Share

Bab 10

Author: Lufi
last update Last Updated: 2025-01-07 13:55:38
Melihat kedua pengawal menyerbu ke arah mereka, Sandra yang masih berada dalam pelukan Baskara mulai panik. Kali ini, mereka pasti akan celaka. Sandra hanya bisa berharap, mereka tidak melukainya secara tidak sengaja.

Saat itu juga, Baskara melepaskan Sandra. Dengan gerakan cepat, dia melayangkan tamparan keras ke arah kedua pengawal tersebut. Masing-masing hanya dengan satu tangan. Dua pria yang terlatih itu terlempar jauh dan jatuh ke lantai. Wajah mereka langsung bengkak sebelah.

Agus sontak tercengang. Kedua pengawal itu adalah orang-orang yang dia bayar mahal. Mereka terkenal mampu menghadapi 10 orang sekaligus. Namun di depan Baskara, mereka bahkan tidak mampu bertahan satu tamparan.

Baskara berjalan mendekati Agus. Jelas, dia ingin memberinya pelajaran. Baginya, Agus yang sudah berusaha mencelakai dirinya tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Baskara memang bukan tipe orang yang suka menahan diri. Dia selalu menggunakan kekuatan untuk menyelesaikan masalah. Melihat ini, Sandra segera menarik lengan Baskara sambil berujar, "Sudahlah, jangan diperpanjang."

Sandra tidak ingin Baskara benar-benar menyerang Agus. Sebab, dia tahu bahwa kekuatan di balik Agus tidak bisa dianggap remeh. Jika hanya memukul para pengawal, itu masih bisa diselesaikan. Namun kalau Agus yang terluka, masalahnya pasti akan menjadi jauh lebih rumit.

Baskara menatap Sandra sekilas, lalu berbalik dan segera melayangkan tendangan keras ke arah Agus. Pria itu terlempar jauh hingga meluncur lebih dari 10 meter di lantai mal.

Kemudian, Baskara berujar dengan nada dingin, "Mulai sekarang, jauh-jauh dariku. Kalau nggak, aku akan memukulmu setiap kali kita bertemu."

Setelah mengatakan itu, Baskara menarik Sandra yang masih terkejut dan mengajaknya ke lantai atas. Dia mencium aroma makanan dan merasa waktunya tepat untuk makan.

Sementara itu, Agus terbaring di lantai. Seluruh tubuhnya bergetar karena rasa sakit. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang dengan ekspresi penuh dendam.

Begitu panggilan tersambung, terdengar suara pria dengan nada lembut dan sedikit menyeramkan di seberang sana. "Pak Agus, kenapa kamu bisa ingat denganku? Apa kamu butuh bantuan?"

Agus menjawab dengan nada dingin, "Kak Igor, aku mau kamu menangani seseorang untukku."

"Bayaranku mahal banget lho," jawab Igor sambil tersenyum.

"Aku akan bayar 1 miliar ... nggak, 2 miliar deh. Orang itu cukup hebat, tapi aku nggak minta banyak. Cukup patahkan saja kaki dan tangannya," ujar Agus penuh kebencian.

"Lokasinya di mana?" tanya Igor.

Agus membalas, "Mal Elite."

Sementara itu di lantai atas, Baskara dan Sandra sedang menikmati hidangan hotpot. Pipi Sandra memerah, entah karena rasa malu atas kejadian tadi atau karena pedasnya makanan.

Tiba-tiba, sudut bibir Baskara melengkung dan membentuk senyum. Hal itu membuat ekspresinya terlihat penuh misteri dan sedikit mengejek.

Melihat ini, Sandra merasa heran sehingga bertanya, "Kenapa kamu tersenyum? Apa ada sesuatu yang salah denganku?"

Baskara menggeleng, lalu menjawab dengan santai, "Aku baru saja mendengar sesuatu yang lucu. Sebentar lagi, kita akan lihat pertunjukan yang menarik."

Sandra sangat kebingungan. Sayangnya, Baskara tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia pun tidak bertanya lagi.

Beberapa saat kemudian, Sandra terlihat ragu-ragu. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi menahannya. Setelah beberapa waktu, akhirnya dia memberanikan diri untuk berbicara,.

Sandra menatap Baskara sambil berucap dengan serius, "Baskara, aku punya satu permintaan. Aku harap kamu bisa menyetujuinya."

Mendengar itu, Baskara mengarahkan pandangannya kepadanya dan menunggu kelanjutan kata-kata Sandra.

Sandra melanjutkan dengan suara lembut tetapi penuh harap, "Apa yang terjadi hari ini, tolong jangan ceritakan pada Jelita. Rasanya nggak enak kalau dia tahu. Gimana kalau kita berpura-pura nggak terjadi apa-apa?"

Tanpa ragu sedikit pun, Baskara langsung menggeleng dan menolaknya, "Nggak bisa."

"Kenapa?" tanya Sandra dengan bingung.

Baskara menjawab dengan serius, "Kamu adalah wanitaku. Sudah seharusnya kamu punya status yang jelas."

Sandra kebingungan harus bereaksi seperti apa. Dia segera bertanya, "Bukannya tadi itu cuma akting untuk mengelabui Agus?"

"Bukan," jawab Baskara dengan nada mantap. Dia menambahkan, "Aku sudah menciummu. Mulai sekarang, kamu adalah wanitaku. Lagian kalau kamu bukan wanitaku, nggak akan ada yang berani mendekatimu juga."

"Kenapa?" tanya Sandra yang makin bingung.

"Siapa pun yang coba merebut wanitaku, akan kurenggut nyawanya," jawab Baskara dengan tegas.

Sandra terdiam dengan ekspresi bingung. Setelah beberapa saat, dia berujar, "Tapi, kamu sudah punya Jelita."

Baskara tersenyum, lalu membalas dengan santai, "Aku ini pria yang tradisional."

Tradisional? Apakah maksud Baskara adalah dia ingin mempunyai banyak istri? Bisa-bisanya Baskara menggambarkan sifat hidung belang dengan begitu elegan dan penuh percaya diri. Dia memang luar biasa.

"Apa kamu punya uang? Kalau mau punya banyak istri, apa kamu bisa menanggung semuanya?" ledek Sandra. Di sisi lain, Baskara terdiam sejenak. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Hahaha!" Melihat Baskara terjebak, Sandra pun tertawa lepas. Baginya, tingkah pria ini benar-benar lucu dan menghibur.

Baskara segera kembali ke dirinya yang percaya diri, lalu membalas, "Uang adalah hal yang paling gampang didapatkan."

Sandra menimpali, "Oh ya?" Dia tahu dengan sangat jelas bahwa saat ini Baskara tidak punya uang sepeser pun.

Di tengah obrolan mereka, seorang pria tua tiba-tiba mendekat. Dia berujar dengan ekspresi penuh semangat, "Master, ternyata benaran kamu! Dari tadi, aku merasa wajahmu sangat familier."

Baskara menatap pria tua itu sejenak, lalu segera mengingatnya. Dia adalah kakek yang pagi tadi ingin mengirim cucunya ke Thaigan.

Di sisi lain, Sandra terkejut melihat pria tua itu. Dia buru-buru memberi salam, "Pak Karno."

Karno adalah Ketua Asosiasi Seni Lukis Kota Mentari dan seorang maestro seni rupa terkenal di seluruh negeri. Yang membuat Sandra makin heran adalah Karno justru menyapa Baskara dengan hormat. Bahkan, dia memanggil pria itu dengan sebutan master.

Karno hanya mengangguk kepada Sandra sebagai balasan, lalu kembali menatap Baskara dengan penuh semangat. Dia bertanya, "Master, apa kamu punya waktu? Aku mau beli lukisanmu."

Sandra sontak tertegun. Bagaimana mungkin seorang maestro seni terkenal seperti Karno ingin membeli lukisan dari orang biasa seperti Baskara?

Tanpa berpikir panjang, Baskara langsung menolak, "Maaf, aku nggak tertarik."

Baskara melukis hanya demi memakan kawanan bangau itu. Tadi, dia melukis pun hanya supaya tidak malu di depan tunangannya. Dia benar-benar merasa tidak ada gunanya melukis untuk Karno. Apalagi Karno sudah bilang, dia tidak punya cucu perempuan yang cantik.

Mendengar penolakan itu, Karno segera menimpali dengan panik, "Master, aku bersedia bayar 200 miliar. Mungkin jumlah ini nggak berarti bagimu, tapi itu adalah batas kemampuanku. Aku ini penggemar beratmu. Tolong kabulkan permintaanku ya?"

"200 miliar?" Mata Sandra membelalak lebar. Dia tidak percaya bahwa satu lukisan Baskara bisa dihargai semahal itu. Apalagi, sikap Karno terkesan seolah-olah dialah yang mendapat keuntungan.

Awalnya, Baskara tetap tidak ingin setuju. Hanya saja, dia tiba-tiba berubah pikiran setelah melihat ekspresi terkejut Sandra. Barusan, wanita ini meragukan kemampuannya untuk menafkahi banyak istri. Kini adalah saat yang tepat untuk membuktikan diri.

Setelah berpikir sejenak, Baskara berucap, "Oke, aku setuju. Besok pagi, datanglah ke rumah Keluarga Biani untuk ambil lukisan."

"Benarkah?" tanya Karno. Dia terlihat sangat gembira, bahkan nyaris tak percaya. Melihat anggukan Baskara, dia langsung menambahkan dengan gembira, "Makasih, Master. Makasih banyak."

Karno segera mengeluarkan buku cek dari tasnya, lalu menulis sejumlah nominal dan menyerahkannya kepada Baskara. Dia berucap dengan penuh hormat, "Ini cek senilai 200 miliar. Kamu bisa mencairkannya kapan pun di bank."

Baskara menerima cek itu, lalu tanpa ragu menyerahkannya kepada Sandra sambil berujar, "Ini, ambillah."

Sandra terpana dan tidak segera menerima cek itu. Itu adalah uang 200 miliar. Apa maksud Baskara dengan memberikan itu kepadanya?

Baskara pun menjelaskan, "Ini untukmu. Alasan aku setuju melukis untuk orang ini adalah demi membuktikan bahwa menghasilkan uang adalah hal paling gampang di dunia. Kalaupun punya banyak istri, aku tetap bisa menafkahi kalian semua."

Mendengar itu, pandangan Sandra terhadap Baskara menjadi sedikit berbeda. Pria ini memang memiliki sesuatu yang istimewa. Bahkan, Agus yang sangat kaya tidak akan memberikan uang 200 miliar begitu saja.

Melihat Sandra masih ragu untuk mengambil cek itu, Baskara berujar dengan nada tidak sabar, "Kalau kamu nggak ambil, aku akan merobeknya."

Melihat Baskara benar-benar akan merobek cek itu, Sandra buru-buru menerimanya. Kemudian, dia memutar mata ke arah Baskara sambil menyimpan cek itu dengan hati-hati di dalam tas kecil.

Pada saat itu, Baskara menoleh ke Karno sembari bertanya, "Kenapa kamu di sini?"

Mendengar pertanyaan itu, Karno hanya bisa tersenyum pahit dan segera pamit dengan hormat sebelum pergi.

Related chapters

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 11

    Sandra bertanya dengan penasaran, "Harga lukisanmu semahal itu?""Mungkin saja," balas Baskara sambil mengangguk. Dia kelihatannya tidak terlalu peduli.Melihat sikap Baskara yang malas untuk menjelaskan, Sandra tidak bertanya lebih lanjut. Namun, pikirannya masih tertuju pada cek senilai 200 miliar yang ada di dalam tas kecilnya. Perasaan penasaran terhadap Baskara menjadi makin besar.Pria seperti apa sebenarnya Baskara ini? Dia memiliki kemampuan medis yang luar biasa, bakat melukis yang tidak kalah hebat, dan tadi sudah terbukti memiliki kekuatan fisik yang mengesankan.Dua anak buah Agus bahkan terlempar begitu saja karena tamparannya. Dia benar-benar pria yang penuh misteri.Sandra memandang Baskara dengan penuh perhatian. Makin mengamatinya, makin sulit baginya untuk memahami pria itu. Rasanya seolah-olah ada lapisan kabut tebal yang tidak pernah bisa ditembus.Setelah selesai makan, Sandra berniat untuk membayar tagihan. Namun, petugas kasir malah mengatakan bahwa semua sudah l

    Last Updated : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 12

    Agus dan dua pengawalnya dihajar habis-habisan oleh anak buah Igor. Mereka sempat mencoba melawan, tetapi itu hanya membuat pukulan yang mereka terima makin brutal.Melihat adegan tersebut, Sandra merasa tidak nyaman dan mengingatkan Ivana, "Bibi, anakmu memukul orang lagi."Ivana yang dikenal ramah dan penuh rasa terima kasih itu, sebenarnya tidak suka melihat anaknya memukul orang. Namun, kali ini dia hanya menjawab, "Nggak apa-apa, yang dipukuli itu orang jahat. Itu juga termasuk perbuatan baik."Jelas sekali dalam pandangan Ivana, Agus dan anak buahnya sudah masuk kategori "orang jahat". Logika Ivana sangat sederhana. Baskara adalah orang baik, jadi musuh Baskara pasti adalah orang jahat.Sementara itu, anaknya tidak boleh memukul orang baik. Hanya saja, tidak masalah jika dia memukul orang jahat.Tidak lama kemudian, Igor kembali setelah memberikan pelajaran kepada Agus. Sementara itu, Agus dan kedua pengawalnya tergeletak di jalan sambil mengerang kesakitan.Sebenarnya, Igor tida

    Last Updated : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 13

    Saat keduanya kembali ke rumah, Sandra terlihat sangat ceria. Melihat ekspresi bahagia seperti itu, Jelita merasa sangat terkejut. Jelas ada sesuatu yang membuatnya sangat senang."Kak Sandra, apa yang terjadi? Kenapa kamu kelihatan bahagia sekali?" tanya Jelita dengan penasaran.Sandra mengeluarkan selembar cek dari tasnya, lalu berujar, "Lihat ini!"Nominal 200 miliar membuat Jelita terkejut. Bahkan, matanya sampai membelalak. Dia sontak bertanya, "Apa kamu menjual dirimu? Nggak mungkin. Kalaupun kamu menjual diri, nggak mungkin dihargai sebanyak ini!"Sandra mengetuk kepala Jelita perlahan. Tindakannya membuat Jelita langsung meringis dan berjongkok sambil memegangi kepalanya.Sandra memberi tahu, "Kamu ini selalu ngawur! Mana mungkin aku jual diriku demi uang? Cek ini dikasih sama Baskara."Jelita melirik ke arah Baskara dengan tatapan penuh keraguan. Ini bukan kenyataan, 'kan? Perlu diketahui, kemarin Baskara bahkan tidak punya uang untuk makan. Bagaimana mungkin dia bisa punya ua

    Last Updated : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 14

    Pikiran Karno sangat sederhana. Apabila Master Lamting tidak tidur nyenyak dan memberikan lukisan yang asal-asalan, bukankah dia akan rugi besar?Keduanya mengobrol santai sambil menunggu. Tak lama kemudian, Sandra datang dengan membawa sebuah lukisan di tangannya. Dia terlihat sedikit linglung seolah-olah belum sepenuhnya kembali ke dunia nyata.Baru saja, Sandra menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Baskara melukis sebuah karya. Pengalaman itu membuatnya luar biasa terkejut. Tidak ada keraguan lagi, Baskara adalah Master Lamting. Di dunia ini, tidak ada pelukis lain yang bisa menandingi tingkat keahliannya.Bahkan pelukis yang dianggap sebagai nomor satu di dunia seni lukis saat ini pun, sebagian popularitasnya dihasilkan oleh tim pemasaran. Sementara itu, kemampuan Baskara jelas berada jauh di atas level mereka.Marten bertanya, "Sandra, apa Baskara sudah bangun?"Sandra membalas, "Dia sudah pergi. Tadi, dia pergi sama Jelita ke kampus. Sebelum pergi, dia menitipkan lukis

    Last Updated : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 15

    Leo tiba-tiba menghela napas panjang dan menunduk. Di sisi lain, Baskara bertanya sambil menatapnya, "Ada apa?""Seumur hidup ini, aku nggak mungkin bisa bikin dosen cantik seperti Bu Linda tertarik padaku," jawab Leo dengan ekspresi penuh kesedihan.Baskara meliriknya sebentar, lalu menepuk bahunya sambil berujar, "Jangan berpikir begitu."Mata Leo langsung berbinar penuh harapan. Dia bertanya dengan antusias, "Kak, menurutmu aku masih punya peluang?"Baskara membalas sambil menggeleng, "Maksudku, bahkan di kehidupan berikutnya pun dia nggak akan tertarik padamu." Leo langsung memutar matanya. Dia merasa seperti dihantam pukulan telak.Sementara itu, Jelita yang berada di sebelah mereka terlihat menahan tawa. Dalam hati, dia merasa Baskara benar-benar terlalu kejam dalam bercanda.Tiba-tiba, Linda berbicara dengan nada dingin, "Kalian lagi membicarakan apa? Kalau lucu, kenapa nggak dibagikan dengan Ibu?"Wajah Leo langsung pucat pasi. "Gawat, kena masalah."Sebagai dosen wanita paling

    Last Updated : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 16

    "Berhenti." Saat Baskara sedang memikirkan cara untuk mendapatkan uang, tiba-tiba terdengar suara seseorang.Saat berbalik, Baskara mendapati lima pria sedang mendekat. Pemimpin mereka sepertinya kurang sehat. Jalannya lemah dan lingkar matanya agak gelap. Dia menatap Baskara dengan ekspresi marah.Baskara pun menunjuk dirinya sendiri, lalu bertanya, "Kamu memanggilku?""Ya," jawab pria itu sambil mendekat. Dia memandang Baskara dari atas ke bawah dengan penuh rasa tidak hormat, lalu bertanya, "Kamu pacarnya Jelita?"Baskara membalas sambil menggeleng, "Bukan." Tentu saja dia bukan pacarnya. Dia adalah suaminya.Pria itu sedikit terkejut. Dia menoleh ke arah pria berkacamata di sebelahnya, lalu bertanya, "Bukannya kamu bilang dia pacarnya Jelita?"Pria berkacamata itu menjawab dengan nada sedikit tersinggung, "Aku dengar sendiri dia panggil Jelita dengan sebutan Sayang."Orang itu mengangguk, sepertinya yakin bahwa temannya tidak berbohong. Dia kembali menatap Baskara dengan dingin, la

    Last Updated : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 17

    Setelah makan sedikit, ekspresi Jelita terlihat agak khawatir."Kamu harus hati-hati. Kamu telah menyinggung Hamid. Dia nggak akan melepaskanmu begitu saja. Dia pasti akan mencari masalah denganmu nanti." Jelita memperingatkan Baskara. Kemudian, dia menambahkan, "Gimana kalau kamu kembalikan 10 miliar itu kepadanya?"Baskara menggeleng. "Kamu lupa ya? Aku pernah menghajar Agus."Hamid seharusnya lebih mudah ditangani. Karena Baskara sudah pernah menghajar Agus, itu artinya menyinggung Hamid bukan masalah besar untuknya.Agus adalah anak manja yang terkenal di seluruh kota kecil ini, sedangkan Hamid adalah pelajar yang kemampuannya terbatas. Baskara saja tidak takut pada Agus, kenapa dia harus takut pada Hamid?"Ya sudah, pokoknya kamu hati-hati saja. Lagi pula, masih ada Keluarga Biani. Nggak sembarangan orang berani menyentuh Keluarga Biani," kata Jelita dengan tegas. Jelas sekali, dia sangat melindungi Baskara."Sayang, kamu terlalu baik padaku. Aku sampai nggak tahu harus gimana bal

    Last Updated : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 18

    "Nggak usah berlebihan begitu, aku sangat patuh pada hukum." Baskara menepuk bahu Igor, lalu memuji, "Tapi, performamu kali ini cukup bagus, layak dipuji."Igor tertawa. "Jangan sungkan-sungkan padaku. Bisa melayanimu adalah kehormatan untukku."Jelita melirik Igor dengan aneh. Ekspresinya dipenuhi ketidakpercayaan. Ini Igor yang menguasai dunia hitam Kota Mentari? Kenapa malah bersikap begitu sopan di depan Baskara?Setelah melirik Hamid, Baskara berkata, "Sudah cukup, jangan sampai dia mati. Tempat ini sekolah. Pasti repot kalau ada korban jiwa."Igor mengangguk, memberi isyarat kepada kedua anak buahnya untuk berhenti.Saat ini, Hamid sudah babak belur. Dia terkapar di tanah dan mengejang. Anak buah Igor sangat kejam. Mana mungkin seorang anak muda seperti Hamid bisa menahannya. Dia sudah termasuk hebat karena tidak pingsan.Baskara memanggil Jelita untuk membawanya pergi. Tiba-tiba, Igor memanggil, "Pak, aku boleh minta nomor teleponmu nggak? Kamu telah menyelamatkan ibuku. Aku mau

    Last Updated : 2025-01-07

Latest chapter

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 50

    "Marten, kamu benar-benar mendapatkan seorang menantu yang luar biasa. Setelah ini, Keluarga Biani pasti akan mencapai puncak kejayaan," ucap Slamet dengan nada kagum."Haha. Itu karena putriku punya selera yang bagus," balas Marten sambil tertawa lebar. Wajahnya penuh rasa bangga.Marten tahu jelas bahwa putrinya menemukan Baskara di stasiun kereta api dan membawanya pulang. Siapa sangka, dia justru mendapatkan seorang pria sehebat ini.Dengan raut wajah penuh kekaguman, Slamet tiba-tiba berujar, "Sebenarnya, putriku juga suka melukis. Lukisan Baskara adalah yang terbaik di dunia. Apa dia bisa meluangkan waktu untuk mengajari putriku? Aku bersedia bayar kok."Marten melirik Slamet, lalu terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Nggak bisa. Jangan kira aku nggak tahu maksudmu. Kamu mau rebut menantuku ya? Kamu pikir aku ini bodoh?"Slamet tertawa sejenak, lalu membalas, "Marten, kamu memang sangat cerdas. Bahkan, maksud tersiratku saja bisa kamu tebak. Sudahlah, seorang pria sejati nggak akan

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 49

    Di kantor polisi kota kecil, Susan dipanggil oleh komandan. Komandan di sini adalah seorang pria berusia 30 tahunan dengan wajah yang tegas dan berwibawa. Begitu Susan masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi serius.Susan hanya melirik sekilas, lalu berujar dengan santai, "Kamu mau menakuti siapa sih? Pasang wajah begitu serius, kamu pikir aku akan takut padamu?"Komandan bernama Suwito itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebagai kakak Susan, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya ini."Gimana ceritanya kamu bisa mengenal orang Jopara itu? Kalau hari ini kamu nggak jelaskan semuanya, aku akan patahkan kakimu! Bahkan, orang Jopara itu sampai pakai namamu untuk menekanku. Benar-benar keterlaluan!" ucap Susan dengan kesal.Ternyata Suwito adalah kakak kandung Susan. Yuta coba menggunakan nama Suwito untuk mengancam Susan? Baginya, itu benar-benar lelucon.Suwito mengusap pelipisnya, lalu membalas sambil tersenyum pahit, "Aku memang pernah beberapa kali be

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 48

    Jelita dan Marten terlihat kaget. Hanya seperti ini? Mereka awalnya mengira Susan hanya menggunakan alasan tadi untuk bisa masuk ke rumah Keluarga Biani, lalu dia akan menangkap Baskara. Tidak disangka dia benar-benar hanya masuk untuk memuji Baskara, lalu pergi begitu saja.Baru setelah bayangan Susan benar-benar hilang, keduanya menoleh ke arah Baskara dengan penuh kebingungan. Jelas sekali mereka tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.Sebagai orang biasa yang tidak punya kaitan dengan dunia pesilat, wajar jika mereka tidak tahu apa-apa tentang aturan di dalamnya.Baskara pun menjelaskan sambil tersenyum, "Ada semacam aturan tak tertulis antara pesilat dan pemerintah. Selama pertarungan antara pesilat nggak melibatkan orang biasa, pemerintah nggak akan ikut campur. Apalagi yang kubunuh adalah pesilat asing."Mendengar itu, Jelita dan Marten sama-sama menunjukkan ekspresi paham. Wanita itu berujar, "Pantas saja kamu sama sekali nggak khawatir setelah bunuh Kenichi. Jadi, dia juga

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 47

    Marten memandang Susan dengan ragu. Dalam hatinya dia bertanya-tanya apakah wanita ini sedang coba mengelabuinya?Marten merasa sedikit bimbang. Selama Baskara tidak dibawa pergi, dia masih memiliki banyak cara untuk mengatasi situasi ini. Lagi pula, membunuh orang Jopara bukanlah masalah besar baginya.Namun jika Baskara benar-benar dibawa pergi, situasinya akan berada di luar kendalinya. Kekhawatiran terbesarnya adalah Susan mungkin saja sedang coba memperdayanya.Di tengah keraguannya, Jelita keluar dan memberitahunya, "Ayah, biarkan mereka masuk. Baskara yang bilang begitu."Susan melirik Jelita sekilas. Keterkejutan melintas di wajahnya. Wanita ini memiliki paras yang sangat cantik. Susan mengangguk pelan dan bersiap masuk ke dalam rumah Keluarga Biani bersama anak buahnya. Namun, Jelita kembali berujar, "Tunggu sebentar."Susan mengangkat alis. Dia berpikir bahwa Jelita mungkin berubah pikiran. Hanya saja, setelah itu dia menjelaskan, "Jangan salah paham. Baskara bilang cuma satu

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 46

    Hal ini berkaitan dengan sejarah keluarga Susan. Sejak tahun 1931, generasi kakek buyutnya ikut berperang melawan penjajah Jopara.Tujuh kakak laki-lakinya gugur di medan perang, sementara sepupu-sepupunya juga tewas semua selama masa perang melawan penjajah. Hanya kakek buyutnya yang selamat, itu pun karena usianya yang masih sangat kecil. Dia baru berusia beberapa tahun sehingga tidak ikut berperang.Namun ketika perang melawan koalisi delapan negara di Barat, kakek buyut Susan akhirnya gugur juga. Selanjutnya saat perang balasan melawan Montar, dari empat bersaudara di generasi kakeknya, hanya kakeknya yang bertahan hidup.Keluarga Susan adalah keluarga yang menorehkan kehormatan melalui darah dan pengorbanan. Mereka sangat membenci siapa pun yang berani bersikap arogan dan menantang di tanah air mereka. Kebencian terhadap bangsa Jopara dan sekutunya telah tertanam kuat dalam tulang sumsum Susan sejak kecil. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, dia memandang rendah bangsa-bangsa ter

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 45

    "Siapa yang membunuhnya?" tanya polisi wanita itu.Tidak ada seorang pun yang menjawab. Semua anggota klub seni bela diri membisu.Saat melihat ini, polisi wanita itu, Susan, tentu memahami apa yang terjadi. "Kalian nggak akan bisa melindunginya. Kami punya cara untuk menyelidikinya.""Dia cuma ingin melindungi kami," ucap seseorang.Susan meliriknya, lalu menyahut, "Aku tahu, tapi kami tetap harus tahu identitasnya. Banyak prosedur yang harus dijalankan."Begitu mendengarnya, semua orang menghela napas lega. Para anggota seni bela diri pun menatap Zoya.Zoya menggeleng dan berkata, "Kami nggak kenal dia."Susan tidak peduli. Sebaliknya, dia merasa sangat kagum pada para mahasiswa ini. Meskipun melindungi pembunuh, mereka melakukan ini karena setia kawan.Jika ada yang maju untuk mengungkapkan pembunuhnya, Susan justru akan merasa kesal karena menunjukkan bahwa mereka tidak setia kawan.Kemudian, Susan memanggil anggota klub karate untuk diinterogasi. Pada akhirnya, mereka mengetahui i

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 44

    "Aku akan resepkan obat. Mereka akan sembuh dalam seminggu," jelas Baskara.Setelah melihat kemampuan Baskara, mereka tentu tidak meragukan kemampuan medisnya. Sejak zaman dulu, ilmu bela diri dan ilmu medis tidak dapat dipisahkan. Pesilat kuat biasanya menguasai sedikit ilmu medis.Baskara meminta kertas dan pena, lalu menulis resep obat sekaligus menjelaskan beberapa yang perlu diperhatikan saat meminum obat tersebut.Zoya melirik sekilas. Dia pernah mempelajari pengobatan tradisional sedikit, jadi langsung paham setelah melihatnya. Baskara memang bisa diandalkan. Resep obat ini bisa digunakan dan sangat berkhasiat untuk cedera organ dalam mereka."Terima kasih. Namaku Zoya, aku teman baik Jelita. Salam kenal." Zoya mengulurkan tangannya.Baskara juga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Baskara berucap, "Namaku Baskara. Aku calon suami Jelita."Zoya tersenyum tipis dan berkata, "Kami sudah tahu itu."Seluruh kampus sudah tahu tentang Jelita yang berpacaran. Tidak ada seorang

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 43

    "Kamu sudah mengalahkan mereka, tapi itu bukan apa-apa. Salah mereka karena begitu nggak berguna," ucap Baskara dengan datar.Hal ini membuat wajah anggota klub seni bela diri Negara Monaga menjadi muram dalam sekejap. Mereka ingin menyangkal, tetapi tidak menemukan alasan yang tepat. Seratus orang tidak bisa melawan satu orang. Bukankah itu namanya tidak berguna?"Tapi, kamu nggak seharusnya bilang orang-orang Monaga itu lemah. Aku sangat nggak suka mendengarnya. Aku menghina Jopara dan kamu mau melumpuhkanku. Kalau kamu menghina Monaga, apa yang harus aku lakukan padamu?" tambah Baskara dengan nada yang makin dingin.Semua orang merasakan sedikit niat membunuh dari nada bicara Baskara. Mereka menyaksikan adegan yang terjadi di depan mereka dengan terkejut. Apakah Baskara mau membunuh Kenichi?"Dasar orang lemah. Aku nggak percaya kamu berani bunuh aku," kata Kenichi dengan susah payah.Baskara tersenyum tipis. Niat membunuhnya makin kuat."Baskara, jangan gegabah!" teriak Jelita.Kra

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 42

    Inilah seni bela diri Negara Monaga yang sesungguhnya. Serangannya harus mengenai titik vital seperti mata atau selangkangan. Begitu tepat sasaran, korbannya akan cacat atau mati. Kenichi juga terkejut. Dia yakin tidak akan terkena serangan, tetapi ini terlalu berbahaya. Jika serangannya berhasil, akibatnya akan fatal. Kenichi segera menghindar tanpa ragu-ragu. Kali ini, dia akhirnya melancarkan serangan. Dia menendang punggung Zoya dari samping.Baskara bisa merasakan ada sedikit energi samar yang mengalir di tubuh Kenichi. Tendangan seperti itu sama sekali tidak bisa ditahan oleh orang biasa.Zoya memang terlihat imut, tetapi dia sangat berpengalaman dalam bertarung. Dia memelesat ke depan dengan kencang dan berhasil menghindari serangan. Setelah itu, dia segera berbalik untuk menghadapi Kenichi.Namun, pada saat ini, Kenichi langsung melayangkan tendangan cambuk .Zoya mencoba menahan serangan itu dengan kedua tangannya. Sayangnya, tubuhnya ditendang hingga terhempas dan jatuh ke

DMCA.com Protection Status