Share

Bab 2

Penulis: Lufi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 13:55:38
Jelita merasa senang karena bisa mempekerjakan petarung hebat sebagai pengawal dengan harga 200 juta. Menurutnya, dia sudah mendapatkan keuntungan besar.

"Ayo," seru Jelita.

"Ke mana?" tanya Baskara.

"Rumahku," jawab Jelita.

"Aku lapar," kata Baskara.

"Aku akan masak mi untukmu," timpal Jelita.

Baskara bertanya dengan wajah memerah, "Apa nggak terlalu cepat?"

"Diam," celetuk Jelita yang tersipu malu.

Jelita menghentikan sebuah taksi, lalu naik bersama Baskara. Pada akhirnya, mereka turun di depan sebuah vila. Ada banyak orang yang duduk di dalam vila.

Seorang pria paruh baya tersenyum sambil mengatakan sesuatu dengan bangga. Ketika melihat Jelita berjalan masuk, senyuman pria paruh baya itu seketika sirna.

"Paman, kamu sangat nggak menyangka aku akan pulang, 'kan?" tanya Jelita dengan dingin.

Kusno Biani tersenyum kembali sebelum menimpali "Jelita, apa yang kamu katakan? Aku dengar kamu keluar untuk mencari dokter ajaib? Sudah ketemu belum?"

Ekspresi Jelita seketika menjadi muram. Dia tidak mengatakan apa-apa.

"Sebentar lagi akan ada yang mati di rumah kalian," ucap Baskara secara tiba-tiba.

Ekspresi semua orang sontak berubah, terutama tatapan Kusno yang menjadi tajam. Dia berkata dengan dingin, "Siapa kampungan ini? Beraninya bicara sembarangan. Cepat pergi."

Anggota Keluarga Biani yang lain memelototi Baskara dengan penuh amarah.

Jelita tidak meladeni mereka, melainkan menatap Baskara sembari bertanya, "Gimana kamu bisa tahu?"

Baskara tidak menanggapi Jelita. Dia malah berjalan menghampiri Kusno dan menamparnya. Semua orang tertegun dalam sekejap.

"Kamu bilang aku kampungan. Pantas ditampar," ujar Baskara dengan dingin.

"Dasar kampungan! Kamu berani tampar aku?" pekik Kusno dengan emosi.

Kusno ditendang hingga terhempas beberapa meter dan membentur dinding. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hampir pingsan.

"Baskara, kenapa kamu berbuat seperti itu?" tanya Jelita.

Baskara menoleh menatap Jelita.

"Maksudku, kamu pukul terlalu pelan. Lain kali, aku kasih kamu 2 miliar untuk bantu aku habisi dia," tambah Jelita.

"Kamu bisa pertimbangkan. Lebih baik aku habisi dia sekarang," timpal Baskara. Selesai berbicara, dia hendak berjalan ke arah Kusno.

Sekujur tubuh Kusno terasa sangat sakit. Kala ini, dia bahkan tidak berani menghela napas dan hanya bertanya dalam hati, 'Dari mana datangnya makhluk aneh ini? Baru datang langsung mau membunuh.'

Jelita buru-buru berkata, "Sudahlah. Kali ini, maafkan dia saja. Kamu belum jawab pertanyaanku. Gimana kamu bisa tahu ayahku sekarat?"

"Apa aku belum kasih tahu padamu?" tanya Baskara dengan bingung.

"Kasih tahu apa?" tanya Jelita yang tampak heran.

"Aku dokter ajaib. Di rumah kalian ada aura orang sakit dan aura orang meninggal. Aku langsung tahu begitu masuk," jelas Baskara.

"Apa bisa disembuhkan?" tanya Jelita.

"Nggak cukup bayar 2 miliar. Kamu harus tambah bayarannya," sahut Baskara.

"Nggak masalah. Kalau kamu bisa selamatkan ayahku, aku bahkan bisa menikah denganmu," balas Jelita dengan senang hati.

Setelah itu, Jelita membawa Baskara ke kamar. Tidak ada seorang pun yang berani menghadang Baskara karena dia benar-benar berani memukul orang.

Kusno berdiri sambil menahan rasa sakitnya, lalu ikut masuk ke kamar. Dia sedikit khawatir. Apakah Baskara benar-benar bisa menyembuhkan kakaknya?

Begitu tiba di kamar, terlihat seorang pria yang berusia 50-an tahun sedang berbaring dengan wajah pucat. Begitu melihat Jelita pulang, ada kilatan penuh harap dari mata pria itu. Bibirnya bergerak seakan-akan ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang dilontarkan.

"Waktunya sudah nggak lama," kata Baskara.

"Berapa lama lagi kakakku masih bisa hidup?" tanya Kusno dengan terkejut.

"Lima ...," ujar Baskara.

"Lima hari?" tanya Kusno sambil mengernyit.

"Empat. Tiga. Dua. Satu," lanjut Baskara.

Pria paruh baya itu memejamkan matanya.

Kusno sangat senang karena kakaknya akhirnya meninggal.

Air mata Jelita seketika mengalir tanpa henti. Dia duduk di lantai dengan lemas.

"Kenapa nangis?" tanya Baskara.

"Ayahku sudah meninggal. Dia satu-satunya keluargaku di dunia ini," jawab Jelita seraya menangis.

Kusno tersenyum sambil bertutur, "Jelita, aku pamanmu. Aku juga keluargamu."

"Bukan," balas Jelita.

"Kenapa begitu?" tanya Kusno.

"Kamu bukan manusia," sahut Jelita.

Kusno sangat marah. Kakaknya sudah meninggal, tetapi keponakannya malah berani tidak sopan padanya. Ketika hendak membentak Jelita, Kusno menyadari bahwa tatapan Baskara tertuju padanya. Dia merinding dan langsung diam.

"Apa ucapanmu barusan masih berlaku?" tanya Baskara.

"Ucapan yang mana?" tanya Jelita dengan berlinang air mata.

"Kalau aku bisa menyelamatkan ayahmu, kamu akan menikah denganku," jawab Baskara seraya mengerlingkan matanya. Dia heran kenapa masih muda sudah punya ingatan yang begitu buruk?

Jelita yang tampak murung berkata dengan sedih, "Ayahku sudah meninggal."

"Gimana kalau aku bisa membuatnya hidup kembali?" tanya Bakara.

"Kalau begitu, aku pasti akan menikah denganmu," sahut Jelita dengan yakin.

Kusno menyindir, "Orang yang sudah mati nggak mungkin bisa bangkit. Kamu benar-benar percaya omong kosongnya?"

Plak! Baskara melayangkan tamparannya lagi. Dia menegaskan, "Jangan meragukan keterampilan medisku. Aku sangat ahli dalam mengobati."

Kusno memegang wajahnya yang ditampar. Tatapannya tampak berapi-api.

Tanpa melihat Kusno, Baskara berjalan ke sisi ayahnya Jelita yang bernama Marten Biani, lalu menyingkap selimutnya. Sembilan jarum emas muncul dari telapak tangannya. Tak lama kemudian, jarum itu ditusuk di tubuh Marten secepat kilat.

"Sembilan Jarum Ilahi akan menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal," jelas Baskara dengan pelan. Kemudian, dia terus menepuk-nepuk titik akupunktur di tubuh Marten. Tujuannya untuk membangkitkan kembali vitalitas seluruh tubuh.

"Sesak sekali!" Dalam waktu kurang dari dua menit, Marten tiba-tiba berteriak dengan keras dan duduk. Pada saat ini, Baskara segera menyimpan jarum emasnya.

"Mayat hidup!" pekik Kusno yang hampir pingsan karena ketakutan.

"Ayah sudah baik-baik saja? Bagus sekali," ucap Jelita dengan gembira.

Baskara berkata dengan serius, "Jangan senang dulu. Aku hanya menyelamatkan Ayah Mertua untuk sementara. Dia nggak akan bisa hidup lama."

"Ayah Mertua?" tanya Marten dengan bingung.

Jelita bertanya dengan cemas, "Ayahku bisa hidup berapa lama?"

"Sembilan ...," jawab Baskara.

"Sembilan detik?" tukas Jelita yang tiba-tiba memucat.

Baskara mengerlingkan mata sebelum melanjutkan, "Sembilan tahun. Teknik Sembilan Jarum Ilahi yang aku kuasai belum sempurna. Aku hanya bisa melakukan sejauh ini. Kalau bisa pakai 10 jarum, dia bisa hidup selama 81 tahun."

Marten dan Jelita tercengang. Sembilan tahun sudah cukup lama. Jika 81 tahun, Marten juga tidak akan hidup selama itu biarpun tidak mengidap penyakit.

"Ke depannya, aku akan menjaga kesehatan Ayah Mertua lagi biar bisa hidup sampai 100 tahun. Memalukan sekali. Kalau guru keduaku tahu aku begitu lemah, dia pasti akan mentertawakanku," ujar Baskara dengan ekspresi tertekan.

Membangkitkan orang yang sudah meninggal dan membuatnya hidup sampai 100 tahun? Itu disebut memalukan? Mereka benar-benar tidak mengerti dengan dunia orang hebat.

"Menantuku, aku serahkan nyawaku padamu. Lakukan apa saja yang kamu mau," kata Marten dengan senang. Dia tidak peduli siapa dan dari mana asal menantunya. Yang terpenting adalah menantunya sangat kompeten.

Wajah Jelita sedikit memerah. Dia melirik Baskara sekilas, lalu teringat dengan janjinya. Jantungnya seketika berdetak dengan kencang.

Baskara tersenyum lebar. Selain mengobati dan menyelamatkan Marten, dia juga mendapatkan seorang istri cantik. Turun dari gunung memang lebih baik.

Ternyata Baskara hanya ingin bermalas-malasan di gunung dan menggoda ketiga gurunya yang cantik. Kini, dia merasa kehidupannya sungguh luar biasa.

Bab terkait

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 3

    Pada saat ini, Kusno bergegas mendekat. Dia bersimpuh di depan kasur dan bertutur dengan semangat, "Kakak, akhirnya kamu bangun. Bagus sekali. Akhirnya aku bisa tenang."Sikapnya sangat bertolak belakang dengan sebelumnya.Marten menatapnya dengan dingin seraya membalas, "Nggak. Aku hanya mayat hidup."Kusno tertegun hingga terbatuk-batuk. Dia berkata, "Kak, kamu sudah sembuh. Aku akan masak untukmu. Kamu sudah lama nggak makan.""Nggak perlu," timpal Marten dengan dingin. Dia menatap Kusno sebelum menyindir, "Aku takut kamu akan meracuniku.""Mana mungkin? Aku ini adik kandungmu," bantah Kusno."Kalau dulu aku tahu sifatmu akan seperti ini, aku pasti akan langsung memasukkanmu kembali ke perut Ibu begitu kamu dilahirkan," kata Marten.Kusno terdiam.Marten memperingatkan, "Mulai hari ini, kamu nggak perlu melakukan apa-apa lagi. Ambil uang yang kamu punya sekarang dan habiskan sisa hidupmu dengan baik."Raut wajah Kusno seketika berubah. Marten mau mengusirnya."Kakak, kamu kira aku a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 4

    Setelah meninggalkan mal, Jelita berterima kasih kepada Baskara. Katanya, "Terima kasih kamu sudah bantu aku balas dendam."Baskara tersenyum seraya membalas, "Kamu istriku, tentu saja aku harus melindungimu. Selain aku, nggak ada yang boleh menindasmu."Jelita merasa tersentuh. Dia memang baru mengenal Baskara, tetapi Baskara sudah banyak membantunya."Oh, iya. Sayang, apa kamu kenal Zaskia Handari?" tanya Baskara.Zaskia Handari? Bagaimana Baskara bisa mengenalnya?Jelita mengangguk, lalu menimpali, "Kenal. Dia CEO cantik yang terkenal di kota ini. Gimana kamu bisa tahu dia?"Baskara menyahut dengan senang, "Kamu kenal dia, ya? Bagus sekali. Dia itu calon istriku."Senyuman Jelita seketika membeku. Baskara sudah memiliki calon istri dan orang itu adalah Zaskia?Jelita berujar, "Jangan bercanda. Zaskia itu seorang ahli bisnis. Dia sudah ambil alih bisnis keluarga sejak berusia 18 tahun. Dalam waktu 3 tahun, dia sudah menggandakan bisnis Keluarga Handari beberapa kali lipat."Jelita me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 5

    Jelita terkejut dan langsung berlari keluar."Ah." Dia juga berteriak kaget. Kenapa kakak sepupunya kembali?Wajah Sandra tampak muram dan sorot matanya tampak penuh amarah. Dia menatap Jelita dengan tajam dan bertanya, "Jelita, coba jelaskan ini! Kenapa di kamarku ada seorang pria?"Pada saat itu, Baskara berkata dengan wajah seolah-olah teraniaya, "Istriku, kamu harus bela aku! Dia sudah tidur samaku, kehormatanku sudah hilang!"Jelita membuka mulutnya lebar-lebar. Apa-apaan ini, mengejutkan sekali?Sandra hampir kehilangan akal. Dia buru-buru pulang semalaman, tapi malah menemukan dirinya tidur semalam suntuk dengan seorang pria. Tiba-tiba, dia menyadari panggilan Baskara kepada Jelita.Istri?Pria ini suami Jelita?"Siapa dia sebenarnya?" tanya Sandra.Jelita buru-buru menjelaskan, "Kak, jangan marah. Namanya Baskara, kami baru kenalan kemarin ....""Apa? Berani sekali kamu bawa pria yang baru kenal kemarin ke rumah? Apa nggak ada lagi yang bisa mengurusmu karena kondisi Paman seka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 6

    Zaskia juga menyadari tatapan Baskara dan rasa jijik muncul di hatinya. Awalnya dia mengira pria yang sombong ini akan mengucapkan sesuatu yang mencengangkan, tetapi ternyata dia bahkan lebih menjijikkan daripada pria lain."Jaga sikapmu, air liurmu hampir netes," ujar Jelita dengan nada mengingatkan.Melihat banyak orang mulai memperhatikan mereka, Jelita segera menjauh dari Baskara dan berkata, "Jangan salah paham, aku nggak kenal dia."Beberapa orang di kerumunan mulai mengenali Jelita dan wajah mereka langsung menunjukkan keterkejutan."Istriku, kenapa kamu bilang nggak kenal aku?" tanya Baskara dengan ekspresi bingung.Kerumunan langsung gaduh. Ternyata pria ini adalah suami Jelita?Semua orang tahu Jelita adalah putri Keluarga Biani, tapi kapan dia menikah? Tidak ada satu pun orang di tempat itu yang tahu. Wajah Jelita langsung memerah. Dia tidak tahu harus menjawab apa.Untungnya, perhatian Baskara segera beralih kepada Zaskia."Kamu Zaskia, bukan?"Zaskia tidak menjawab pertany

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 7

    "Kamu benar-benar tunanganku?" Suara Zaskia terdengar bergetar. Dia sudah yakin bahwa pria di depannya ini adalah Master Lamting. Dengan kedudukan seorang Master Lamting, seharusnya dia tidak mungkin berbohong, bukan?Namun, mengapa Zaskia sama sekali tidak pernah mengetahui hal ini sebelumnya?Jelita memandang dengan curiga. Reaksi Zaskia tidak sesuai dengan yang dia bayangkan. Bukankah seharusnya Zaskia langsung menampar Baskara, lalu pergi begitu saja? Apa hanya karena Baskara melukis satu lukisan, Zaskia langsung terpesona?"Pokoknya ini pemberian dari Guru Besar Pertama. Jadi, ini pasti benar," kata Baskara dengan nada serius. Demi masa depan anak-anaknya yang tidak akan kekurangan makan, tentu dia tidak akan ragu sedikit pun."Aku butuh waktu untuk berpikir," kata Zaskia yang merasa sangat kacau.Padahal dia hanya menyelenggarakan sebuah acara apresiasi seni, tapi kini tiba-tiba muncul seorang tunangan. Selain itu, pria itu mungkin adalah Master Lamting."Tentu, kuberi kamu waktu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 8

    Dalam perjalanan menuju rumah Keluarga Biani, Jelita mengemudikan mobil dengan tenang. Tiba-tiba, Baskara berseru, "Berhenti sebentar!"Jelita langsung menginjak rem dengan refleks. Kemudian, dia menoleh ke arah Baskara dengan bingung. Baskara segera turun dari mobil, menyeberangi jalan, dan menuju ke sisi lain.Di sana, sekelompok orang berkumpul mengelilingi seorang nenek tua yang tergeletak di tanah. Orang-orang di sekitarnya hanya menunjuk dan berbisik, tetapi tidak ada satu pun yang mendekat untuk membantu.Melihat situasi itu, alis Baskara berkerut. Dia segera menyadari bahwa kondisi nenek itu sangat kritis. Jika tidak segera mendapatkan perawatan, nyawanya bisa terancam."Tolong minggir, aku dokter," kata Baskara sambil bergerak maju. Dari tubuhnya terpancar aura yang kuat, membuat kerumunan orang secara tidak sadar memberi jalan.Jelita yang baru saja memarkirkan mobilnya segera menyusul. Dia terkejut melihat Baskara yang tampak serius. 'Apa dia benar-benar mau menolong?' pikir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 9

    Bagi Sandra, ukuran cup A adalah luka seumur hidupnya. Sekarang, Baskara malah membahasnya secara langsung. Ini membuat Sandra benar-benar ingin melahap pria itu hidup-hidup."Kenapa kamu menatapku seperti itu? Sekalipun kamu terus menatapku, aku tetap nggak akan membantumu meningkatkan ukuran otot dada. Ya sebenarnya ini cuma hal sepele bagiku sih," ujar Baskara dengan nada tidak puas."Kamu? Dasar penipu!" balas Sandra sambil tersenyum mengejek.Ekspresi Baskara langsung berubah tidak senang. Dia paling tidak suka ketika keahliannya diragukan. Tiba-tiba, dia melangkah maju ke arah Sandra. Tindakannya membuat wanita itu terkejut dan sedikit ketakutan."Kamu mau apa ...." Belum sempat Sandra menyelesaikan kalimatnya, Baskara sudah mengeluarkan beberapa jarum perak dan menusukkannya ke area dada, tepatnya di otot dada wanita itu.Dalam sekejap, tubuh Sandra menjadi kaku dan tidak bisa bergerak. Jelita yang berada di dekat mereka langsung panik. Dia berujar dengan khawatir, "Baskara, jan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 10

    Melihat kedua pengawal menyerbu ke arah mereka, Sandra yang masih berada dalam pelukan Baskara mulai panik. Kali ini, mereka pasti akan celaka. Sandra hanya bisa berharap, mereka tidak melukainya secara tidak sengaja.Saat itu juga, Baskara melepaskan Sandra. Dengan gerakan cepat, dia melayangkan tamparan keras ke arah kedua pengawal tersebut. Masing-masing hanya dengan satu tangan. Dua pria yang terlatih itu terlempar jauh dan jatuh ke lantai. Wajah mereka langsung bengkak sebelah.Agus sontak tercengang. Kedua pengawal itu adalah orang-orang yang dia bayar mahal. Mereka terkenal mampu menghadapi 10 orang sekaligus. Namun di depan Baskara, mereka bahkan tidak mampu bertahan satu tamparan.Baskara berjalan mendekati Agus. Jelas, dia ingin memberinya pelajaran. Baginya, Agus yang sudah berusaha mencelakai dirinya tidak bisa dibiarkan begitu saja.Baskara memang bukan tipe orang yang suka menahan diri. Dia selalu menggunakan kekuatan untuk menyelesaikan masalah. Melihat ini, Sandra seger

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 50

    "Marten, kamu benar-benar mendapatkan seorang menantu yang luar biasa. Setelah ini, Keluarga Biani pasti akan mencapai puncak kejayaan," ucap Slamet dengan nada kagum."Haha. Itu karena putriku punya selera yang bagus," balas Marten sambil tertawa lebar. Wajahnya penuh rasa bangga.Marten tahu jelas bahwa putrinya menemukan Baskara di stasiun kereta api dan membawanya pulang. Siapa sangka, dia justru mendapatkan seorang pria sehebat ini.Dengan raut wajah penuh kekaguman, Slamet tiba-tiba berujar, "Sebenarnya, putriku juga suka melukis. Lukisan Baskara adalah yang terbaik di dunia. Apa dia bisa meluangkan waktu untuk mengajari putriku? Aku bersedia bayar kok."Marten melirik Slamet, lalu terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Nggak bisa. Jangan kira aku nggak tahu maksudmu. Kamu mau rebut menantuku ya? Kamu pikir aku ini bodoh?"Slamet tertawa sejenak, lalu membalas, "Marten, kamu memang sangat cerdas. Bahkan, maksud tersiratku saja bisa kamu tebak. Sudahlah, seorang pria sejati nggak akan

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 49

    Di kantor polisi kota kecil, Susan dipanggil oleh komandan. Komandan di sini adalah seorang pria berusia 30 tahunan dengan wajah yang tegas dan berwibawa. Begitu Susan masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi serius.Susan hanya melirik sekilas, lalu berujar dengan santai, "Kamu mau menakuti siapa sih? Pasang wajah begitu serius, kamu pikir aku akan takut padamu?"Komandan bernama Suwito itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebagai kakak Susan, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya ini."Gimana ceritanya kamu bisa mengenal orang Jopara itu? Kalau hari ini kamu nggak jelaskan semuanya, aku akan patahkan kakimu! Bahkan, orang Jopara itu sampai pakai namamu untuk menekanku. Benar-benar keterlaluan!" ucap Susan dengan kesal.Ternyata Suwito adalah kakak kandung Susan. Yuta coba menggunakan nama Suwito untuk mengancam Susan? Baginya, itu benar-benar lelucon.Suwito mengusap pelipisnya, lalu membalas sambil tersenyum pahit, "Aku memang pernah beberapa kali be

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 48

    Jelita dan Marten terlihat kaget. Hanya seperti ini? Mereka awalnya mengira Susan hanya menggunakan alasan tadi untuk bisa masuk ke rumah Keluarga Biani, lalu dia akan menangkap Baskara. Tidak disangka dia benar-benar hanya masuk untuk memuji Baskara, lalu pergi begitu saja.Baru setelah bayangan Susan benar-benar hilang, keduanya menoleh ke arah Baskara dengan penuh kebingungan. Jelas sekali mereka tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.Sebagai orang biasa yang tidak punya kaitan dengan dunia pesilat, wajar jika mereka tidak tahu apa-apa tentang aturan di dalamnya.Baskara pun menjelaskan sambil tersenyum, "Ada semacam aturan tak tertulis antara pesilat dan pemerintah. Selama pertarungan antara pesilat nggak melibatkan orang biasa, pemerintah nggak akan ikut campur. Apalagi yang kubunuh adalah pesilat asing."Mendengar itu, Jelita dan Marten sama-sama menunjukkan ekspresi paham. Wanita itu berujar, "Pantas saja kamu sama sekali nggak khawatir setelah bunuh Kenichi. Jadi, dia juga

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 47

    Marten memandang Susan dengan ragu. Dalam hatinya dia bertanya-tanya apakah wanita ini sedang coba mengelabuinya?Marten merasa sedikit bimbang. Selama Baskara tidak dibawa pergi, dia masih memiliki banyak cara untuk mengatasi situasi ini. Lagi pula, membunuh orang Jopara bukanlah masalah besar baginya.Namun jika Baskara benar-benar dibawa pergi, situasinya akan berada di luar kendalinya. Kekhawatiran terbesarnya adalah Susan mungkin saja sedang coba memperdayanya.Di tengah keraguannya, Jelita keluar dan memberitahunya, "Ayah, biarkan mereka masuk. Baskara yang bilang begitu."Susan melirik Jelita sekilas. Keterkejutan melintas di wajahnya. Wanita ini memiliki paras yang sangat cantik. Susan mengangguk pelan dan bersiap masuk ke dalam rumah Keluarga Biani bersama anak buahnya. Namun, Jelita kembali berujar, "Tunggu sebentar."Susan mengangkat alis. Dia berpikir bahwa Jelita mungkin berubah pikiran. Hanya saja, setelah itu dia menjelaskan, "Jangan salah paham. Baskara bilang cuma satu

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 46

    Hal ini berkaitan dengan sejarah keluarga Susan. Sejak tahun 1931, generasi kakek buyutnya ikut berperang melawan penjajah Jopara.Tujuh kakak laki-lakinya gugur di medan perang, sementara sepupu-sepupunya juga tewas semua selama masa perang melawan penjajah. Hanya kakek buyutnya yang selamat, itu pun karena usianya yang masih sangat kecil. Dia baru berusia beberapa tahun sehingga tidak ikut berperang.Namun ketika perang melawan koalisi delapan negara di Barat, kakek buyut Susan akhirnya gugur juga. Selanjutnya saat perang balasan melawan Montar, dari empat bersaudara di generasi kakeknya, hanya kakeknya yang bertahan hidup.Keluarga Susan adalah keluarga yang menorehkan kehormatan melalui darah dan pengorbanan. Mereka sangat membenci siapa pun yang berani bersikap arogan dan menantang di tanah air mereka. Kebencian terhadap bangsa Jopara dan sekutunya telah tertanam kuat dalam tulang sumsum Susan sejak kecil. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, dia memandang rendah bangsa-bangsa ter

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 45

    "Siapa yang membunuhnya?" tanya polisi wanita itu.Tidak ada seorang pun yang menjawab. Semua anggota klub seni bela diri membisu.Saat melihat ini, polisi wanita itu, Susan, tentu memahami apa yang terjadi. "Kalian nggak akan bisa melindunginya. Kami punya cara untuk menyelidikinya.""Dia cuma ingin melindungi kami," ucap seseorang.Susan meliriknya, lalu menyahut, "Aku tahu, tapi kami tetap harus tahu identitasnya. Banyak prosedur yang harus dijalankan."Begitu mendengarnya, semua orang menghela napas lega. Para anggota seni bela diri pun menatap Zoya.Zoya menggeleng dan berkata, "Kami nggak kenal dia."Susan tidak peduli. Sebaliknya, dia merasa sangat kagum pada para mahasiswa ini. Meskipun melindungi pembunuh, mereka melakukan ini karena setia kawan.Jika ada yang maju untuk mengungkapkan pembunuhnya, Susan justru akan merasa kesal karena menunjukkan bahwa mereka tidak setia kawan.Kemudian, Susan memanggil anggota klub karate untuk diinterogasi. Pada akhirnya, mereka mengetahui i

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 44

    "Aku akan resepkan obat. Mereka akan sembuh dalam seminggu," jelas Baskara.Setelah melihat kemampuan Baskara, mereka tentu tidak meragukan kemampuan medisnya. Sejak zaman dulu, ilmu bela diri dan ilmu medis tidak dapat dipisahkan. Pesilat kuat biasanya menguasai sedikit ilmu medis.Baskara meminta kertas dan pena, lalu menulis resep obat sekaligus menjelaskan beberapa yang perlu diperhatikan saat meminum obat tersebut.Zoya melirik sekilas. Dia pernah mempelajari pengobatan tradisional sedikit, jadi langsung paham setelah melihatnya. Baskara memang bisa diandalkan. Resep obat ini bisa digunakan dan sangat berkhasiat untuk cedera organ dalam mereka."Terima kasih. Namaku Zoya, aku teman baik Jelita. Salam kenal." Zoya mengulurkan tangannya.Baskara juga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Baskara berucap, "Namaku Baskara. Aku calon suami Jelita."Zoya tersenyum tipis dan berkata, "Kami sudah tahu itu."Seluruh kampus sudah tahu tentang Jelita yang berpacaran. Tidak ada seorang

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 43

    "Kamu sudah mengalahkan mereka, tapi itu bukan apa-apa. Salah mereka karena begitu nggak berguna," ucap Baskara dengan datar.Hal ini membuat wajah anggota klub seni bela diri Negara Monaga menjadi muram dalam sekejap. Mereka ingin menyangkal, tetapi tidak menemukan alasan yang tepat. Seratus orang tidak bisa melawan satu orang. Bukankah itu namanya tidak berguna?"Tapi, kamu nggak seharusnya bilang orang-orang Monaga itu lemah. Aku sangat nggak suka mendengarnya. Aku menghina Jopara dan kamu mau melumpuhkanku. Kalau kamu menghina Monaga, apa yang harus aku lakukan padamu?" tambah Baskara dengan nada yang makin dingin.Semua orang merasakan sedikit niat membunuh dari nada bicara Baskara. Mereka menyaksikan adegan yang terjadi di depan mereka dengan terkejut. Apakah Baskara mau membunuh Kenichi?"Dasar orang lemah. Aku nggak percaya kamu berani bunuh aku," kata Kenichi dengan susah payah.Baskara tersenyum tipis. Niat membunuhnya makin kuat."Baskara, jangan gegabah!" teriak Jelita.Kra

  • Guruku Tiga Pendekar Terhebat   Bab 42

    Inilah seni bela diri Negara Monaga yang sesungguhnya. Serangannya harus mengenai titik vital seperti mata atau selangkangan. Begitu tepat sasaran, korbannya akan cacat atau mati. Kenichi juga terkejut. Dia yakin tidak akan terkena serangan, tetapi ini terlalu berbahaya. Jika serangannya berhasil, akibatnya akan fatal. Kenichi segera menghindar tanpa ragu-ragu. Kali ini, dia akhirnya melancarkan serangan. Dia menendang punggung Zoya dari samping.Baskara bisa merasakan ada sedikit energi samar yang mengalir di tubuh Kenichi. Tendangan seperti itu sama sekali tidak bisa ditahan oleh orang biasa.Zoya memang terlihat imut, tetapi dia sangat berpengalaman dalam bertarung. Dia memelesat ke depan dengan kencang dan berhasil menghindari serangan. Setelah itu, dia segera berbalik untuk menghadapi Kenichi.Namun, pada saat ini, Kenichi langsung melayangkan tendangan cambuk .Zoya mencoba menahan serangan itu dengan kedua tangannya. Sayangnya, tubuhnya ditendang hingga terhempas dan jatuh ke

DMCA.com Protection Status