Share

Bab 3

Penulis: Lufi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 13:55:38
Pada saat ini, Kusno bergegas mendekat. Dia bersimpuh di depan kasur dan bertutur dengan semangat, "Kakak, akhirnya kamu bangun. Bagus sekali. Akhirnya aku bisa tenang."

Sikapnya sangat bertolak belakang dengan sebelumnya.

Marten menatapnya dengan dingin seraya membalas, "Nggak. Aku hanya mayat hidup."

Kusno tertegun hingga terbatuk-batuk. Dia berkata, "Kak, kamu sudah sembuh. Aku akan masak untukmu. Kamu sudah lama nggak makan."

"Nggak perlu," timpal Marten dengan dingin. Dia menatap Kusno sebelum menyindir, "Aku takut kamu akan meracuniku."

"Mana mungkin? Aku ini adik kandungmu," bantah Kusno.

"Kalau dulu aku tahu sifatmu akan seperti ini, aku pasti akan langsung memasukkanmu kembali ke perut Ibu begitu kamu dilahirkan," kata Marten.

Kusno terdiam.

Marten memperingatkan, "Mulai hari ini, kamu nggak perlu melakukan apa-apa lagi. Ambil uang yang kamu punya sekarang dan habiskan sisa hidupmu dengan baik."

Raut wajah Kusno seketika berubah. Marten mau mengusirnya.

"Kakak, kamu kira aku akan takut? Palingan aku akan mendirikan usahaku sendiri. Roda kehidupan terus berputar. Jangan meremehkan anak muda yang miskin. Mungkin aku akan lebih hebat darimu di masa depan," balas Kusno.

Usia 50 tahun masih disebut anak muda?

"Pergi!" bentak Marten.

Kusno pergi dengan wajah muram. Dia bersumpah di dalam hati. Begitu sukses, dia akan menginjak-injak Marten dengan kejam.

"Kamu sudah tahu diracuni?" tanya Baskara.

Marten mengangguk, lalu menatap Jelita sekilas. Dia tersenyum getir sambil berujar, "Aku tahu, tapi saat itu sudah terlambat. Aku khawatir bajingan itu akan melukai Jelita, jadi aku nggak bilang apa-apa. Untungnya kamu bisa menyembuhkanku."

Jelita terkejut. Dia baru tahu bahwa ayahnya sama sekali bukan sakit, melainkan diracuni oleh pamannya.

Baskara berpikir sejenak sebelum berkata, "Racun ini nggak seharusnya dimiliki pecundang itu. Tampaknya masalah Ayah Mertua cukup banyak."

Marten menatap Baskara dengan heran. Apa yang dia lihat?

Tiba-tiba, terdengar suara aneh dari perut Baskara. Baskara memegang perutnya, lalu menatap Jelita dengan kesal seraya mengeluh, "Kamu sudah janji mau masak mi untukku begitu pulang."

Wajah Jelita sedikit memerah. Dia heran kenapa Baskara bisa begitu blak-blakan di hadapan ayahnya.

Marten memandang mereka berdua dengan terkejut. Tatapannya sedikit aneh. Dia tidak menyangka hubungan Baskara dan Jelita sudah begitu dekat.

"Aku mau istirahat sebentar. Jelita, panggil Hesti kemari. Kamu bawa Baskara pergi makan," ujar Marten.

"Oke," sahut Jelita. Setelah melihat ayahnya baik-baik saja, Jelita menarik tangan Baskara untuk pergi. Entah apa lagi hal mengejutkan yang akan Baskara katakan jika tetap berada di dalam kamar.

Jelita membawa Baskara langsung keluar dari vila. Mereka pergi ke sebuah restoran yang tidak jauh dari sana.

"Pesan saja yang kamu mau," kata Jelita.

Baskara mengambil menu makanan dan segera memesan belasan lauk tanpa merasa segan.

"Apa nggak terlalu banyak?" tanya Jelita yang sedikit terkejut. Dia bukan khawatir tentang uang, tetapi memang lauk yang dipesan sudah terlalu banyak.

"Aku belum makan seharian ini," jawab Baskara dengan tertekan.

Pantas saja.

Lantaran penasaran, Jelita bertanya, "Kamu begitu kompeten. Gimana bisa nggak punya uang untuk beli makanan?"

Ketika membahas ini, wajah Baskara tampak marah. Dia menjawab, "Itu gara-gara guru keduaku yang sangat jahat. Dia diam-diam pakai semua tabunganku untuk beli baju bagus. Begitu aku cek saldoku, ternyata hanya tersisa puluhan ribu."

Jelita hampir tidak bisa menahan tawa. Ternyata masih ada guru yang menipu muridnya.

Begitu makanan dihidangkan, Baskara buru-buru menghabiskannya. Sesudah makan, mereka tidak langsung pulang, melainkan pergi ke mal terlebih dulu.

"Untuk apa kemari?" tanya Baskara.

"Aku mau beli baju untukmu. Baju yang kamu pakai ini sudah boleh dibuang," balas Jelita.

Jelita menatap Baskara sejenak. Warna baju dan celana yang Baskara pakai sudah pudar. Meskipun sangat bersih, Baskara sudah cukup lama tidak memakai baju baru.

Baskara bertanya dengan cemas, "Apa nggak terlalu mahal? Setiap kali guru keduaku beli baju untukku, dia selalu ambil ratusan juta dari kartuku."

"Apa bajumu semahal itu?" tanya Jelita dengan terkejut. Setelah itu, dia mengamati merek baju Baskara dengan cermat. Itu merek Jordan produksi dalam negeri.

Jelita menatap Baskara dengan kaget sambil bertanya lagi, "Gimana caramu hidup sampai sebesar ini dan masih punya tabungan?"

Baskara menjawab dengan santai, "Setiap kali aku mengobati orang, guruku akan bagikan komisi satu persen. Setiap kali bisa dapat ratusan ribu. Aku tabung sejak kecil. Kalau dipotong pengeluaranku, total tabunganku sekitar 1,5 miliar."

"Sebenarnya aku sangat hemat. Setiap bulan aku hanya beli satu sikat gigi, satu kotak pasta gigi, detergen, dan kebutuhan sehari-hari yang lain. Totalnya sekitar 40 juta saja," sambung Baskara.

Astaga. Guru kedua Baskara benar-benar gila.

"Ke depannya, jauhi guru keduamu dan hargai hidupmu," kata Jelita menasihati.

Baskara tampak kebingungan.

Jelita mengajak Baskara masuk ke mal dan memilih beberapa set pakaian merek Dunhill untuknya. Dia menghabiskan ratusan juta.

Baskara menghela napas sebelum mengeluh, "Kamu pelit banget. Merek ini sangat murah. Harganya berbeda jauh dari merek yang aku pakai. Satu bajuku ini seharga ratusan juta."

Jelita seketika tertegun. Dia melihat toko Jordan yang berada tidak jauh dari sana. Harga barang-barang di sana hanya sekitar ratusan ribu.

"Bu, pacarmu lucu sekali," ucap staf kasir sambil bercanda.

Jelita tersenyum canggung, lalu membawa Baskara pergi.

Kala ini, ada seorang wanita yang menghadang Jelita. Dia menyindir, "Lho? Bukannya ini Nona Besar Keluarga Biani? Seleramu benar-benar buruk. Hanya bisa suka sama pria muda, tapi nggak berguna."

Baskara berbalik dan melihat seorang wanita paruh baya. Di sampingnya ada seorang pria berotot. Paras wanita itu cukup cantik, tetapi riasannya terlalu tebal. Tubuhnya juga memancarkan aura wanita murahan.

Ketika melihat wanita itu, ekspresi Jelita berubah.

Wanita itu bukan orang lain, melainkan adik ipar Kusno. Namanya Melisa. Dia memiliki sifat yang liar dan tidak tahu aturan. Yang paling utama adalah Melisa sangat suka menindas Jelita. Setiap kali bertemu, dia pasti akan menyindir Jelita.

Sebelum Jelita sempat berbicara, Baskara bertanya lebih dulu, "Sayang, kenapa kamu kenal orang yang pekerjaannya seperti ini?"

Ekspresi Baskara tampak jijik. Dia bahkan menarik Jelita menjauh dari Melisa.

Jelita tertegun sejenak. Dia menatap Baskara dengan bingung.

"Memangnya apa pekerjaanku?" tanya Melisa dengan muram sambil memelototi Baskara.

"Jual tubuh," sahut Baskara dengan santai.

Jual tubuh? Maksudnya jual diri? Mendengar ini, Melisa langsung membentak, "Dasar pria nggak berguna! Beraninya bicara sembarangan. Hajar dia!"

Begitu ucapan Melisa dilontarkan, pria yang ada di belakangnya hendak menyerang Baskara.

"Tunggu. Ucapanku nggak salah, 'kan? Untuk apa kamu marah?" tanya Baskara dengan ekspresi bingung.

"Kamu masih berani bicara sembarangan? Tampar dia!" pekik Melisa.

Baskara juga tersulut emosi. Dia menimpali dengan tidak senang, "Kamu setidaknya berhubungan dengan 7 pria dalam waktu 24 jam. Di tubuhmu masih ada aroma mereka. Kalau kamu bukan jual diri, terus apa pekerjaanmu?"

Melisa tertegun. Dia bertanya dengan kaget, "Gimana kamu bisa tahu?"

Orang-orang di sekitar seketika terbelalak. Melisa benar-benar hebat.

Melisa sadar dan buru-buru menambahkan, "Kamu asal bicara. Aku nggak jual diri."

"Itu berarti kamu nggak terima bayaran?" tanya Baskara sembari mengangguk seakan-akan mengerti sesuatu. Kemudian, dia menambahkan, "Kalau begitu, kamu lebih buruk dari pelacur. Setidaknya pelacur bekerja demi dapat uang."

"Pukul dia sampai mati!" sergah Melisa yang sudah kehilangan akal sehat.

Pria berotot bergegas mendekat dan menampar wajah Baskara. Setelah itu, Baskara menendang pria berotot itu sampai terhempas belasan meter, bahkan pingsan di lantai.

"Tampan dan berotot belum tentu berguna," sindir Baskara mengulangi ucapan Melisa yang tadi. Selesai berbicara, dia menarik tangan Jelita pergi.

Melisa tercengang dan berdiri diam di sana. Dia tidak menyangka bahwa Baskara begitu kuat.

Kala ini, ada seorang pria cabul yang menghampiri Melisa dan menyodorkan sebuah kartu nama. Katanya, "Kak, apa kamu nggak terima bayaran? Sebenarnya aku juga bisa. Hubungi aku saja kalau butuh. Aku bisa melakukannya sepanjang malam."

"Pergi!" pekik Melisa. Dia menampar pria itu sebelum pergi dengan malu. Tangannya masih memegang kartu nama.

Melakukan itu sepanjang malam pasti sangat menyenangkan.

Bab terkait

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 4

    Setelah meninggalkan mal, Jelita berterima kasih kepada Baskara. Katanya, "Terima kasih kamu sudah bantu aku balas dendam."Baskara tersenyum seraya membalas, "Kamu istriku, tentu saja aku harus melindungimu. Selain aku, nggak ada yang boleh menindasmu."Jelita merasa tersentuh. Dia memang baru mengenal Baskara, tetapi Baskara sudah banyak membantunya."Oh, iya. Sayang, apa kamu kenal Zaskia Handari?" tanya Baskara.Zaskia Handari? Bagaimana Baskara bisa mengenalnya?Jelita mengangguk, lalu menimpali, "Kenal. Dia CEO cantik yang terkenal di kota ini. Gimana kamu bisa tahu dia?"Baskara menyahut dengan senang, "Kamu kenal dia, ya? Bagus sekali. Dia itu calon istriku."Senyuman Jelita seketika membeku. Baskara sudah memiliki calon istri dan orang itu adalah Zaskia?Jelita berujar, "Jangan bercanda. Zaskia itu seorang ahli bisnis. Dia sudah ambil alih bisnis keluarga sejak berusia 18 tahun. Dalam waktu 3 tahun, dia sudah menggandakan bisnis Keluarga Handari beberapa kali lipat."Jelita me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 5

    Jelita terkejut dan langsung berlari keluar."Ah." Dia juga berteriak kaget. Kenapa kakak sepupunya kembali?Wajah Sandra tampak muram dan sorot matanya tampak penuh amarah. Dia menatap Jelita dengan tajam dan bertanya, "Jelita, coba jelaskan ini! Kenapa di kamarku ada seorang pria?"Pada saat itu, Baskara berkata dengan wajah seolah-olah teraniaya, "Istriku, kamu harus bela aku! Dia sudah tidur samaku, kehormatanku sudah hilang!"Jelita membuka mulutnya lebar-lebar. Apa-apaan ini, mengejutkan sekali?Sandra hampir kehilangan akal. Dia buru-buru pulang semalaman, tapi malah menemukan dirinya tidur semalam suntuk dengan seorang pria. Tiba-tiba, dia menyadari panggilan Baskara kepada Jelita.Istri?Pria ini suami Jelita?"Siapa dia sebenarnya?" tanya Sandra.Jelita buru-buru menjelaskan, "Kak, jangan marah. Namanya Baskara, kami baru kenalan kemarin ....""Apa? Berani sekali kamu bawa pria yang baru kenal kemarin ke rumah? Apa nggak ada lagi yang bisa mengurusmu karena kondisi Paman seka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 6

    Zaskia juga menyadari tatapan Baskara dan rasa jijik muncul di hatinya. Awalnya dia mengira pria yang sombong ini akan mengucapkan sesuatu yang mencengangkan, tetapi ternyata dia bahkan lebih menjijikkan daripada pria lain."Jaga sikapmu, air liurmu hampir netes," ujar Jelita dengan nada mengingatkan.Melihat banyak orang mulai memperhatikan mereka, Jelita segera menjauh dari Baskara dan berkata, "Jangan salah paham, aku nggak kenal dia."Beberapa orang di kerumunan mulai mengenali Jelita dan wajah mereka langsung menunjukkan keterkejutan."Istriku, kenapa kamu bilang nggak kenal aku?" tanya Baskara dengan ekspresi bingung.Kerumunan langsung gaduh. Ternyata pria ini adalah suami Jelita?Semua orang tahu Jelita adalah putri Keluarga Biani, tapi kapan dia menikah? Tidak ada satu pun orang di tempat itu yang tahu. Wajah Jelita langsung memerah. Dia tidak tahu harus menjawab apa.Untungnya, perhatian Baskara segera beralih kepada Zaskia."Kamu Zaskia, bukan?"Zaskia tidak menjawab pertany

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 7

    "Kamu benar-benar tunanganku?" Suara Zaskia terdengar bergetar. Dia sudah yakin bahwa pria di depannya ini adalah Master Lamting. Dengan kedudukan seorang Master Lamting, seharusnya dia tidak mungkin berbohong, bukan?Namun, mengapa Zaskia sama sekali tidak pernah mengetahui hal ini sebelumnya?Jelita memandang dengan curiga. Reaksi Zaskia tidak sesuai dengan yang dia bayangkan. Bukankah seharusnya Zaskia langsung menampar Baskara, lalu pergi begitu saja? Apa hanya karena Baskara melukis satu lukisan, Zaskia langsung terpesona?"Pokoknya ini pemberian dari Guru Besar Pertama. Jadi, ini pasti benar," kata Baskara dengan nada serius. Demi masa depan anak-anaknya yang tidak akan kekurangan makan, tentu dia tidak akan ragu sedikit pun."Aku butuh waktu untuk berpikir," kata Zaskia yang merasa sangat kacau.Padahal dia hanya menyelenggarakan sebuah acara apresiasi seni, tapi kini tiba-tiba muncul seorang tunangan. Selain itu, pria itu mungkin adalah Master Lamting."Tentu, kuberi kamu waktu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 8

    Dalam perjalanan menuju rumah Keluarga Biani, Jelita mengemudikan mobil dengan tenang. Tiba-tiba, Baskara berseru, "Berhenti sebentar!"Jelita langsung menginjak rem dengan refleks. Kemudian, dia menoleh ke arah Baskara dengan bingung. Baskara segera turun dari mobil, menyeberangi jalan, dan menuju ke sisi lain.Di sana, sekelompok orang berkumpul mengelilingi seorang nenek tua yang tergeletak di tanah. Orang-orang di sekitarnya hanya menunjuk dan berbisik, tetapi tidak ada satu pun yang mendekat untuk membantu.Melihat situasi itu, alis Baskara berkerut. Dia segera menyadari bahwa kondisi nenek itu sangat kritis. Jika tidak segera mendapatkan perawatan, nyawanya bisa terancam."Tolong minggir, aku dokter," kata Baskara sambil bergerak maju. Dari tubuhnya terpancar aura yang kuat, membuat kerumunan orang secara tidak sadar memberi jalan.Jelita yang baru saja memarkirkan mobilnya segera menyusul. Dia terkejut melihat Baskara yang tampak serius. 'Apa dia benar-benar mau menolong?' pikir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 9

    Bagi Sandra, ukuran cup A adalah luka seumur hidupnya. Sekarang, Baskara malah membahasnya secara langsung. Ini membuat Sandra benar-benar ingin melahap pria itu hidup-hidup."Kenapa kamu menatapku seperti itu? Sekalipun kamu terus menatapku, aku tetap nggak akan membantumu meningkatkan ukuran otot dada. Ya sebenarnya ini cuma hal sepele bagiku sih," ujar Baskara dengan nada tidak puas."Kamu? Dasar penipu!" balas Sandra sambil tersenyum mengejek.Ekspresi Baskara langsung berubah tidak senang. Dia paling tidak suka ketika keahliannya diragukan. Tiba-tiba, dia melangkah maju ke arah Sandra. Tindakannya membuat wanita itu terkejut dan sedikit ketakutan."Kamu mau apa ...." Belum sempat Sandra menyelesaikan kalimatnya, Baskara sudah mengeluarkan beberapa jarum perak dan menusukkannya ke area dada, tepatnya di otot dada wanita itu.Dalam sekejap, tubuh Sandra menjadi kaku dan tidak bisa bergerak. Jelita yang berada di dekat mereka langsung panik. Dia berujar dengan khawatir, "Baskara, jan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 10

    Melihat kedua pengawal menyerbu ke arah mereka, Sandra yang masih berada dalam pelukan Baskara mulai panik. Kali ini, mereka pasti akan celaka. Sandra hanya bisa berharap, mereka tidak melukainya secara tidak sengaja.Saat itu juga, Baskara melepaskan Sandra. Dengan gerakan cepat, dia melayangkan tamparan keras ke arah kedua pengawal tersebut. Masing-masing hanya dengan satu tangan. Dua pria yang terlatih itu terlempar jauh dan jatuh ke lantai. Wajah mereka langsung bengkak sebelah.Agus sontak tercengang. Kedua pengawal itu adalah orang-orang yang dia bayar mahal. Mereka terkenal mampu menghadapi 10 orang sekaligus. Namun di depan Baskara, mereka bahkan tidak mampu bertahan satu tamparan.Baskara berjalan mendekati Agus. Jelas, dia ingin memberinya pelajaran. Baginya, Agus yang sudah berusaha mencelakai dirinya tidak bisa dibiarkan begitu saja.Baskara memang bukan tipe orang yang suka menahan diri. Dia selalu menggunakan kekuatan untuk menyelesaikan masalah. Melihat ini, Sandra seger

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 11

    Sandra bertanya dengan penasaran, "Harga lukisanmu semahal itu?""Mungkin saja," balas Baskara sambil mengangguk. Dia kelihatannya tidak terlalu peduli.Melihat sikap Baskara yang malas untuk menjelaskan, Sandra tidak bertanya lebih lanjut. Namun, pikirannya masih tertuju pada cek senilai 200 miliar yang ada di dalam tas kecilnya. Perasaan penasaran terhadap Baskara menjadi makin besar.Pria seperti apa sebenarnya Baskara ini? Dia memiliki kemampuan medis yang luar biasa, bakat melukis yang tidak kalah hebat, dan tadi sudah terbukti memiliki kekuatan fisik yang mengesankan.Dua anak buah Agus bahkan terlempar begitu saja karena tamparannya. Dia benar-benar pria yang penuh misteri.Sandra memandang Baskara dengan penuh perhatian. Makin mengamatinya, makin sulit baginya untuk memahami pria itu. Rasanya seolah-olah ada lapisan kabut tebal yang tidak pernah bisa ditembus.Setelah selesai makan, Sandra berniat untuk membayar tagihan. Namun, petugas kasir malah mengatakan bahwa semua sudah l

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 50

    "Marten, kamu benar-benar mendapatkan seorang menantu yang luar biasa. Setelah ini, Keluarga Biani pasti akan mencapai puncak kejayaan," ucap Slamet dengan nada kagum."Haha. Itu karena putriku punya selera yang bagus," balas Marten sambil tertawa lebar. Wajahnya penuh rasa bangga.Marten tahu jelas bahwa putrinya menemukan Baskara di stasiun kereta api dan membawanya pulang. Siapa sangka, dia justru mendapatkan seorang pria sehebat ini.Dengan raut wajah penuh kekaguman, Slamet tiba-tiba berujar, "Sebenarnya, putriku juga suka melukis. Lukisan Baskara adalah yang terbaik di dunia. Apa dia bisa meluangkan waktu untuk mengajari putriku? Aku bersedia bayar kok."Marten melirik Slamet, lalu terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Nggak bisa. Jangan kira aku nggak tahu maksudmu. Kamu mau rebut menantuku ya? Kamu pikir aku ini bodoh?"Slamet tertawa sejenak, lalu membalas, "Marten, kamu memang sangat cerdas. Bahkan, maksud tersiratku saja bisa kamu tebak. Sudahlah, seorang pria sejati nggak akan

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 49

    Di kantor polisi kota kecil, Susan dipanggil oleh komandan. Komandan di sini adalah seorang pria berusia 30 tahunan dengan wajah yang tegas dan berwibawa. Begitu Susan masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi serius.Susan hanya melirik sekilas, lalu berujar dengan santai, "Kamu mau menakuti siapa sih? Pasang wajah begitu serius, kamu pikir aku akan takut padamu?"Komandan bernama Suwito itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebagai kakak Susan, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya ini."Gimana ceritanya kamu bisa mengenal orang Jopara itu? Kalau hari ini kamu nggak jelaskan semuanya, aku akan patahkan kakimu! Bahkan, orang Jopara itu sampai pakai namamu untuk menekanku. Benar-benar keterlaluan!" ucap Susan dengan kesal.Ternyata Suwito adalah kakak kandung Susan. Yuta coba menggunakan nama Suwito untuk mengancam Susan? Baginya, itu benar-benar lelucon.Suwito mengusap pelipisnya, lalu membalas sambil tersenyum pahit, "Aku memang pernah beberapa kali be

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 48

    Jelita dan Marten terlihat kaget. Hanya seperti ini? Mereka awalnya mengira Susan hanya menggunakan alasan tadi untuk bisa masuk ke rumah Keluarga Biani, lalu dia akan menangkap Baskara. Tidak disangka dia benar-benar hanya masuk untuk memuji Baskara, lalu pergi begitu saja.Baru setelah bayangan Susan benar-benar hilang, keduanya menoleh ke arah Baskara dengan penuh kebingungan. Jelas sekali mereka tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.Sebagai orang biasa yang tidak punya kaitan dengan dunia pesilat, wajar jika mereka tidak tahu apa-apa tentang aturan di dalamnya.Baskara pun menjelaskan sambil tersenyum, "Ada semacam aturan tak tertulis antara pesilat dan pemerintah. Selama pertarungan antara pesilat nggak melibatkan orang biasa, pemerintah nggak akan ikut campur. Apalagi yang kubunuh adalah pesilat asing."Mendengar itu, Jelita dan Marten sama-sama menunjukkan ekspresi paham. Wanita itu berujar, "Pantas saja kamu sama sekali nggak khawatir setelah bunuh Kenichi. Jadi, dia juga

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 47

    Marten memandang Susan dengan ragu. Dalam hatinya dia bertanya-tanya apakah wanita ini sedang coba mengelabuinya?Marten merasa sedikit bimbang. Selama Baskara tidak dibawa pergi, dia masih memiliki banyak cara untuk mengatasi situasi ini. Lagi pula, membunuh orang Jopara bukanlah masalah besar baginya.Namun jika Baskara benar-benar dibawa pergi, situasinya akan berada di luar kendalinya. Kekhawatiran terbesarnya adalah Susan mungkin saja sedang coba memperdayanya.Di tengah keraguannya, Jelita keluar dan memberitahunya, "Ayah, biarkan mereka masuk. Baskara yang bilang begitu."Susan melirik Jelita sekilas. Keterkejutan melintas di wajahnya. Wanita ini memiliki paras yang sangat cantik. Susan mengangguk pelan dan bersiap masuk ke dalam rumah Keluarga Biani bersama anak buahnya. Namun, Jelita kembali berujar, "Tunggu sebentar."Susan mengangkat alis. Dia berpikir bahwa Jelita mungkin berubah pikiran. Hanya saja, setelah itu dia menjelaskan, "Jangan salah paham. Baskara bilang cuma satu

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 46

    Hal ini berkaitan dengan sejarah keluarga Susan. Sejak tahun 1931, generasi kakek buyutnya ikut berperang melawan penjajah Jopara.Tujuh kakak laki-lakinya gugur di medan perang, sementara sepupu-sepupunya juga tewas semua selama masa perang melawan penjajah. Hanya kakek buyutnya yang selamat, itu pun karena usianya yang masih sangat kecil. Dia baru berusia beberapa tahun sehingga tidak ikut berperang.Namun ketika perang melawan koalisi delapan negara di Barat, kakek buyut Susan akhirnya gugur juga. Selanjutnya saat perang balasan melawan Montar, dari empat bersaudara di generasi kakeknya, hanya kakeknya yang bertahan hidup.Keluarga Susan adalah keluarga yang menorehkan kehormatan melalui darah dan pengorbanan. Mereka sangat membenci siapa pun yang berani bersikap arogan dan menantang di tanah air mereka. Kebencian terhadap bangsa Jopara dan sekutunya telah tertanam kuat dalam tulang sumsum Susan sejak kecil. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, dia memandang rendah bangsa-bangsa ter

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 45

    "Siapa yang membunuhnya?" tanya polisi wanita itu.Tidak ada seorang pun yang menjawab. Semua anggota klub seni bela diri membisu.Saat melihat ini, polisi wanita itu, Susan, tentu memahami apa yang terjadi. "Kalian nggak akan bisa melindunginya. Kami punya cara untuk menyelidikinya.""Dia cuma ingin melindungi kami," ucap seseorang.Susan meliriknya, lalu menyahut, "Aku tahu, tapi kami tetap harus tahu identitasnya. Banyak prosedur yang harus dijalankan."Begitu mendengarnya, semua orang menghela napas lega. Para anggota seni bela diri pun menatap Zoya.Zoya menggeleng dan berkata, "Kami nggak kenal dia."Susan tidak peduli. Sebaliknya, dia merasa sangat kagum pada para mahasiswa ini. Meskipun melindungi pembunuh, mereka melakukan ini karena setia kawan.Jika ada yang maju untuk mengungkapkan pembunuhnya, Susan justru akan merasa kesal karena menunjukkan bahwa mereka tidak setia kawan.Kemudian, Susan memanggil anggota klub karate untuk diinterogasi. Pada akhirnya, mereka mengetahui i

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 44

    "Aku akan resepkan obat. Mereka akan sembuh dalam seminggu," jelas Baskara.Setelah melihat kemampuan Baskara, mereka tentu tidak meragukan kemampuan medisnya. Sejak zaman dulu, ilmu bela diri dan ilmu medis tidak dapat dipisahkan. Pesilat kuat biasanya menguasai sedikit ilmu medis.Baskara meminta kertas dan pena, lalu menulis resep obat sekaligus menjelaskan beberapa yang perlu diperhatikan saat meminum obat tersebut.Zoya melirik sekilas. Dia pernah mempelajari pengobatan tradisional sedikit, jadi langsung paham setelah melihatnya. Baskara memang bisa diandalkan. Resep obat ini bisa digunakan dan sangat berkhasiat untuk cedera organ dalam mereka."Terima kasih. Namaku Zoya, aku teman baik Jelita. Salam kenal." Zoya mengulurkan tangannya.Baskara juga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Baskara berucap, "Namaku Baskara. Aku calon suami Jelita."Zoya tersenyum tipis dan berkata, "Kami sudah tahu itu."Seluruh kampus sudah tahu tentang Jelita yang berpacaran. Tidak ada seorang

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 43

    "Kamu sudah mengalahkan mereka, tapi itu bukan apa-apa. Salah mereka karena begitu nggak berguna," ucap Baskara dengan datar.Hal ini membuat wajah anggota klub seni bela diri Negara Monaga menjadi muram dalam sekejap. Mereka ingin menyangkal, tetapi tidak menemukan alasan yang tepat. Seratus orang tidak bisa melawan satu orang. Bukankah itu namanya tidak berguna?"Tapi, kamu nggak seharusnya bilang orang-orang Monaga itu lemah. Aku sangat nggak suka mendengarnya. Aku menghina Jopara dan kamu mau melumpuhkanku. Kalau kamu menghina Monaga, apa yang harus aku lakukan padamu?" tambah Baskara dengan nada yang makin dingin.Semua orang merasakan sedikit niat membunuh dari nada bicara Baskara. Mereka menyaksikan adegan yang terjadi di depan mereka dengan terkejut. Apakah Baskara mau membunuh Kenichi?"Dasar orang lemah. Aku nggak percaya kamu berani bunuh aku," kata Kenichi dengan susah payah.Baskara tersenyum tipis. Niat membunuhnya makin kuat."Baskara, jangan gegabah!" teriak Jelita.Kra

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 42

    Inilah seni bela diri Negara Monaga yang sesungguhnya. Serangannya harus mengenai titik vital seperti mata atau selangkangan. Begitu tepat sasaran, korbannya akan cacat atau mati. Kenichi juga terkejut. Dia yakin tidak akan terkena serangan, tetapi ini terlalu berbahaya. Jika serangannya berhasil, akibatnya akan fatal. Kenichi segera menghindar tanpa ragu-ragu. Kali ini, dia akhirnya melancarkan serangan. Dia menendang punggung Zoya dari samping.Baskara bisa merasakan ada sedikit energi samar yang mengalir di tubuh Kenichi. Tendangan seperti itu sama sekali tidak bisa ditahan oleh orang biasa.Zoya memang terlihat imut, tetapi dia sangat berpengalaman dalam bertarung. Dia memelesat ke depan dengan kencang dan berhasil menghindari serangan. Setelah itu, dia segera berbalik untuk menghadapi Kenichi.Namun, pada saat ini, Kenichi langsung melayangkan tendangan cambuk .Zoya mencoba menahan serangan itu dengan kedua tangannya. Sayangnya, tubuhnya ditendang hingga terhempas dan jatuh ke

DMCA.com Protection Status