Share

Bab 2

Author: Natasha_11
last update Last Updated: 2024-12-24 14:26:01
Seusai berbicara, Edric pun menunduk. Bulu matanya yang tebal dan panjang menyembunyikan emosi di dalam matanya. Bibir tipisnya sedikit terkatup, hidungnya yang mancung memantulkan bayangan samar di bawah lampu.

Edric sangat tampan, terutama saat melakukan sesuatu dengan serius. Meskipun Tiffany membencinya, ini adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Bagaimanapun juga, dia adalah presdir Grup Hanson yang memiliki latar belakang keluarga terkaya di ibu kota dan memiliki pemuja yang tak terhitung jumlahnya.

Edric memijat telapak tangan Tiffany dengan lembut, lalu bertanya, “Masih sakit?”

Tiffany sangat ingin menarik kembali tangannya, tetapi berusaha menahan keinginan itu. Sebelum menyelidiki dengan jelas kenapa Edric bisa berubah, dia tidak boleh mengungkapkan fakta bahwa dirinya telah terlahir kembali.

“Nggak sakit lagi.”

Edric sepertinya merasa sangat puas. Dia melempar kompres itu ke tong sampah dan berkata, “Sudah malam, ayo tidur.”

Tiffany berusaha untuk tidak gemetar dan menjawab dengan nada yang tenang, “Mas, aku ingin tidur sendiri malam ini.”

Ekspresi Edric pun terlihat masam, tetapi dia tetap menjawab dengan lembut, “Nggak boleh.”

Berhubung takut menakuti Tiffany, Edric menjelaskan, “Nanti, akan ada hujan petir. Bukannya kamu takut sama petir?”

Pada saat Tiffany berusia 5 tahun, bencana yang menimpa orang tuanya terjadi di malam hujan petir. Dia bersembunyi di dalam sebuah koper yang memiliki sedikit celah dan menyaksikan orang tuanya dibunuh dengan mata kepala sendiri.

Di luar, terdengar suara petir menggelegar. Tiffany bahkan tidak berani menangis bersuara. Dia hanya menggigit bibirnya dengan kuat hingga bibirnya berdarah. Setelahnya, dia selalu mimpi buruk di hari hujan petir. Hanya saja, setelah dia mencelakai Meliana, Edric tidak pernah peduli lagi pada keadaannya ini.

Tiffany berusaha menenangkan diri, tetapi suaranya tanpa sadar terdengar gemetar saat menjawab, “Aku nggak apa-apa kok.”

Setelah dikurung hampir setahun, Tiffany sudah tidak takut pada apa pun. Meskipun akan mimpi buruk, dia juga tidak peduli.

Edric tetap tidak setuju dan bersikeras naik ke tempat tidur. Sementara itu, Tiffany merasa sangat ketakutan dan berusaha untuk menjauh. Namun, Edric memiliki tangan dan kaki yang panjang. Hanya dengan satu uluran tangannya, dia sudah langsung menyeret Tiffany ke dalam pelukannya.

Tubuh mereka berdua saling menempel sehingga mereka bisa merasakan kehangatan tubuh satu sama lain, juga suara jantung yang berdebar itu.

Tiffany merasa sangat gugup hingga tubuhnya menegang bagaikan kayu. Dia sama sekali tidak berani bergerak.

“Sayang, malam.” Edric sepertinya tidak menyadari keanehan Tiffany. Dia mengecup dahi Tiffany dengan penuh kasih sayang, lalu memeluknya dengan erat dan memejamkan mata.

Setelah memastikan Edric sudah tidur, Tiffany baru merasa lega. Entah berapa lama waktu sudah berlalu, dia baru tertidur.

...

Keesokan paginya, Tiffany bangun tanpa ada siapa pun di sampingnya. Dia pun merasa lega. Namun, baru saja dia bangkit, dia langsung melihat Edric yang sedang mengeringkan rambutnya di balkon. Seluruh tubuhnya langsung menegang. Hanya saja, sudah terlambat meskipun dia ingin berpura-pura tidur.

“Sayang, sudah bangun?”

“Emm.”

Edric berjalan mendekati Tiffany, lalu memeluk pinggangnya dan menciumnya. Ciuman ini sangat penuh perasaan dan lembut. Perasaan Tiffany pun menjadi sangat kacau.

Di kehidupan sebelumnya, Lukman mengharuskan Edric melahirkan seorang anak bersama Tiffany. Meskipun sedang berhubungan intim, Edric juga tidak pernah menciumnya. Edric mengatakan bahwa dia tidak layak dicium.

Sekarang, Edric malah sepertinya ketagihan. Edric tidak berhenti menciumnya dan membuatnya hampir kehabisan napas. Setelah sekian lama, Edric baru melepaskannya, lalu menggunakan jari untuk mengusap bibirnya. Perasaannya menjadi tidak karuan.

“Sayangku patuh banget!” Edric mendekatkan bibirnya ke leher Tiffany, lalu menggigit telinganya dan berbisik, “Kalau bukan karena buru-buru, aku benar-benar ingin memuaskanmu.”

Tiffany buru-buru menarik diri, tetapi Edric mencegahnya. Edric mencengkeram tangannya, lalu menggeser tangannya ke bawah secara paksa supaya dia bisa merasakan suhu dan keadaan di sana.

Tiffany merasa sangat malu. Telinganya sudah sepenuhnya merah, sedangkan hatinya juga bergejolak. Dia menggigit bibirnya dengan kuat. Tangannya pasti akan terbakar jika lanjut bergerak turun. Dia pun buru-buru mengalihkan topik pembicaraan.

“Mas, bukannya kamu harus pergi kerja? Kalau masih nggak berangkat, nanti kamu telat, lho.”

Ekspresi Edric sangat datar, tetapi matanya jelas menunjukkan gairah. Dia mengelus rambut hitam panjang Tiffany, lalu menatap wajahnya yang mulus dan lembut. Baru disentuh sedikit, kulitnya akan langsung memerah.

“Sepertinya, kamu nggak ingin habiskan waktu bersamaku?”

‘Tentu saja nggak,’ gumam Tiffany dalam hati. Namun, dia memaksakan seulas senyum dan menjawab, “Nggak kok. Aku cuma takut Mas terlambat pergi kerja. Kalau ada orang yang tangkap kesalahanmu, kamu akan dirugikan. Aku nggak mau kehilangan statusku sebagai istri presdir Grup Hanson.”

Edric menunduk, lalu mengelus wajah Tiffany dengan lembut. Matanya yang tajam tidak berhenti mengamati dan menilai Tiffany, seolah-olah sedang mencurigai kejujuran ucapannya.

“Oke, aku nggak akan biarkan kamu kecewa.” Setelah sampai di depan pintu, Edric menoleh lagi ke arah Tiffany dan menambahkan, “Tunggulah aku di rumah. Jangan keluyuran di luar, ya.”

Tiffany menggigit bibirnya dan menjawab, “Emm.”

Setelah mendengar suara mobil dinyalakan, Tiffany baru merasa lega. Dia menyalakan ponselnya, lalu mencari sebuah nomor dan segera meneleponnya. Namun, tidak ada yang mengangkat telepon. Dia pun segera mengirim pesan WhatsApp ke nomor itu.

[ Ada masalah penting. Cepat balas! ]

Namun, Tiffany tetap tidak mendapat balasan. Sampai siang hari, orang itu baru meneleponnya.

“Sayang, bukannya semalam itu hari peringatan pernikahanmu? Dinilai dari stamina suamimu itu, kamu seharusnya disiksanya sampai nggak bisa turun dari ranjang. Kenapa kamu masih bisa meneleponku? Memangnya kamu mau kasih aku lihat siaran langsung?”

Pemilik suara yang seksi itu tidak lain adalah Layla Alberto. Dia adalah sahabat terbaikku.

Di kehidupan sebelumnya, Layla tahu bahwa hidup Tiffany sangat menderita. Setiap kali bertemu, Layla selalu membujuknya untuk bercerai. Setelahnya, karena beberapa alasan, dia malah melukai hati Layla dengan mendalam. Layla pun pergi ke luar negeri dan tidak pernah kembali lagi. Jika mendengar berita kematiannya, entah Layla akan menangis atau tidak.

“Lagi senggang nggak? Ada yang mau kubicarakan denganmu.”

Layla baru bangun tidur. Suaranya yang serak terdengar menggoda. “Aku pasti selalu punya waktu untukmu. Aku sudah kirim alamatnya padamu. Kita ketemu di sana, ya.”

“Oke, aku akan segera ke sana.”

Setelah memutuskan sambungan telepon, Tiffany melirik jam. Kebetulan, ini baru jam 12 siang. Saat ini, langit sangat cerah dan jalan di luar juga sudah kering. Bekas hujan deras semalam sudah sepenuhnya sirna.

Tiffany naik ke kamar untuk mengganti pakaian. Dia mengenakan gaun panjang berwarna hijau muda yang sangat anggun dan tidak berlengan. Dia bercermin dan tersenyum pada orang di dalam cermin. Warna hijau membuatnya terlihat sangat energik dan unik. Tidak seperti di kehidupan sebelumnya, dia terlihat sangat sederhana karena selalu meniru Melisa mengenakan pakaian berwarna putih.

Setelah Tiffany turun dan hendak berjalan ke arah pintu, pembantu rumah yang bernama Ana tiba-tiba menghalanginya.

“Nyonya, kamu mau ke mana?”

Tiffany menatap Ana dan menjawab, “Aku punya janji sama teman.”

“Siapa orangnya? Apa Tuan mengenalnya?” tanya Ana dengan panik.

Ana adalah orang yang dipekerjakan Edric untuk mengawasi Tiffany. Apa di kehidupan ini, dia bahkan tidak memiliki hak untuk keluar rumah? Kenapa Edric melakukan hal seperti ini?

Tiffany merasa sangat bingung dan menjawab dengan kesal, “Kenapa? Kamu panggil aku Nyonya tapi aku bahkan nggak punya hak untuk keluar jalan-jalan?”

Ana menjawab dengan agak bersalah, “Bukan begitu. Hanya saja, Tuan pernah berpesan Nyonya nggak boleh keluar rumah seenaknya tanpa persetujuannya.”

Related chapters

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 3

    Tiffany mengepalkan tangannya erat-erat. Setelah sesaat, dia baru tenang kembali dan berjalan melewati Ana sambil berkata, “Kasih tahu dia aku sudah keluar. Coba lihat dia setuju atau nggak.”Di kantor presdir Grup Hanson.Edric berdiri di depan dinding kaca sambil menerima telepon. Entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon, keningnya terlihat berkerut dan tatapannya yang melihat ke luar jendela sangat mendalam. Dia hanya mengucapkan sepatah kata “emm” dan tidak berbicara lagi sampai telepon itu berakhir.“Bos Ed?” panggil Lewis Alberto.Edric memiliki 2 orang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan, tetapi mereka semua hanyalah saudara seayahnya. Dia juga memiliki seorang adik perempuan yang dilahirkan oleh ibu yang sama. Berdasarkan urutan ahli waris laki-laki, orang yang akrab dengannya akan memanggilnya “Bos Ed”.Tidak lama kemudian, Edric berjalan ke arah sofa dan duduk. “Sudah ngomong sampai mana? Lanjutkanlah.”Lewis pun lanjut berbicara, “Menurut info internal, Daerah

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 4

    Terdengar suara Lukman yang berwibawa dari ujung telepon yang berkata, “Bawa Tiffy pulang ke rumah malam ini supaya kita bisa makan malam bersama.”Rumah yang dimaksud ini adalah kediaman lama Keluarga Hanson.“Aku lagi nggak enak badan, nggak bisa pulang.”Sejak menikah, Edric pun pindah keluar dan sangat jarang kembali ke kediaman lama yang selalu dipenuhi dengan intrik. Meskipun itu hanyalah undangan untuk makan bersama, mungkin saja sudah ada banyak jebakan yang dipasang.Lukman mendengus, lalu berkata dengan tegas, “Kamu boleh nggak datang, tapi Tiffy harus datang. Bilang saja aku sudah rindu sama dia.”Edric tidak ingin lanjut mendengar omelan Lukman dan langsung memutuskan sambungan telepon. Kemudian, dia langsung menyalakan mesin mobil lagi tanpa melirik Tiffany.Tiffany mendengar jelas percakapan ayah dan anak itu. Dia tidak dapat menebak apa maksud Edric, tetapi dia tahu bahwa Edric sedang marah saat ini. Dia pun mencoba yang terbaik untuk tidak menarik perhatian Edric dan ha

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 5

    Krystal menatap Tiffany lekat-lekat, lalu langsung berjalan keluar dari kantor presdir. Tiffany tidak peduli apakah Krystal percaya pada ucapannya atau tidak. Dia hanya lanjut duduk meringkuk di sofa.Tiffany mau tak mau harus mengakui bahwa Edric memang tampan, juga memiliki latar belakang yang unggul. Tidak peduli di mana pun dia berada, dia akan selalu menjadi putra ketiga Keluarga Hanson yang dikejar para wanita. Wanita yang memiliki pemikiran sama dengan Krystal sangatlah banyak.Tiffany tidak ingin memonopoli posisi sebagai istri Edric dan menjadi sasaran kritik publik lagi seperti di kehidupan lalu. Dia ingin meninggalkan Edric secepat mungkin.Seiring dengan berlalunya waktu, Tiffany pun tertidur di sofa. Saat membuka kembali matanya, dia langsung bertemu pandang dengan tatapan Edric yang mendalam, penuh kemuraman, dan mengintimidasi.Tiffany pun ketakutan dan buru-buru bergeser ke sisi lain sofa. “Mas, ka ... kamu sudah selesai rapat?”“Emm.” Edric kembali berdiri tegak, lalu

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 6

    Selama makan, Tiffany merasa sangat gelisah. Dia hanya menunduk dan makan dengan susah payah. Setelah ada yang berhenti makan, dia juga berhenti makan.Lukman mengelap mulutnya, lalu menatap Tiffany dan Edric. “Malam ini, kalian nginap saja di sini.”Tiffany ingin pulang, tetapi juga tidak dapat membantah. Jika tinggal di tempat ini, dia pasti harus tidur sekamar dengan Edric. Begitu memikirkan harus tidur sekamar dengan Edric, dia langsung teringat pada keadaan mayatnya yang tragis di kehidupan sebelumnya. Dia benar-benar merasa takut.Namun, Lukman pada dasarnya sangat tegas. Dia tidak akan menerima keputusannya dibantah orang lain. Ditambah dengan tidak ingin membuat Lukman sedih, Tiffany akhirnya mengurungkan niatnya untuk menolak.Lukman berdiri, lalu memberi perintah dengan penuh wibawa, “Edric, ikut aku ke ruang baca dulu. Yang lainnya, bubar saja.”Begitu semua orang bubar, yang tersisa di ruang tamu hanyalah Tiffany dan Lucy. Tiffany benar-benar tidak tahu harus bagaimana meng

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 7

    Tiffany langsung menggigit bibirnya dan menatap Edric dengan tatapan memohon. “Mas, bisa nggak jangan begini. Aku nggak suka.”Edric pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya. Dia seperti sedang berpikir kenapa Tiffany tidak menyukainya. Dulu, mereka berdua sering melakukan hal seperti ini. Dia pun melangkah maju untuk mendekati Tiffany.Tiffany tahu apa yang diinginkan Edric dan secara refleks menghindar. Dia takut Edric akan melakukan hal lainnya lagi dan mau tak mau bersabar, lalu berkata dengan sok tenang, “Jangan mendekat. Aku ... akan buka bajuku sendiri.”Pakaian musim panas pada dasarnya sangat tipis. Terlebih lagi, Tiffany mengenakan gaun. Selambat apa pun gerakannya, kulitnya yang putih dan mulus pun terpampang di hadapan Edric sedikit demi sedikit. Suasana yang tegang ini membuat gerakannya terlihat sangat kaku.Tiffany bisa merasakan bahwa tatapan Edric tidak teralihkan dari tubuhnya sedetik pun. Hal ini pun membuatnya bertambah gugup hingga berkeringat.Melihat Tiffany yang

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 8

    Saat ini, tampang dingin Edric berangsur-angsur terlihat seperti tampangnya dari kehidupan lalu. Apakah ini barulah kedok aslinya? Apa tadi Edric berpura-pura lembut hanya untuk menipu Tiffany?Hati Tiffany sontak bergejolak hebat. Dia secara naluriah ingin melarikan diri, juga berusaha untuk melepaskan diri dari kendali Edric. Dia berkata dengan suara gemetar, “Le ... lepaskan aku.”Melihat tampang ketakutan Tiffany, hati Edric langsung tenggelam. Dia baru menyadari bahwa dirinya sudah kehilangan kendali dan buru-buru melepaskan Tiffany. Kehangatan kulit Tiffany sepertinya masih tertinggal di telapak tangannya dan membuat hatinya bergetar.Edric mengerutkan keningnya, lalu menatap Tiffany dengan tatapan selembut sebelumnya sambil bertanya, “Sayang, ada apa denganmu sebenarnya?”Berhubung Tiffany masih tidak bersuara, Edric pun melembutkan lagi nadanya dan bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba mau cerai?”Tiffany menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Kemudian, dia menatap Edric

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 9

    Tiffany diam-diam menertawakan Edric dalam hati, tetapi tidak menunjukkannya. Dia malah tersenyum dan berkata, “Suamiku benar-benar baik.”Mata Edric menjadi gelap lagi. Sebab, 4 patah kata itu sudah membangkitkan kembali gairahnya. Dia menggengam erat pinggang ramping Tiffany, lalu menggigit bekas yang ditimbulkannya itu dengan pelan.Tiffany membuka matanya yang indah. Di bawah cahaya lampu yang redup, dia terlihat sangat memukau. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kakinya menjulur lurus saking tegangnya.“Sayang, boleh nggak kita nggak lakukan hal itu?” bisik Tiffany dengan nada ketakutan. Namun, Edric tetap mendengarnya. Dia pun menghentikan gerakannya dan menatap Tiffany lekat-lekat, lalu bertanya dengan nada yang mendominasi, “Kamu nggak mau?”Tiffany takut membuat Edric marah. Dia pun menggigit bibirnya dan berusaha menjawab dengan nada yang tenang, “Aku ... aku lagi di masa subur. Aku juga nggak bawa kondom.”Tadi, Edric sudah setuju untuk tidak m

    Last Updated : 2024-12-24
  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 10

    Orang di rumah ini makan sarapan masing-masing. Setelah itu, semua orang pun pergi ke perusahaan. Lucy dan Lukman juga tidak terlihat batang hidungnya. Pagi ini, Tiffany dan Edric yang bangun paling siang.Setelah meninggalkan kediaman lama, Tiffany langsung pergi menemui Layla. Meskipun reuninya diadakan di malam hari, Layla mengajaknya untuk terlebih dahulu melakukan spa. Selain itu, mereka juga harus mempersiapkan gaun dan perhiasan yang bagus. Saat ini, Tiffany adalah istri presdir Grup Hanson. Meskipun Tiffany tidak peduli, dia juga harus memperhatikan penampilannya.Pada jam 7 malam, Tiffany dan Layla tiba di depan gerbang “Trendy”. Lampu di depan klub sangat indah dan terang, tetapi keadaan di dalam malah sangat remang. Untuk melihat jelas wajah orang, mereka harus berjarak sangat dekat. Ada orang yang sudah tiba di ruang privat. Begitu masuk, Layla langsung menyapa mereka dengan santai.“Tak disangka, malam ini bukan cuma Layla saja yang datang, bahkan Tiffany juga datang!” uj

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 50

    Tiffany memalingkan wajah dengan tenang. “Bu Krystal, kalau kamu memang nggak punya kemampuan, aku juga nggak bisa membantumu lagi.”Orang yang tidak bisa diandalkan seperti Krystal tidak perlu dipaksa untuk terus bertahan.Mendengar itu, wajah Krystal langsung menjadi lebih pucat. Dalam beberapa hari ini, dia akhirnya menyadari bahwa dia sama sekali tidak memiliki tempat dalam hati Edric. Dulu, dia masih mengira dirinya lebih unggul daripada Tiffany yang hanya mengandalkan pria.Sekarang, Krystal sudah melihat semuanya dengan sangat jelas. Dia tidak sebanding dengan Tiffany. Bagi Edric, dia hanyalah bawahan yang lumayan cakap. Jika dia kehilangan kemampuannya dalam pekerjaan, Edric pasti tidak akan membiarkannya tetap bekerja sebagai sekretarisnya.“Bu Tiffany, kamu yang duluan ajak aku untuk kerja sama. Kamu nggak bisa campakkan aku begitu saja tanpa menyelesaikan apa pun,” ucap Krystal dengan suara bergetar.Hanya saja, Tiffany tidak merasa Krystal adalah kartu utamanya. Kartu utama

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 49

    Tiffany membalas sambil tersenyum, “Oke.”Angie menjalankan mobilnya, lalu meninggalkan tempat itu. Sebelum mobilnya berjalan jauh, sebuah mobil berhenti di dekat Tiffany dan menyalakan lampu beberapa kali, seolah-olah sedang memberi isyarat.Dari kejauhan, Angie melihat melalui kaca spion bahwa Tiffany naik ke dalam mobil mewah itu. Alisnya langsung mengerut dan tatapannya terlihat suram. Angie mengenali mobil itu. Itu adalah mobil yang digunakan oleh Edric saat keluar dari rumah Keluarga Wibowo bersama mereka.Setibanya di Vila Taringa, Tiffany langsung ditarik masuk ke kamar mandi oleh Edric. Tiffany masih berada dalam periode menstruasi sehingga ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan. Namun, Edric tidak memaksanya. Dia hanya meminta Tiffany untuk membantunya mandi.Pria itu bersandar di tepi bak mandi. Tubuhnya telanjang bulat. Pinggangnya yang kokoh dan otot perutnya yang sempurna juga terpampang di hadapan Tiffany.Tidak bisa dipungkiri, Edric memang memiliki penampilan yang sa

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 48

    Tiffany merasa linglung akibat ciuman itu. Tubuhnya mulai melemah hingga kaki dan tangannya terasa lemas. Matanya yang berkaca-kaca menatap pria di depannya.Edric paling tidak tahan melihat tatapan Tiffany yang seperti itu. Dia terkesan seperti telah menindas Tiffany. Dia pun menunduk dan mencengkeram pinggang rampingnya, lalu menekan kedua tangan Tiffany ke atas kepala. Dia berucap, “Ayo jawab.”Tiffany menggigit bibirnya erat-erat. Dia merasa malu dengan cara Edric yang memperlakukannya tanpa ampun. Dia pun membalas, “Aku cuma nggak mau orang berpikir aku dapatkan kerja sama ini karena koneksi.”Edric mencengkeram dagunya dengan tatapan tajam, seolah ingin melihat apakah dia sedang berbohong. Setelah beberapa saat, dia kembali mencium Tiffany dengan ganas dan mengisap setiap napasnya. Tangannya juga tidak diam dan lanjut menjelajahi kulitnya yang lembut.Tiffany yang hanya bisa menggerakkan tangannya pun mendorong dada Edric yang terus mendekat. Apa pria ini sudah gila? Apa Edric ti

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 47

    Tiffany menjelaskan, “Bu Regina, kulitmu yang putih nan bersih dan tubuhmu yang tinggi sangat cocok dengan rubi. Di sisi lain, mutiara akan mempercantik gaun ungu yang kamu pilih untuk malam itu. Nggak mencolok, tapi tetap menunjukkan kelas dan statusmu.”Setelah mendengar penjelasan itu, Regina baru menatap Tiffany dengan tatapan penuh kekaguman. Di atas meja pendek di hadapannya, ada gambar gaun malam yang akan dia kenakan. Hanya Tiffany yang memperhatikannya selama setengah jam terakhir.Mata Regina tiba-tiba menunjukkan sedikit kejutan. Dia bertanya, “Bukannya kamu ...?”Tiffany yang tidak ingin Angie mengetahui hubungannya dengan Keluarga Hanson menanggapi dengan tenang, “Bu Regina, aku desainer dari Eternal, Tiffany. Aku datang bersama Bu Angie.”Regina yang cerdas segera memahami situasinya. Hubungan antara Keluarga Hanson dan Keluarga Wibowo di dunia bisnis sudah sangat erat. Jika Tiffany ingin menyembunyikan identitasnya, Regina merasa tidak masalah untuk membantunya.Regina p

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 46

    “Tiffany, kenapa bengong di situ? Ayo naik,” panggil Angie dari sisi lain.Tiffany tersadar dari lamunannya, lalu mengalihkan pandangannya dan mengikuti Angie. Kemudian, atasannya itu menjelaskan, “Lift di sana cuma untuk tamu VIP. Lift kita ada di sisi ini.”Penjelasan ini jelas bertujuan agar Tiffany tidak salah langkah dan menyinggung tuan rumah.Setelah naik, mereka tiba di lantai yang penuh cahaya terang. Saat ini, Tiffany baru menyadari bahwa ternyata banyak perusahaan-perusahaan desain lain yang hadir. Semua tamu dikumpulkan di sebuah ruang tamu.Pada saat ini, Angie membawa Tiffany mencari tempat duduk yang tidak mencolok, tetapi juga tidak terlalu di sudut. Angie memberi tahu, “Bu Regina akan berulang tahun ke-40 bulan depan. Dia mau tampil memukau di acara ulang tahunnya. Makanya, perhiasan ini sangat penting baginya. Kalau kita bisa dapatkan proyek ini, komisinya paling nggak akan capai 9 digit.”Angie melanjutkan dengan suara serius, “Semua orang di sini mutar otak untuk b

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 45

    “Bu Angie pasti sudah punya keputusan sendiri. Aku baru bergabung dengan perusahaan dan belum sepenuhnya paham sama sistem desain di Eternal. Dalam waktu sesingkat ini, aku belum bisa lihat perbedaannya,” jawab Tiffany dengan tenang.Mata Angie agak memicing dan sorot tajam di matanya perlahan mereda. Dia tahu Tiffany tidak ingin menyinggung siapa pun. Jadi, dia memutuskan untuk tidak mengungkap hal itu lebih lanjut.Angie memberi tahu, “Rancangan desain perhiasan ini adalah permintaan istri Pak Arnold dari Grup Seresa. Tapi, hingga kini kami belum berhasil ciptakan desain yang sesuai dengan keinginannya. Makanya, proyek ini terus tertunda.”“Karena kamu sudah mampu menunjukkan beberapa poin yang bikin rancangan ini terlihat unik, aku serahkan desain ini padamu. Apa kamu sanggup?” tanya Angie.Tiffany yang baru masuk ke perusahaan sudah diberi tugas nyata, apalagi tugas yang berhubungan dengan Grup Seresa. Apabila istri Arnold puas, reputasi Tiffany di dunia desain pasti akan memelesat

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 44

    Tiffany menyadari bahwa rekan-rekannya hanya menunjukkan ekspresi iba terhadap Sanny, lalu kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.Ketika Sanny menyebut Angie sebagai “nenek sihir”, tidak ada reaksi besar dari orang yang lain. Mereka bahkan terlihat setuju. Kesan ini mirip seperti memberi guru sebuah julukan di masa sekolah.Sanny meregangkan lehernya, lalu berucap, “Perkenalkan diri dulu, aku Sanny.”Tiffany kembali duduk di kursinya. Dia membuka dokumen dan menjawab singkat, “Tiffany.”Sanny meliriknya dengan pandangan sinis, lalu mengejek, “Aku tahu siapa kamu. Kamu yang masuk ke sini lewat jalur orang dalam tanpa wawancara, 'kan?”“Biar kuingatkan, nggak peduli seberapa kuat koneksimu, di departemen desain Eternal terutama di bawah kendali Angie, cuma kemampuan yang dianggap penting. Kalau kamu nggak punya bakat, lebih baik minta pindah sendiri daripada mempermalukan diri di sini,” tambah Sanny.Tangan Tiffany yang sedang membolak-balik dokumen berhenti sejenak, tetapi dia tida

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 43

    Setelah setengah jam berlalu, Edric kembali ke kamar tidur dengan rambut yang sudah kering. Kali ini, dia tidak langsung memeluk Tiffany, melainkan hanya menunduk.Edric berucap dengan nada yang sulit ditebak, “Oke, Sayang. Aku bisa kasih kamu ruang pribadi, tapi kamu juga harus ingat siapa dirimu. Jaga jarak dengan pria lain selain aku.”Tiffany yang belum terlelap mendengar kalimat itu dengan sangat jelas. Di sisi lain, Edric menepuk ranjang di sampingnya. Suaranya mengandung perintah yang tak bisa dibantah ketika menambahkan, “Sini, mendekatlah.”Setelah bertahun-tahun berada di sisinya, Tiffany tahu tindakan ini disengaja. Edric hanya ingin melihat dia menurut dan tunduk di bawah kuasanya. Kebiasaan buruk ini tak pernah berubah dari kehidupan sebelumnya hingga sekarang.Tiffany sangat memahami sifatnya. Dia tahu Edric telah memberikan kelonggaran. Apabila dia masih keras kepala, dia tidak akan bisa menanggung konsekuensinya.Setelah berpikir begitu, Tiffany akhirnya bergerak mendek

  • Godaan Sang Presdir Setiap Malam   Bab 42

    Edric tiba-tiba mendekat. Napasnya membawa aroma samar alkohol. Dia membalas, “Gimana kalau aku bilang itu bukan karena nggak sengaja?”Tiffany memandangnya, lalu menyadari bahwa jarak mereka terlalu dekat. Sorot mata pria itu begitu tajam. Garis tegas rahangnya menambah kesan dingin dan penuh tekanan. Seolah-olah pada saat itu, yang terlihat di matanya hanyalah hasrat untuk menguasai.Jantung Tiffany berdebar keras. Dia membuka mulut, tetapi suaranya terdengar sangat lemah dan rapuh ketika berucap, “Nggak mungkin.”Mendengar itu, Edric pun mengernyit. Dia meraih dan mendudukkan Tiffany di pangkuannya, lalu bertanya, “Kamu begitu percaya padaku?”Tiffany membeku di tempat. Piama tipis yang dikenakannya terasa seperti selembar kertas transparan yang sama sekali tidak memberikan perlindungan baginya.Baru bergerak sedikit, panas dari tubuh Edric terasa makin mendesak dan membuatnya tidak berani bergerak. Tiffany pun menunduk dan berusaha menghindari tatapan mengintimidasi itu.“Ya,” jawa

DMCA.com Protection Status