Edric, dia hanyalah bawahan yang lumayan cakap. Jika dia kehilangan kemampuannya dalam pekerjaan, Edric pasti tidak akan membiarkannya tetap bekerja sebagai sekretarisnya.“Bu Tiffany, kamu yang duluan ajak aku untuk kerja sama. Kamu nggak bisa campakkan aku begitu saja tanpa menyelesaikan apa pun,” ucap Krystal dengan suara bergetar.Hanya saja, Tiffany tidak merasa Krystal adalah kartu utamanya. Kartu utama

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 49

    Tiffany membalas sambil tersenyum, “Oke.”Angie menjalankan mobilnya, lalu meninggalkan tempat itu. Sebelum mobilnya berjalan jauh, sebuah mobil berhenti di dekat Tiffany dan menyalakan lampu beberapa kali, seolah-olah sedang memberi isyarat.Dari kejauhan, Angie melihat melalui kaca spion bahwa Tiffany naik ke dalam mobil mewah itu. Alisnya langsung mengerut dan tatapannya terlihat suram. Angie mengenali mobil itu. Itu adalah mobil yang digunakan oleh Edric saat keluar dari rumah Keluarga Wibowo bersama mereka.Setibanya di Vila Taringa, Tiffany langsung ditarik masuk ke kamar mandi oleh Edric. Tiffany masih berada dalam periode menstruasi sehingga ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan. Namun, Edric tidak memaksanya. Dia hanya meminta Tiffany untuk membantunya mandi.Pria itu bersandar di tepi bak mandi. Tubuhnya telanjang bulat. Pinggangnya yang kokoh dan otot perutnya yang sempurna juga terpampang di hadapan Tiffany.Tidak bisa dipungkiri, Edric memang memiliki penampilan yang sa

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 48

    Tiffany merasa linglung akibat ciuman itu. Tubuhnya mulai melemah hingga kaki dan tangannya terasa lemas. Matanya yang berkaca-kaca menatap pria di depannya.Edric paling tidak tahan melihat tatapan Tiffany yang seperti itu. Dia terkesan seperti telah menindas Tiffany. Dia pun menunduk dan mencengkeram pinggang rampingnya, lalu menekan kedua tangan Tiffany ke atas kepala. Dia berucap, “Ayo jawab.”Tiffany menggigit bibirnya erat-erat. Dia merasa malu dengan cara Edric yang memperlakukannya tanpa ampun. Dia pun membalas, “Aku cuma nggak mau orang berpikir aku dapatkan kerja sama ini karena koneksi.”Edric mencengkeram dagunya dengan tatapan tajam, seolah ingin melihat apakah dia sedang berbohong. Setelah beberapa saat, dia kembali mencium Tiffany dengan ganas dan mengisap setiap napasnya. Tangannya juga tidak diam dan lanjut menjelajahi kulitnya yang lembut.Tiffany yang hanya bisa menggerakkan tangannya pun mendorong dada Edric yang terus mendekat. Apa pria ini sudah gila? Apa Edric ti

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 47

    Tiffany menjelaskan, “Bu Regina, kulitmu yang putih nan bersih dan tubuhmu yang tinggi sangat cocok dengan rubi. Di sisi lain, mutiara akan mempercantik gaun ungu yang kamu pilih untuk malam itu. Nggak mencolok, tapi tetap menunjukkan kelas dan statusmu.”Setelah mendengar penjelasan itu, Regina baru menatap Tiffany dengan tatapan penuh kekaguman. Di atas meja pendek di hadapannya, ada gambar gaun malam yang akan dia kenakan. Hanya Tiffany yang memperhatikannya selama setengah jam terakhir.Mata Regina tiba-tiba menunjukkan sedikit kejutan. Dia bertanya, “Bukannya kamu ...?”Tiffany yang tidak ingin Angie mengetahui hubungannya dengan Keluarga Hanson menanggapi dengan tenang, “Bu Regina, aku desainer dari Eternal, Tiffany. Aku datang bersama Bu Angie.”Regina yang cerdas segera memahami situasinya. Hubungan antara Keluarga Hanson dan Keluarga Wibowo di dunia bisnis sudah sangat erat. Jika Tiffany ingin menyembunyikan identitasnya, Regina merasa tidak masalah untuk membantunya.Regina p

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 46

    “Tiffany, kenapa bengong di situ? Ayo naik,” panggil Angie dari sisi lain.Tiffany tersadar dari lamunannya, lalu mengalihkan pandangannya dan mengikuti Angie. Kemudian, atasannya itu menjelaskan, “Lift di sana cuma untuk tamu VIP. Lift kita ada di sisi ini.”Penjelasan ini jelas bertujuan agar Tiffany tidak salah langkah dan menyinggung tuan rumah.Setelah naik, mereka tiba di lantai yang penuh cahaya terang. Saat ini, Tiffany baru menyadari bahwa ternyata banyak perusahaan-perusahaan desain lain yang hadir. Semua tamu dikumpulkan di sebuah ruang tamu.Pada saat ini, Angie membawa Tiffany mencari tempat duduk yang tidak mencolok, tetapi juga tidak terlalu di sudut. Angie memberi tahu, “Bu Regina akan berulang tahun ke-40 bulan depan. Dia mau tampil memukau di acara ulang tahunnya. Makanya, perhiasan ini sangat penting baginya. Kalau kita bisa dapatkan proyek ini, komisinya paling nggak akan capai 9 digit.”Angie melanjutkan dengan suara serius, “Semua orang di sini mutar otak untuk b

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 45

    “Bu Angie pasti sudah punya keputusan sendiri. Aku baru bergabung dengan perusahaan dan belum sepenuhnya paham sama sistem desain di Eternal. Dalam waktu sesingkat ini, aku belum bisa lihat perbedaannya,” jawab Tiffany dengan tenang.Mata Angie agak memicing dan sorot tajam di matanya perlahan mereda. Dia tahu Tiffany tidak ingin menyinggung siapa pun. Jadi, dia memutuskan untuk tidak mengungkap hal itu lebih lanjut.Angie memberi tahu, “Rancangan desain perhiasan ini adalah permintaan istri Pak Arnold dari Grup Seresa. Tapi, hingga kini kami belum berhasil ciptakan desain yang sesuai dengan keinginannya. Makanya, proyek ini terus tertunda.”“Karena kamu sudah mampu menunjukkan beberapa poin yang bikin rancangan ini terlihat unik, aku serahkan desain ini padamu. Apa kamu sanggup?” tanya Angie.Tiffany yang baru masuk ke perusahaan sudah diberi tugas nyata, apalagi tugas yang berhubungan dengan Grup Seresa. Apabila istri Arnold puas, reputasi Tiffany di dunia desain pasti akan memelesat

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 44

    Tiffany menyadari bahwa rekan-rekannya hanya menunjukkan ekspresi iba terhadap Sanny, lalu kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.Ketika Sanny menyebut Angie sebagai “nenek sihir”, tidak ada reaksi besar dari orang yang lain. Mereka bahkan terlihat setuju. Kesan ini mirip seperti memberi guru sebuah julukan di masa sekolah.Sanny meregangkan lehernya, lalu berucap, “Perkenalkan diri dulu, aku Sanny.”Tiffany kembali duduk di kursinya. Dia membuka dokumen dan menjawab singkat, “Tiffany.”Sanny meliriknya dengan pandangan sinis, lalu mengejek, “Aku tahu siapa kamu. Kamu yang masuk ke sini lewat jalur orang dalam tanpa wawancara, 'kan?”“Biar kuingatkan, nggak peduli seberapa kuat koneksimu, di departemen desain Eternal terutama di bawah kendali Angie, cuma kemampuan yang dianggap penting. Kalau kamu nggak punya bakat, lebih baik minta pindah sendiri daripada mempermalukan diri di sini,” tambah Sanny.Tangan Tiffany yang sedang membolak-balik dokumen berhenti sejenak, tetapi dia tida

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 43

    Setelah setengah jam berlalu, Edric kembali ke kamar tidur dengan rambut yang sudah kering. Kali ini, dia tidak langsung memeluk Tiffany, melainkan hanya menunduk.Edric berucap dengan nada yang sulit ditebak, “Oke, Sayang. Aku bisa kasih kamu ruang pribadi, tapi kamu juga harus ingat siapa dirimu. Jaga jarak dengan pria lain selain aku.”Tiffany yang belum terlelap mendengar kalimat itu dengan sangat jelas. Di sisi lain, Edric menepuk ranjang di sampingnya. Suaranya mengandung perintah yang tak bisa dibantah ketika menambahkan, “Sini, mendekatlah.”Setelah bertahun-tahun berada di sisinya, Tiffany tahu tindakan ini disengaja. Edric hanya ingin melihat dia menurut dan tunduk di bawah kuasanya. Kebiasaan buruk ini tak pernah berubah dari kehidupan sebelumnya hingga sekarang.Tiffany sangat memahami sifatnya. Dia tahu Edric telah memberikan kelonggaran. Apabila dia masih keras kepala, dia tidak akan bisa menanggung konsekuensinya.Setelah berpikir begitu, Tiffany akhirnya bergerak mendek

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 42

    Edric tiba-tiba mendekat. Napasnya membawa aroma samar alkohol. Dia membalas, “Gimana kalau aku bilang itu bukan karena nggak sengaja?”Tiffany memandangnya, lalu menyadari bahwa jarak mereka terlalu dekat. Sorot mata pria itu begitu tajam. Garis tegas rahangnya menambah kesan dingin dan penuh tekanan. Seolah-olah pada saat itu, yang terlihat di matanya hanyalah hasrat untuk menguasai.Jantung Tiffany berdebar keras. Dia membuka mulut, tetapi suaranya terdengar sangat lemah dan rapuh ketika berucap, “Nggak mungkin.”Mendengar itu, Edric pun mengernyit. Dia meraih dan mendudukkan Tiffany di pangkuannya, lalu bertanya, “Kamu begitu percaya padaku?”Tiffany membeku di tempat. Piama tipis yang dikenakannya terasa seperti selembar kertas transparan yang sama sekali tidak memberikan perlindungan baginya.Baru bergerak sedikit, panas dari tubuh Edric terasa makin mendesak dan membuatnya tidak berani bergerak. Tiffany pun menunduk dan berusaha menghindari tatapan mengintimidasi itu.“Ya,” jawa

DMCA.com Protection Status