"Berhenti." Saat Baskara sedang memikirkan cara untuk mendapatkan uang, tiba-tiba terdengar suara seseorang.Saat berbalik, Baskara mendapati lima pria sedang mendekat. Pemimpin mereka sepertinya kurang sehat. Jalannya lemah dan lingkar matanya agak gelap. Dia menatap Baskara dengan ekspresi marah.Baskara pun menunjuk dirinya sendiri, lalu bertanya, "Kamu memanggilku?""Ya," jawab pria itu sambil mendekat. Dia memandang Baskara dari atas ke bawah dengan penuh rasa tidak hormat, lalu bertanya, "Kamu pacarnya Jelita?"Baskara membalas sambil menggeleng, "Bukan." Tentu saja dia bukan pacarnya. Dia adalah suaminya.Pria itu sedikit terkejut. Dia menoleh ke arah pria berkacamata di sebelahnya, lalu bertanya, "Bukannya kamu bilang dia pacarnya Jelita?"Pria berkacamata itu menjawab dengan nada sedikit tersinggung, "Aku dengar sendiri dia panggil Jelita dengan sebutan Sayang."Orang itu mengangguk, sepertinya yakin bahwa temannya tidak berbohong. Dia kembali menatap Baskara dengan dingin, la
Setelah makan sedikit, ekspresi Jelita terlihat agak khawatir."Kamu harus hati-hati. Kamu telah menyinggung Hamid. Dia nggak akan melepaskanmu begitu saja. Dia pasti akan mencari masalah denganmu nanti." Jelita memperingatkan Baskara. Kemudian, dia menambahkan, "Gimana kalau kamu kembalikan 10 miliar itu kepadanya?"Baskara menggeleng. "Kamu lupa ya? Aku pernah menghajar Agus."Hamid seharusnya lebih mudah ditangani. Karena Baskara sudah pernah menghajar Agus, itu artinya menyinggung Hamid bukan masalah besar untuknya.Agus adalah anak manja yang terkenal di seluruh kota kecil ini, sedangkan Hamid adalah pelajar yang kemampuannya terbatas. Baskara saja tidak takut pada Agus, kenapa dia harus takut pada Hamid?"Ya sudah, pokoknya kamu hati-hati saja. Lagi pula, masih ada Keluarga Biani. Nggak sembarangan orang berani menyentuh Keluarga Biani," kata Jelita dengan tegas. Jelas sekali, dia sangat melindungi Baskara."Sayang, kamu terlalu baik padaku. Aku sampai nggak tahu harus gimana bal
"Nggak usah berlebihan begitu, aku sangat patuh pada hukum." Baskara menepuk bahu Igor, lalu memuji, "Tapi, performamu kali ini cukup bagus, layak dipuji."Igor tertawa. "Jangan sungkan-sungkan padaku. Bisa melayanimu adalah kehormatan untukku."Jelita melirik Igor dengan aneh. Ekspresinya dipenuhi ketidakpercayaan. Ini Igor yang menguasai dunia hitam Kota Mentari? Kenapa malah bersikap begitu sopan di depan Baskara?Setelah melirik Hamid, Baskara berkata, "Sudah cukup, jangan sampai dia mati. Tempat ini sekolah. Pasti repot kalau ada korban jiwa."Igor mengangguk, memberi isyarat kepada kedua anak buahnya untuk berhenti.Saat ini, Hamid sudah babak belur. Dia terkapar di tanah dan mengejang. Anak buah Igor sangat kejam. Mana mungkin seorang anak muda seperti Hamid bisa menahannya. Dia sudah termasuk hebat karena tidak pingsan.Baskara memanggil Jelita untuk membawanya pergi. Tiba-tiba, Igor memanggil, "Pak, aku boleh minta nomor teleponmu nggak? Kamu telah menyelamatkan ibuku. Aku mau
Jelita mendengar percakapan mereka dan tahu Zaskia tidak ingin orang lain tahu."Kamu baik sekali. Mulai sekarang, kamu istri pertamaku.""Kenapa begitu?""Karena kamu sangat baik." Baskara tersenyum.Jelita terpingkal-pingkal, memahami maksud Baskara. Namun, Jelita tahu dirinya bukan tidak cemburu karena punya hati yang baik.Masalahnya adalah meskipun Jelita dan Baskara punya perjanjian nikah, mereka baru kenal. Sekalipun Baskara bersama wanita lain, dia akan sulit untuk merasa cemburu.Jelita lebih merasa bersyukur kepada Baskara. Mengenai rasa suka, rasa suka itu belum terlalu kuat."Cepat pulang ya," ujar Jelita setelah tiba.Kemudian, Jelita khawatir Baskara salah paham sehingga buru-buru menambahkan, "Aku nggak punya maksud lain. Kamu juga bisa menginap di luar kalau mau.""Aku bukan pria sembarangan," ucap Baskara dengan serius.Jelita terdiam dan tidak berbicara lagi. Dia menginjak pedal gas, lalu meninggalkan tempat itu.Bar Zuma buka hampir sepanjang hari, kecuali saat bersi
Baskara terkejut. 'Wanita ini begitu blak-blakan? Aku suka!'Baskara lantas terkekeh-kekeh. "Dalam kamusku, nggak ada kata takut. Ayo, langsung saja!"Baskara menarik pintu mobil dengan tangan kanannya. Begitu masuk, dia ingin memeluk Zaskia. Namun, Zaskia tiba-tiba bertanya lagi, "Sebentar, kalau orang lain juga ingin meniduriku, apa yang bakal kamu lakukan?"Baskara yang sudah siap untuk menyerang langsung marah mendengarnya. Ada orang yang berani mengincar istrinya? "Nyali siapa yang begitu besar? Bawa aku temui orang itu! Aku akan langsung menghabisinya!"Zaskia sungguh kehabisan kata-kata. Dia tidak pernah melihat pria sepede Baskara. Dia lalu berkata, "Kamu sendiri yang bilang ya. Kalau kamu kenapa-napa, jangan salahkan aku."Mereka pergi membeli pakaian baru, lalu menuju lokasi acara. Saat ini, penampilan Zaskia sudah kembali seperti biasa, sebagai CEO yang dingin.Zaskia memberi tahu Baskara bahwa tuan rumah acara ini adalah bos dunia hitam terkuat di Kota Mentari dan telah lam
'Berani sekali wanita ini! Berani-beraninya dia bercumbu dengan anak muda di depan mataku. Ini namanya cari mati!'Angga tertawa lebar. Dia tahu pertunjukan bagus yang akan segera dimulai. Sementara itu, Igor tertegun melihat Baskara.Bagaimana bisa Baskara berada di sini, apalagi bersama Zaskia? Dia tahu ada sesuatu yang besar yang akan terjadi. Dengan sifat Adjie, masalah ini tidak akan berakhir begitu saja.Angga tersenyum. "Sepertinya ada yang nggak beres. Wanita yang ingin kamu dapatkan sudah menjadi milik orang lain."Adjie menatap Angga dengan wajah murung, lalu mendengus dingin. Jika orang lain berada di posisi Angga, mereka pasti sudah ketakutan karena tidak semua orang bisa menanggung kemarahan Adjie.Namun, Angga tidak peduli. Mereka memang musuh. Dia meneruskan, "Nggak ada gunanya marah padaku. Bukan aku yang merebut wanitamu. Omong-omong, siapa anak itu? Beraninya dia merebut wanita Pak Adjie. Ini sama saja dengan menginjak-injak harga diri Pak Adjie!"Wajah Adjie sungguh
Suasana menjadi sunyi senyap. Semua orang menatap Baskara dengan takut sekaligus kagum.Igor dan Angga tertegun. Adjie yang posisinya berada di atas mereka, tewas begitu saja. Mereka merasa seperti sedang bermimpi.Para anak buah Adjie langsung kalang kabut. Mereka mengepung Baskara, menatapnya dengan dingin dan galak. Sosok mereka dipenuhi aura membunuh.Ketika menghadapi kemarahan mereka, Zaskia sama sekali tidak merasa kesal, malah merasa bersemangat. Napasnya agak memburu, wajahnya memerah. Dia menyukai situasi menegangkan seperti ini. Tidak ada yang tahu bahwa di balik penampilan dinginnya, tersembunyi jiwa yang liar."Bunuh dia! Balas dendam untuk Pak Adjie!" Para bawahan sontak menerjang ke arah Baskara.Para tamu pun berteriak kaget. Mereka bergegas menghindar karena takut terkena imbas.Igor menggertakkan giginya dan berlari maju untuk membantu Baskara. Lagi pula, Baskara adalah orang yang menyelamatkan ibunya. Igor tidak bisa berpangku tangan melihat Baskara diserang.Saat in
Mereka menatap Baskara dengan ngeri, tidak menyangka suasana akan menjadi begitu mencekam saat dia marah."Ingat satu hal, sebelum kalian membunuhku, jangan sentuh orang-orang di sekitarku atau kalian akan menyesal karena sudah datang ke dunia ini." Suara Baskara terdengar dingin, seolah-olah dirinya berasal dari neraka.Hal ini membuat anak buah Adjie yang memegang pisau itu gemetar ketakutan. Hatinya tiba-tiba dipenuhi penyesalan yang mendalam. Kenapa dia harus mengusik pria ini? Kenapa dia harus mengancam Baskara dengan Zaskia?Entah sejak kapan, Baskara sudah berada di sampingnya. Dia mencengkeram tangan pria itu, lalu menekannya dengan kuat di bawah tatapan terkejut pria itu.Tulang tangan pria itu sontak hancur berkeping-keping. Belum selesai sampai di situ, di bawah tatapan penuh ketakutan pria itu, Baskara menekan titik-titik akupunkturnya, lalu mematahkan semua tulangnya.Pria itu lantas menjerit kesakitan. Urat-urat di dahinya menonjol dan seluruh tubuhnya berkeringat dingin.
"Marten, kamu benar-benar mendapatkan seorang menantu yang luar biasa. Setelah ini, Keluarga Biani pasti akan mencapai puncak kejayaan," ucap Slamet dengan nada kagum."Haha. Itu karena putriku punya selera yang bagus," balas Marten sambil tertawa lebar. Wajahnya penuh rasa bangga.Marten tahu jelas bahwa putrinya menemukan Baskara di stasiun kereta api dan membawanya pulang. Siapa sangka, dia justru mendapatkan seorang pria sehebat ini.Dengan raut wajah penuh kekaguman, Slamet tiba-tiba berujar, "Sebenarnya, putriku juga suka melukis. Lukisan Baskara adalah yang terbaik di dunia. Apa dia bisa meluangkan waktu untuk mengajari putriku? Aku bersedia bayar kok."Marten melirik Slamet, lalu terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Nggak bisa. Jangan kira aku nggak tahu maksudmu. Kamu mau rebut menantuku ya? Kamu pikir aku ini bodoh?"Slamet tertawa sejenak, lalu membalas, "Marten, kamu memang sangat cerdas. Bahkan, maksud tersiratku saja bisa kamu tebak. Sudahlah, seorang pria sejati nggak akan
Di kantor polisi kota kecil, Susan dipanggil oleh komandan. Komandan di sini adalah seorang pria berusia 30 tahunan dengan wajah yang tegas dan berwibawa. Begitu Susan masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi serius.Susan hanya melirik sekilas, lalu berujar dengan santai, "Kamu mau menakuti siapa sih? Pasang wajah begitu serius, kamu pikir aku akan takut padamu?"Komandan bernama Suwito itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebagai kakak Susan, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya ini."Gimana ceritanya kamu bisa mengenal orang Jopara itu? Kalau hari ini kamu nggak jelaskan semuanya, aku akan patahkan kakimu! Bahkan, orang Jopara itu sampai pakai namamu untuk menekanku. Benar-benar keterlaluan!" ucap Susan dengan kesal.Ternyata Suwito adalah kakak kandung Susan. Yuta coba menggunakan nama Suwito untuk mengancam Susan? Baginya, itu benar-benar lelucon.Suwito mengusap pelipisnya, lalu membalas sambil tersenyum pahit, "Aku memang pernah beberapa kali be
Jelita dan Marten terlihat kaget. Hanya seperti ini? Mereka awalnya mengira Susan hanya menggunakan alasan tadi untuk bisa masuk ke rumah Keluarga Biani, lalu dia akan menangkap Baskara. Tidak disangka dia benar-benar hanya masuk untuk memuji Baskara, lalu pergi begitu saja.Baru setelah bayangan Susan benar-benar hilang, keduanya menoleh ke arah Baskara dengan penuh kebingungan. Jelas sekali mereka tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.Sebagai orang biasa yang tidak punya kaitan dengan dunia pesilat, wajar jika mereka tidak tahu apa-apa tentang aturan di dalamnya.Baskara pun menjelaskan sambil tersenyum, "Ada semacam aturan tak tertulis antara pesilat dan pemerintah. Selama pertarungan antara pesilat nggak melibatkan orang biasa, pemerintah nggak akan ikut campur. Apalagi yang kubunuh adalah pesilat asing."Mendengar itu, Jelita dan Marten sama-sama menunjukkan ekspresi paham. Wanita itu berujar, "Pantas saja kamu sama sekali nggak khawatir setelah bunuh Kenichi. Jadi, dia juga
Marten memandang Susan dengan ragu. Dalam hatinya dia bertanya-tanya apakah wanita ini sedang coba mengelabuinya?Marten merasa sedikit bimbang. Selama Baskara tidak dibawa pergi, dia masih memiliki banyak cara untuk mengatasi situasi ini. Lagi pula, membunuh orang Jopara bukanlah masalah besar baginya.Namun jika Baskara benar-benar dibawa pergi, situasinya akan berada di luar kendalinya. Kekhawatiran terbesarnya adalah Susan mungkin saja sedang coba memperdayanya.Di tengah keraguannya, Jelita keluar dan memberitahunya, "Ayah, biarkan mereka masuk. Baskara yang bilang begitu."Susan melirik Jelita sekilas. Keterkejutan melintas di wajahnya. Wanita ini memiliki paras yang sangat cantik. Susan mengangguk pelan dan bersiap masuk ke dalam rumah Keluarga Biani bersama anak buahnya. Namun, Jelita kembali berujar, "Tunggu sebentar."Susan mengangkat alis. Dia berpikir bahwa Jelita mungkin berubah pikiran. Hanya saja, setelah itu dia menjelaskan, "Jangan salah paham. Baskara bilang cuma satu
Hal ini berkaitan dengan sejarah keluarga Susan. Sejak tahun 1931, generasi kakek buyutnya ikut berperang melawan penjajah Jopara.Tujuh kakak laki-lakinya gugur di medan perang, sementara sepupu-sepupunya juga tewas semua selama masa perang melawan penjajah. Hanya kakek buyutnya yang selamat, itu pun karena usianya yang masih sangat kecil. Dia baru berusia beberapa tahun sehingga tidak ikut berperang.Namun ketika perang melawan koalisi delapan negara di Barat, kakek buyut Susan akhirnya gugur juga. Selanjutnya saat perang balasan melawan Montar, dari empat bersaudara di generasi kakeknya, hanya kakeknya yang bertahan hidup.Keluarga Susan adalah keluarga yang menorehkan kehormatan melalui darah dan pengorbanan. Mereka sangat membenci siapa pun yang berani bersikap arogan dan menantang di tanah air mereka. Kebencian terhadap bangsa Jopara dan sekutunya telah tertanam kuat dalam tulang sumsum Susan sejak kecil. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, dia memandang rendah bangsa-bangsa ter
"Siapa yang membunuhnya?" tanya polisi wanita itu.Tidak ada seorang pun yang menjawab. Semua anggota klub seni bela diri membisu.Saat melihat ini, polisi wanita itu, Susan, tentu memahami apa yang terjadi. "Kalian nggak akan bisa melindunginya. Kami punya cara untuk menyelidikinya.""Dia cuma ingin melindungi kami," ucap seseorang.Susan meliriknya, lalu menyahut, "Aku tahu, tapi kami tetap harus tahu identitasnya. Banyak prosedur yang harus dijalankan."Begitu mendengarnya, semua orang menghela napas lega. Para anggota seni bela diri pun menatap Zoya.Zoya menggeleng dan berkata, "Kami nggak kenal dia."Susan tidak peduli. Sebaliknya, dia merasa sangat kagum pada para mahasiswa ini. Meskipun melindungi pembunuh, mereka melakukan ini karena setia kawan.Jika ada yang maju untuk mengungkapkan pembunuhnya, Susan justru akan merasa kesal karena menunjukkan bahwa mereka tidak setia kawan.Kemudian, Susan memanggil anggota klub karate untuk diinterogasi. Pada akhirnya, mereka mengetahui i
"Aku akan resepkan obat. Mereka akan sembuh dalam seminggu," jelas Baskara.Setelah melihat kemampuan Baskara, mereka tentu tidak meragukan kemampuan medisnya. Sejak zaman dulu, ilmu bela diri dan ilmu medis tidak dapat dipisahkan. Pesilat kuat biasanya menguasai sedikit ilmu medis.Baskara meminta kertas dan pena, lalu menulis resep obat sekaligus menjelaskan beberapa yang perlu diperhatikan saat meminum obat tersebut.Zoya melirik sekilas. Dia pernah mempelajari pengobatan tradisional sedikit, jadi langsung paham setelah melihatnya. Baskara memang bisa diandalkan. Resep obat ini bisa digunakan dan sangat berkhasiat untuk cedera organ dalam mereka."Terima kasih. Namaku Zoya, aku teman baik Jelita. Salam kenal." Zoya mengulurkan tangannya.Baskara juga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Baskara berucap, "Namaku Baskara. Aku calon suami Jelita."Zoya tersenyum tipis dan berkata, "Kami sudah tahu itu."Seluruh kampus sudah tahu tentang Jelita yang berpacaran. Tidak ada seorang
"Kamu sudah mengalahkan mereka, tapi itu bukan apa-apa. Salah mereka karena begitu nggak berguna," ucap Baskara dengan datar.Hal ini membuat wajah anggota klub seni bela diri Negara Monaga menjadi muram dalam sekejap. Mereka ingin menyangkal, tetapi tidak menemukan alasan yang tepat. Seratus orang tidak bisa melawan satu orang. Bukankah itu namanya tidak berguna?"Tapi, kamu nggak seharusnya bilang orang-orang Monaga itu lemah. Aku sangat nggak suka mendengarnya. Aku menghina Jopara dan kamu mau melumpuhkanku. Kalau kamu menghina Monaga, apa yang harus aku lakukan padamu?" tambah Baskara dengan nada yang makin dingin.Semua orang merasakan sedikit niat membunuh dari nada bicara Baskara. Mereka menyaksikan adegan yang terjadi di depan mereka dengan terkejut. Apakah Baskara mau membunuh Kenichi?"Dasar orang lemah. Aku nggak percaya kamu berani bunuh aku," kata Kenichi dengan susah payah.Baskara tersenyum tipis. Niat membunuhnya makin kuat."Baskara, jangan gegabah!" teriak Jelita.Kra
Inilah seni bela diri Negara Monaga yang sesungguhnya. Serangannya harus mengenai titik vital seperti mata atau selangkangan. Begitu tepat sasaran, korbannya akan cacat atau mati. Kenichi juga terkejut. Dia yakin tidak akan terkena serangan, tetapi ini terlalu berbahaya. Jika serangannya berhasil, akibatnya akan fatal. Kenichi segera menghindar tanpa ragu-ragu. Kali ini, dia akhirnya melancarkan serangan. Dia menendang punggung Zoya dari samping.Baskara bisa merasakan ada sedikit energi samar yang mengalir di tubuh Kenichi. Tendangan seperti itu sama sekali tidak bisa ditahan oleh orang biasa.Zoya memang terlihat imut, tetapi dia sangat berpengalaman dalam bertarung. Dia memelesat ke depan dengan kencang dan berhasil menghindari serangan. Setelah itu, dia segera berbalik untuk menghadapi Kenichi.Namun, pada saat ini, Kenichi langsung melayangkan tendangan cambuk .Zoya mencoba menahan serangan itu dengan kedua tangannya. Sayangnya, tubuhnya ditendang hingga terhempas dan jatuh ke