Share

Bab 11

Penulis: Lufi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 13:55:38
Sandra bertanya dengan penasaran, "Harga lukisanmu semahal itu?"

"Mungkin saja," balas Baskara sambil mengangguk. Dia kelihatannya tidak terlalu peduli.

Melihat sikap Baskara yang malas untuk menjelaskan, Sandra tidak bertanya lebih lanjut. Namun, pikirannya masih tertuju pada cek senilai 200 miliar yang ada di dalam tas kecilnya. Perasaan penasaran terhadap Baskara menjadi makin besar.

Pria seperti apa sebenarnya Baskara ini? Dia memiliki kemampuan medis yang luar biasa, bakat melukis yang tidak kalah hebat, dan tadi sudah terbukti memiliki kekuatan fisik yang mengesankan.

Dua anak buah Agus bahkan terlempar begitu saja karena tamparannya. Dia benar-benar pria yang penuh misteri.

Sandra memandang Baskara dengan penuh perhatian. Makin mengamatinya, makin sulit baginya untuk memahami pria itu. Rasanya seolah-olah ada lapisan kabut tebal yang tidak pernah bisa ditembus.

Setelah selesai makan, Sandra berniat untuk membayar tagihan. Namun, petugas kasir malah mengatakan bahwa semua sudah lunas.

Sudah jelas, pasti Karno yang membayarnya. Mengingat dia rela mengeluarkan 200 miliar untuk sebuah lukisan, membayar beberapa ratus ribu untuk makanan tentu bukan masalah.

Ketika mereka keluar dari Mal Elite, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Jalanan mulai sepi. Kebanyakan orang sudah pulang ke rumah untuk beristirahat setelah seharian bekerja. Namun baru berjalan beberapa meter, Baskara dan Sandra tiba-tiba diadang oleh sekelompok orang.

Seorang pria paruh baya yang berusia sekitar 40 tahunan, berdiri di depan bersama sekitar 20 orang lainnya. Wajah mereka memancarkan niat buruk. Masing-masing dari mereka juga memegang senjata di tangan.

"Kalian mau apa?" tanya Sandra dengan nada dingin. Tatapannya penuh kewaspadaan.

Pria itu menyeringai, lalu memberi tahu, "Nona, ini nggak ada hubungannya denganmu. Anak muda di belakangmu sudah menyinggung orang yang salah. Seseorang membayarku 2 miliar untuk melumpuhkannya."

"Aku akan bayar 4 miliar. Pergilah sekarang juga," balas Sandra tegas.

Igor terkejut. Dia tidak menyangka bahwa wanita ini punya uang sebanyak itu. Hanya saja setelah beberapa saat, dia menolak sambil menggeleng. "Maaf, aku sudah janji pada orang lain. Aku nggak bisa melanggar kode etik dunia kami."

Sambil terkekeh, Igor menambahkan, "Tapi kalau kamu mau aku berubah pikiran, bukannya nggak mungkin. Tinggal tambah bayarannya."

Sandra berucap tanpa ragu, "Oke, 8 miliar."

Igor mulai tergoda. Uang 8 miliar jauh lebih besar daripada 2 miliar. Siapa pun tahu pilihan mana yang lebih baik. Terlebih lagi jika dia menerima 2 miliar dari Agus untuk melukai seseorang, itu bisa membawa masalah besar.

Sebaliknya, menerima 8 miliar hanya untuk mundur jauh lebih aman. Kode etik dunia? Apa artinya itu?

Sebelum Igor bisa menjawab, telepon di sakunya berdering. Dia segera mengangkatnya. Di ujung telepon, terdengar suara Agus. "Aku akan kasih kamu 10 miliar. Jangan ragu lagi. Cepat habisi pria itu!"

Setelah menutup telepon, Igor meminta maaf kepada Sandra sambil tersenyum, "Maaf, Nona. Sepertinya aku nggak bisa menerima tawaranmu."

Wajah Sandra terlihat sedikit pucat, tetapi dia tetap berujar dengan suara lantang, "Jangan macam-macam! Aku akan telepon polisi sekarang juga."

Mendengar ancaman itu, Igor hanya tertawa terbahak-bahak. Mereka adalah orang-orang yang berkecimpung di dunia hitam. Kalau takut polisi, mereka tidak mungkin menjalani hidup seperti ini.

Sekarang, ada bayaran 10 miliar dalam satu pekerjaan. Paling-paling, Igor akan mencari orang untuk menggantikannya dipenjara. Igor tidak mau membuang waktu lagi. Dengan suara tegas, dia memerintahkan, "Serang!"

Baskara segera melangkah maju dan berdiri di depan Sandra untuk melindunginya. Tatapannya sangat dingin dan penuh kesiapan.

Di antara orang-orang ini, hanya Igor yang sedikit berbakat. Sisanya? Bahkan, tidak pantas dianggap sebagai ancaman. Dibandingkan kemampuan Baskara, mereka hanyalah sekumpulan orang yang bahkan tidak layak disebut lawan.

"Anak Durhaka, berhenti sekarang juga!" Di tengah situasi yang tegang, terdengar suara seorang wanita tua yang cukup akrab bagi Baskara.

Ekspresi Igor langsung berubah drastis. Kegagahannya yang sebelumnya terlihat begitu mencolok tiba-tiba lenyap. Wajahnya kini penuh dengan senyuman yang memelas.

Seorang wanita tua dengan tubuh kurus berlari mendekat. Di tengah tatapan heran semua orang, dia langsung menampar wajah Igor tanpa ragu.

Gerakan wanita tua itu sebenarnya tidak cepat dan Igor sepenuhnya bisa menghindar. Namun, dia hanya berdiri di tempat dan tidak melakukan apa-apa.

Igor membiarkan tamparan itu mendarat di wajahnya. Tidak hanya itu, dia bahkan bertanya dengan nada penuh perhatian, "Bu, jangan terlalu keras. Jangan sampai tanganmu terluka."

Para anak buah Igor yang melihat pemandangan ini sontak terkejut. Mereka semua sudah mengenali siapa wanita tua itu. Dia adalah Ivana. Mereka tidak menyangka bisa bertemu dengannya di sini.

Baskara juga sama terkejutnya. Dia jelas mengenalinya. Wanita tua itu adalah orang yang dia selamatkan sebelumnya. Siapa sangka mereka akan bertemu lagi di sini secara kebetulan.

Ivana membawa sebuah karung plastik besar berisi botol dan kardus bekas. Dengan mata penuh amarah, dia menatap Igor sambil memarahi dengan lantang, "Dasar bajingan! Kamu beraninya coba melukai penyelamat hidupku? Kamu mau bikin aku mati kesal ya?"

"Penyelamat hidup?" Igor terlihat bingung. Dia sama sekali tidak mengetahui apa yang telah terjadi sebelumnya.

Ivana memarahinya dengan geram, "Hari ini, aku hampir mati karena penyakitku kambuh. Anak muda ini yang menyelamatkanku. Dia bahkan kasih aku uang 40 juta. Sekarang, kamu malah ingin melukainya? Kalau tahu kamu akan begini, seharusnya aku nggak pernah melahirkanmu!"

Ternyata, Igor adalah anaknya Ivana. Dia langsung panik dan bertanya dengan gugup, "Bu, kenapa nggak kasih tahu aku soal masalah ini?"

Ivana mendengus sebelum membalas. "Kamu cuma sibuk menyerang orang. Mana mungkin aku berani mengganggumu?"

Mendengar itu, Igor hanya bisa tersenyum pahit. Dia tidak mampu membalas apa pun atas keluhan ibunya.

Kemudian, Ivana menoleh ke arah Baskara. Dia berbicara dengan nada penuh ketegasan, "Pak, jangan khawatir. Selama aku di sini, dia nggak akan berani menyentuhmu. Kalau dia berani melukaimu, aku akan mati-matian melawannya!"

Sandra yang melihat itu akhirnya bisa bernapas lega. Pandangannya terhadap Baskara juga berubah. Ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya.

Pria ini benar-benar berhati mulia. Dia tidak hanya menyelamatkan seseorang, tetapi juga memberikan uang dalam jumlah besar. Tidak banyak orang yang bersedia melakukan hal seperti itu. Sandra merasa kesannya terhadap Baskara sudah makin baik.

Di sisi lain, Baskara tersenyum. Meski nenek itu terlihat seolah-olah melindunginya, pada kenyataannya dia sebenarnya sedang melindungi anaknya sendiri. Jika mau, Baskara bisa dengan mudah melumpuhkan semua orang di sana tanpa perlu bergerak sedikit pun.

Igor berkata dengan marah, "Bu, aku benaran nggak tahu! Ini bukan salahku! Semua ini salah Agus!"

Kalaupun ibunya tidak muncul, apabila tahu bahwa Baskara adalah penyelamat ibunya, Igor pasti tidak akan berani menyerangnya.

Setelah itu, Igor memberi tahu Baskara, "Pak, tunggu sebentar. Aku akan kasih pelajaran ke Agus, lalu mentraktirmu makan sebagai permintaan maaf. Kamu sudah menyelamatkan ibuku, berarti kamu juga menyelamatkan hidupku. Kalau ke depannya ada apa-apa, katakan saja. Aku pasti akan bantu."

Ivana berujar dengan nada puas, "Akhirnya ucapanmu masuk akal juga!"

Meski Ivana sering kecewa dengan kelakuan anaknya yang suka melakukan hal-hal buruk, tidak bisa dipungkiri bahwa anaknya sangat berbakti kepadanya.

Igor segera membawa anak buahnya untuk mendekati Agus. Melihat itu, wajah Agus langsung berubah pucat. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ketika melihat wajah marah Igor, dia bisa menebak bahwa situasinya cukup buruk untuknya.

Tanpa berpikir panjang, Agus berbalik dan coba melarikan diri. Namun, dia sedikit terlambat. Dalam waktu singkat, dia sudah dikepung oleh Igor dan anak buahnya. Kini, Agus dan dua pengawalnya terlihat sangat ketakutan. Wajah mereka juga pucat pasi.

"Kak Igor, apa maksudmu?" tanya Agus dengan gugup.

Igor membalas dengan dingin, "Sialan! Kamu hampir membuatku melukai penyelamat ibuku dan membuatku jadi anak durhaka. Mana mungkin aku memaafkanmu? Semuanya, kasih dia pelajaran!"

"Jangan! Aku akan membayarmu! Jangan begini! Aku akan kasih kamu 10 miliar!" mohon Agus.

Sayangnya tanpa ragu sedikit pun, Igor langsung memberi perintah, "Hajar dia!"  Meski menyukai uang, ada uang yang Igor anggap tidak pantas untuk diterima.

Bab terkait

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 12

    Agus dan dua pengawalnya dihajar habis-habisan oleh anak buah Igor. Mereka sempat mencoba melawan, tetapi itu hanya membuat pukulan yang mereka terima makin brutal.Melihat adegan tersebut, Sandra merasa tidak nyaman dan mengingatkan Ivana, "Bibi, anakmu memukul orang lagi."Ivana yang dikenal ramah dan penuh rasa terima kasih itu, sebenarnya tidak suka melihat anaknya memukul orang. Namun, kali ini dia hanya menjawab, "Nggak apa-apa, yang dipukuli itu orang jahat. Itu juga termasuk perbuatan baik."Jelas sekali dalam pandangan Ivana, Agus dan anak buahnya sudah masuk kategori "orang jahat". Logika Ivana sangat sederhana. Baskara adalah orang baik, jadi musuh Baskara pasti adalah orang jahat.Sementara itu, anaknya tidak boleh memukul orang baik. Hanya saja, tidak masalah jika dia memukul orang jahat.Tidak lama kemudian, Igor kembali setelah memberikan pelajaran kepada Agus. Sementara itu, Agus dan kedua pengawalnya tergeletak di jalan sambil mengerang kesakitan.Sebenarnya, Igor tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 13

    Saat keduanya kembali ke rumah, Sandra terlihat sangat ceria. Melihat ekspresi bahagia seperti itu, Jelita merasa sangat terkejut. Jelas ada sesuatu yang membuatnya sangat senang."Kak Sandra, apa yang terjadi? Kenapa kamu kelihatan bahagia sekali?" tanya Jelita dengan penasaran.Sandra mengeluarkan selembar cek dari tasnya, lalu berujar, "Lihat ini!"Nominal 200 miliar membuat Jelita terkejut. Bahkan, matanya sampai membelalak. Dia sontak bertanya, "Apa kamu menjual dirimu? Nggak mungkin. Kalaupun kamu menjual diri, nggak mungkin dihargai sebanyak ini!"Sandra mengetuk kepala Jelita perlahan. Tindakannya membuat Jelita langsung meringis dan berjongkok sambil memegangi kepalanya.Sandra memberi tahu, "Kamu ini selalu ngawur! Mana mungkin aku jual diriku demi uang? Cek ini dikasih sama Baskara."Jelita melirik ke arah Baskara dengan tatapan penuh keraguan. Ini bukan kenyataan, 'kan? Perlu diketahui, kemarin Baskara bahkan tidak punya uang untuk makan. Bagaimana mungkin dia bisa punya ua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 14

    Pikiran Karno sangat sederhana. Apabila Master Lamting tidak tidur nyenyak dan memberikan lukisan yang asal-asalan, bukankah dia akan rugi besar?Keduanya mengobrol santai sambil menunggu. Tak lama kemudian, Sandra datang dengan membawa sebuah lukisan di tangannya. Dia terlihat sedikit linglung seolah-olah belum sepenuhnya kembali ke dunia nyata.Baru saja, Sandra menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Baskara melukis sebuah karya. Pengalaman itu membuatnya luar biasa terkejut. Tidak ada keraguan lagi, Baskara adalah Master Lamting. Di dunia ini, tidak ada pelukis lain yang bisa menandingi tingkat keahliannya.Bahkan pelukis yang dianggap sebagai nomor satu di dunia seni lukis saat ini pun, sebagian popularitasnya dihasilkan oleh tim pemasaran. Sementara itu, kemampuan Baskara jelas berada jauh di atas level mereka.Marten bertanya, "Sandra, apa Baskara sudah bangun?"Sandra membalas, "Dia sudah pergi. Tadi, dia pergi sama Jelita ke kampus. Sebelum pergi, dia menitipkan lukis

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 15

    Leo tiba-tiba menghela napas panjang dan menunduk. Di sisi lain, Baskara bertanya sambil menatapnya, "Ada apa?""Seumur hidup ini, aku nggak mungkin bisa bikin dosen cantik seperti Bu Linda tertarik padaku," jawab Leo dengan ekspresi penuh kesedihan.Baskara meliriknya sebentar, lalu menepuk bahunya sambil berujar, "Jangan berpikir begitu."Mata Leo langsung berbinar penuh harapan. Dia bertanya dengan antusias, "Kak, menurutmu aku masih punya peluang?"Baskara membalas sambil menggeleng, "Maksudku, bahkan di kehidupan berikutnya pun dia nggak akan tertarik padamu." Leo langsung memutar matanya. Dia merasa seperti dihantam pukulan telak.Sementara itu, Jelita yang berada di sebelah mereka terlihat menahan tawa. Dalam hati, dia merasa Baskara benar-benar terlalu kejam dalam bercanda.Tiba-tiba, Linda berbicara dengan nada dingin, "Kalian lagi membicarakan apa? Kalau lucu, kenapa nggak dibagikan dengan Ibu?"Wajah Leo langsung pucat pasi. "Gawat, kena masalah."Sebagai dosen wanita paling

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 16

    "Berhenti." Saat Baskara sedang memikirkan cara untuk mendapatkan uang, tiba-tiba terdengar suara seseorang.Saat berbalik, Baskara mendapati lima pria sedang mendekat. Pemimpin mereka sepertinya kurang sehat. Jalannya lemah dan lingkar matanya agak gelap. Dia menatap Baskara dengan ekspresi marah.Baskara pun menunjuk dirinya sendiri, lalu bertanya, "Kamu memanggilku?""Ya," jawab pria itu sambil mendekat. Dia memandang Baskara dari atas ke bawah dengan penuh rasa tidak hormat, lalu bertanya, "Kamu pacarnya Jelita?"Baskara membalas sambil menggeleng, "Bukan." Tentu saja dia bukan pacarnya. Dia adalah suaminya.Pria itu sedikit terkejut. Dia menoleh ke arah pria berkacamata di sebelahnya, lalu bertanya, "Bukannya kamu bilang dia pacarnya Jelita?"Pria berkacamata itu menjawab dengan nada sedikit tersinggung, "Aku dengar sendiri dia panggil Jelita dengan sebutan Sayang."Orang itu mengangguk, sepertinya yakin bahwa temannya tidak berbohong. Dia kembali menatap Baskara dengan dingin, la

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 17

    Setelah makan sedikit, ekspresi Jelita terlihat agak khawatir."Kamu harus hati-hati. Kamu telah menyinggung Hamid. Dia nggak akan melepaskanmu begitu saja. Dia pasti akan mencari masalah denganmu nanti." Jelita memperingatkan Baskara. Kemudian, dia menambahkan, "Gimana kalau kamu kembalikan 10 miliar itu kepadanya?"Baskara menggeleng. "Kamu lupa ya? Aku pernah menghajar Agus."Hamid seharusnya lebih mudah ditangani. Karena Baskara sudah pernah menghajar Agus, itu artinya menyinggung Hamid bukan masalah besar untuknya.Agus adalah anak manja yang terkenal di seluruh kota kecil ini, sedangkan Hamid adalah pelajar yang kemampuannya terbatas. Baskara saja tidak takut pada Agus, kenapa dia harus takut pada Hamid?"Ya sudah, pokoknya kamu hati-hati saja. Lagi pula, masih ada Keluarga Biani. Nggak sembarangan orang berani menyentuh Keluarga Biani," kata Jelita dengan tegas. Jelas sekali, dia sangat melindungi Baskara."Sayang, kamu terlalu baik padaku. Aku sampai nggak tahu harus gimana bal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 18

    "Nggak usah berlebihan begitu, aku sangat patuh pada hukum." Baskara menepuk bahu Igor, lalu memuji, "Tapi, performamu kali ini cukup bagus, layak dipuji."Igor tertawa. "Jangan sungkan-sungkan padaku. Bisa melayanimu adalah kehormatan untukku."Jelita melirik Igor dengan aneh. Ekspresinya dipenuhi ketidakpercayaan. Ini Igor yang menguasai dunia hitam Kota Mentari? Kenapa malah bersikap begitu sopan di depan Baskara?Setelah melirik Hamid, Baskara berkata, "Sudah cukup, jangan sampai dia mati. Tempat ini sekolah. Pasti repot kalau ada korban jiwa."Igor mengangguk, memberi isyarat kepada kedua anak buahnya untuk berhenti.Saat ini, Hamid sudah babak belur. Dia terkapar di tanah dan mengejang. Anak buah Igor sangat kejam. Mana mungkin seorang anak muda seperti Hamid bisa menahannya. Dia sudah termasuk hebat karena tidak pingsan.Baskara memanggil Jelita untuk membawanya pergi. Tiba-tiba, Igor memanggil, "Pak, aku boleh minta nomor teleponmu nggak? Kamu telah menyelamatkan ibuku. Aku mau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 19

    Jelita mendengar percakapan mereka dan tahu Zaskia tidak ingin orang lain tahu."Kamu baik sekali. Mulai sekarang, kamu istri pertamaku.""Kenapa begitu?""Karena kamu sangat baik." Baskara tersenyum.Jelita terpingkal-pingkal, memahami maksud Baskara. Namun, Jelita tahu dirinya bukan tidak cemburu karena punya hati yang baik.Masalahnya adalah meskipun Jelita dan Baskara punya perjanjian nikah, mereka baru kenal. Sekalipun Baskara bersama wanita lain, dia akan sulit untuk merasa cemburu.Jelita lebih merasa bersyukur kepada Baskara. Mengenai rasa suka, rasa suka itu belum terlalu kuat."Cepat pulang ya," ujar Jelita setelah tiba.Kemudian, Jelita khawatir Baskara salah paham sehingga buru-buru menambahkan, "Aku nggak punya maksud lain. Kamu juga bisa menginap di luar kalau mau.""Aku bukan pria sembarangan," ucap Baskara dengan serius.Jelita terdiam dan tidak berbicara lagi. Dia menginjak pedal gas, lalu meninggalkan tempat itu.Bar Zuma buka hampir sepanjang hari, kecuali saat bersi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 50

    "Marten, kamu benar-benar mendapatkan seorang menantu yang luar biasa. Setelah ini, Keluarga Biani pasti akan mencapai puncak kejayaan," ucap Slamet dengan nada kagum."Haha. Itu karena putriku punya selera yang bagus," balas Marten sambil tertawa lebar. Wajahnya penuh rasa bangga.Marten tahu jelas bahwa putrinya menemukan Baskara di stasiun kereta api dan membawanya pulang. Siapa sangka, dia justru mendapatkan seorang pria sehebat ini.Dengan raut wajah penuh kekaguman, Slamet tiba-tiba berujar, "Sebenarnya, putriku juga suka melukis. Lukisan Baskara adalah yang terbaik di dunia. Apa dia bisa meluangkan waktu untuk mengajari putriku? Aku bersedia bayar kok."Marten melirik Slamet, lalu terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Nggak bisa. Jangan kira aku nggak tahu maksudmu. Kamu mau rebut menantuku ya? Kamu pikir aku ini bodoh?"Slamet tertawa sejenak, lalu membalas, "Marten, kamu memang sangat cerdas. Bahkan, maksud tersiratku saja bisa kamu tebak. Sudahlah, seorang pria sejati nggak akan

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 49

    Di kantor polisi kota kecil, Susan dipanggil oleh komandan. Komandan di sini adalah seorang pria berusia 30 tahunan dengan wajah yang tegas dan berwibawa. Begitu Susan masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi serius.Susan hanya melirik sekilas, lalu berujar dengan santai, "Kamu mau menakuti siapa sih? Pasang wajah begitu serius, kamu pikir aku akan takut padamu?"Komandan bernama Suwito itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebagai kakak Susan, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya ini."Gimana ceritanya kamu bisa mengenal orang Jopara itu? Kalau hari ini kamu nggak jelaskan semuanya, aku akan patahkan kakimu! Bahkan, orang Jopara itu sampai pakai namamu untuk menekanku. Benar-benar keterlaluan!" ucap Susan dengan kesal.Ternyata Suwito adalah kakak kandung Susan. Yuta coba menggunakan nama Suwito untuk mengancam Susan? Baginya, itu benar-benar lelucon.Suwito mengusap pelipisnya, lalu membalas sambil tersenyum pahit, "Aku memang pernah beberapa kali be

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 48

    Jelita dan Marten terlihat kaget. Hanya seperti ini? Mereka awalnya mengira Susan hanya menggunakan alasan tadi untuk bisa masuk ke rumah Keluarga Biani, lalu dia akan menangkap Baskara. Tidak disangka dia benar-benar hanya masuk untuk memuji Baskara, lalu pergi begitu saja.Baru setelah bayangan Susan benar-benar hilang, keduanya menoleh ke arah Baskara dengan penuh kebingungan. Jelas sekali mereka tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.Sebagai orang biasa yang tidak punya kaitan dengan dunia pesilat, wajar jika mereka tidak tahu apa-apa tentang aturan di dalamnya.Baskara pun menjelaskan sambil tersenyum, "Ada semacam aturan tak tertulis antara pesilat dan pemerintah. Selama pertarungan antara pesilat nggak melibatkan orang biasa, pemerintah nggak akan ikut campur. Apalagi yang kubunuh adalah pesilat asing."Mendengar itu, Jelita dan Marten sama-sama menunjukkan ekspresi paham. Wanita itu berujar, "Pantas saja kamu sama sekali nggak khawatir setelah bunuh Kenichi. Jadi, dia juga

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 47

    Marten memandang Susan dengan ragu. Dalam hatinya dia bertanya-tanya apakah wanita ini sedang coba mengelabuinya?Marten merasa sedikit bimbang. Selama Baskara tidak dibawa pergi, dia masih memiliki banyak cara untuk mengatasi situasi ini. Lagi pula, membunuh orang Jopara bukanlah masalah besar baginya.Namun jika Baskara benar-benar dibawa pergi, situasinya akan berada di luar kendalinya. Kekhawatiran terbesarnya adalah Susan mungkin saja sedang coba memperdayanya.Di tengah keraguannya, Jelita keluar dan memberitahunya, "Ayah, biarkan mereka masuk. Baskara yang bilang begitu."Susan melirik Jelita sekilas. Keterkejutan melintas di wajahnya. Wanita ini memiliki paras yang sangat cantik. Susan mengangguk pelan dan bersiap masuk ke dalam rumah Keluarga Biani bersama anak buahnya. Namun, Jelita kembali berujar, "Tunggu sebentar."Susan mengangkat alis. Dia berpikir bahwa Jelita mungkin berubah pikiran. Hanya saja, setelah itu dia menjelaskan, "Jangan salah paham. Baskara bilang cuma satu

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 46

    Hal ini berkaitan dengan sejarah keluarga Susan. Sejak tahun 1931, generasi kakek buyutnya ikut berperang melawan penjajah Jopara.Tujuh kakak laki-lakinya gugur di medan perang, sementara sepupu-sepupunya juga tewas semua selama masa perang melawan penjajah. Hanya kakek buyutnya yang selamat, itu pun karena usianya yang masih sangat kecil. Dia baru berusia beberapa tahun sehingga tidak ikut berperang.Namun ketika perang melawan koalisi delapan negara di Barat, kakek buyut Susan akhirnya gugur juga. Selanjutnya saat perang balasan melawan Montar, dari empat bersaudara di generasi kakeknya, hanya kakeknya yang bertahan hidup.Keluarga Susan adalah keluarga yang menorehkan kehormatan melalui darah dan pengorbanan. Mereka sangat membenci siapa pun yang berani bersikap arogan dan menantang di tanah air mereka. Kebencian terhadap bangsa Jopara dan sekutunya telah tertanam kuat dalam tulang sumsum Susan sejak kecil. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, dia memandang rendah bangsa-bangsa ter

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 45

    "Siapa yang membunuhnya?" tanya polisi wanita itu.Tidak ada seorang pun yang menjawab. Semua anggota klub seni bela diri membisu.Saat melihat ini, polisi wanita itu, Susan, tentu memahami apa yang terjadi. "Kalian nggak akan bisa melindunginya. Kami punya cara untuk menyelidikinya.""Dia cuma ingin melindungi kami," ucap seseorang.Susan meliriknya, lalu menyahut, "Aku tahu, tapi kami tetap harus tahu identitasnya. Banyak prosedur yang harus dijalankan."Begitu mendengarnya, semua orang menghela napas lega. Para anggota seni bela diri pun menatap Zoya.Zoya menggeleng dan berkata, "Kami nggak kenal dia."Susan tidak peduli. Sebaliknya, dia merasa sangat kagum pada para mahasiswa ini. Meskipun melindungi pembunuh, mereka melakukan ini karena setia kawan.Jika ada yang maju untuk mengungkapkan pembunuhnya, Susan justru akan merasa kesal karena menunjukkan bahwa mereka tidak setia kawan.Kemudian, Susan memanggil anggota klub karate untuk diinterogasi. Pada akhirnya, mereka mengetahui i

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 44

    "Aku akan resepkan obat. Mereka akan sembuh dalam seminggu," jelas Baskara.Setelah melihat kemampuan Baskara, mereka tentu tidak meragukan kemampuan medisnya. Sejak zaman dulu, ilmu bela diri dan ilmu medis tidak dapat dipisahkan. Pesilat kuat biasanya menguasai sedikit ilmu medis.Baskara meminta kertas dan pena, lalu menulis resep obat sekaligus menjelaskan beberapa yang perlu diperhatikan saat meminum obat tersebut.Zoya melirik sekilas. Dia pernah mempelajari pengobatan tradisional sedikit, jadi langsung paham setelah melihatnya. Baskara memang bisa diandalkan. Resep obat ini bisa digunakan dan sangat berkhasiat untuk cedera organ dalam mereka."Terima kasih. Namaku Zoya, aku teman baik Jelita. Salam kenal." Zoya mengulurkan tangannya.Baskara juga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Baskara berucap, "Namaku Baskara. Aku calon suami Jelita."Zoya tersenyum tipis dan berkata, "Kami sudah tahu itu."Seluruh kampus sudah tahu tentang Jelita yang berpacaran. Tidak ada seorang

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 43

    "Kamu sudah mengalahkan mereka, tapi itu bukan apa-apa. Salah mereka karena begitu nggak berguna," ucap Baskara dengan datar.Hal ini membuat wajah anggota klub seni bela diri Negara Monaga menjadi muram dalam sekejap. Mereka ingin menyangkal, tetapi tidak menemukan alasan yang tepat. Seratus orang tidak bisa melawan satu orang. Bukankah itu namanya tidak berguna?"Tapi, kamu nggak seharusnya bilang orang-orang Monaga itu lemah. Aku sangat nggak suka mendengarnya. Aku menghina Jopara dan kamu mau melumpuhkanku. Kalau kamu menghina Monaga, apa yang harus aku lakukan padamu?" tambah Baskara dengan nada yang makin dingin.Semua orang merasakan sedikit niat membunuh dari nada bicara Baskara. Mereka menyaksikan adegan yang terjadi di depan mereka dengan terkejut. Apakah Baskara mau membunuh Kenichi?"Dasar orang lemah. Aku nggak percaya kamu berani bunuh aku," kata Kenichi dengan susah payah.Baskara tersenyum tipis. Niat membunuhnya makin kuat."Baskara, jangan gegabah!" teriak Jelita.Kra

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 42

    Inilah seni bela diri Negara Monaga yang sesungguhnya. Serangannya harus mengenai titik vital seperti mata atau selangkangan. Begitu tepat sasaran, korbannya akan cacat atau mati. Kenichi juga terkejut. Dia yakin tidak akan terkena serangan, tetapi ini terlalu berbahaya. Jika serangannya berhasil, akibatnya akan fatal. Kenichi segera menghindar tanpa ragu-ragu. Kali ini, dia akhirnya melancarkan serangan. Dia menendang punggung Zoya dari samping.Baskara bisa merasakan ada sedikit energi samar yang mengalir di tubuh Kenichi. Tendangan seperti itu sama sekali tidak bisa ditahan oleh orang biasa.Zoya memang terlihat imut, tetapi dia sangat berpengalaman dalam bertarung. Dia memelesat ke depan dengan kencang dan berhasil menghindari serangan. Setelah itu, dia segera berbalik untuk menghadapi Kenichi.Namun, pada saat ini, Kenichi langsung melayangkan tendangan cambuk .Zoya mencoba menahan serangan itu dengan kedua tangannya. Sayangnya, tubuhnya ditendang hingga terhempas dan jatuh ke

DMCA.com Protection Status